Bismillahirrahmanirrahim.
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Salam sejahtera bagi kita semuanya,
Om Swastiastu,
Namo Buddhaya,
Salam Kebajikan.
Yang saya hormati, para Menteri Kabinet Indonesia Maju;
Yang saya hormati, Ketua Umum dan seluruh jajaran Pengurus Nasional IAP;
Yang saya hormati, Dewan Pembina, Dewan Penasihat, dan pengurus provinsi, para perencana wilayah dan kota seluruh Indonesia;
Hadirin dan undangan yang berbahagia.
Pertama-tama, kepada keluarga besar Ikatan Ahli Perencanaan Indonesia, saya mengucapkan selamat ulang tahun yang ke-50. Selama setengah abad berkiprah, saya yakin IAP telah memberikan banyak kontribusi kepada masyarakat, bangsa, dan negara. Telah berkontribusi dalam membuat rencana yang baik di level kota, di level daerah, dan di level negara. Telah banyak memberikan panduan perencanaan yang tertuang dalam rencana tata ruang wilayah tingkat kabupaten/kota, provinsi, dan nasional. Untuk itu, saya menyampaikan banyak terima kasih.
Di tengah dunia yang berubah begitu sangat cepat, urbanisasi yang terus meningkat, dan kebutuhan masyarakat yang semakin kompleks, bisa dipastikan tantangan yang dihadapi dalam membuat perencanaan akan semakin kompleks. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi harus diikuti. Dan, pada saat yang sama, kondisi sosial, kondisi budaya, kondisi ekonomi masyarakat, juga harus diperhitungkan. Agar bisa menciptakan kehidupan masyarakat yang lebih baik.
Bapak/Ibu yang saya hormati,
Kita semua tahu bahwa perencanaan itu bukan sekadar build building. Bukan sekadar merancang pembangunan gedung. Perencanaan adalah build environment. Perencanaan adalah membangun tempat hidup yang bisa memengaruhi kesehatan masyarakat, interaksi sosial, akar budaya, efisiensi ekonomi, dan kenyamanan hidup yang sangat memengaruhi kebahagiaan dan kreativitas warganya.
Perencanaan harus mempertimbangkan budaya masyarakat, harus mempertimbangkan sejarah, mempertimbangkan struktur ekonomi masyarakat, dan banyak aspek-aspek lainnya. Jangan sampai perencanaan justru membuat masyarakat terasing di kampungnya sendiri. Jangan sampai perencanaan memicu kemacetan lalu lintas, membuat biaya hidup semakin mahal dan semakin tidak sehat. Jangan sampai perencanaan hanya silau dengan perkembangan teknologi yang tidak diintegrasikan dengan kebutuhan dasar masyarakat.
Sebagai contoh, belakangan ini sangat populer istilah smart city dan smart home. Smart city sering kali hanya diartikan sebagai smart digital city. Hanya diartikan sebagai kota yang terkoneksi secara digital dan melakukan banyak automasi dengan menggunakan internet of things dan perangkat digital lainnya. Demikian pula dengan smart home yang lebih diartikan sebagai rumah yang diautomasikan oleh internet of things. Buka pintu, buka gorden, menyalakan lampu, dan lain-lainnya secara otomatis. Bahkan juga memasak secara otomatis, dikendalikan dari jarak jauh. Pengguna rumah dimanjakan oleh perangkat dan sistem kerja yang serba otomatis yang dikendalikan dari jauh.
Namun, saya ingin memberikan beberapa catatan tentang ini. Saya menyarankan agar yang paling mendasar dari smart city adalah desainnya yang smart. Dasar dari smart city adalah smart design city yang memberikan kenyamanan sempurna untuk warganya, yang kemudian dibantu oleh perangkat digital untuk meningkatkan kenyamanan warganya.
Demikian pula jika cakupan wilayahnya ditingkatkan menjadi tingkat provinsi, smart province, dan juga ketika ditingkatkan menjadi tingkat nasional, smart Indonesia, desainnya yang smart. Smart secara kultural, smart secara sosial, dan smart secara ekonomi. Dan kemudian ditopang oleh teknologi, termasuk automasi internet of things yang meningkatkan kebahagiaan warganya.
Bapak/Ibu yang saya hormati,
Kita, Indonesia, harus mempunyai, harus memiliki kekhasan sendiri ketika membuat perencanaan wilayah maupun perencanaan kota. Kita harus belajar dari negara-negara lain tetapi kita tidak bisa hanya sekadar meng-copy saja perencanaan wilayah dan kota di negara-negara lain. Sebab, aspek lingkungan, aspek sosial, aspek budaya, dan aspek ekonomi harus diperhitungkan dalam perencanaan itu.
Salah satu yang saya minta untuk dirancang dengan matang adalah bagaimana kita membangun kota yang semakin inklusif, terbuka bagi seluruh warganya. Bagaimana kita merancang jalan yang aman dan nyaman digunakan untuk pejalan kaki, untuk pesepeda, untuk yang naik motor maupun mobil. Bagaimana kita merancang kompleks pertokoan yang tidak eksklusif untuk kelas atas saja tetapi juga mixed, campur dengan untuk konsumsi masyarakat bawah. Bagaimana kita merancang yang mixed antara kantor-tempat tinggal agar tempat tinggal para pekerja tidak terlalu jauh dari tempat kerjanya.
Bagaimana kita merancang desain kota yang mengamankan sungai dan membuat warganya cinta terhadap sungai-sungainya. Rumah menghadap sungai misalnya, bisa menjadi salah satu cara yang seharusnya tertuang dalam perencanaan. Desain perencanaan wilayah dan perencanaan kota yang dirancang dengan matang akan berkontribusi besar terhadap kualitas hidup warganya, terhadap kualitas lingkungan, kegiatan ekonomi, sosial dan budaya, serta terhadap citra Indonesia di mata masyarakat internasional.
Mari kita jadikan kota-kota di Indonesia menjadi smart city yang diawali dengan desain yang smart. Mari kita jadikan provinsi-provinsi di Indonesia menjadi smart province yang diawali dengan desain yang smart. Mari kita rancang ibu kota baru di Kalimantan Timur menjadi kota dan kawasan yang benar-benar smart desainnya, yang menjadi pionir kota, yang menjadi rujukan-rujukan dunia.
Terakhir, mari kita sama-sama menjadikan smart Indonesia. Terima kasih. Dan dengan mengucap bismillahirrahmanirrahim, acara peringatan 50 tahun berdirinya Ikatan Ahli Perencanaan Indonesia, saya buka hari ini.
Terima kasih.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,
Om Shanti Shanti Shanti Om,
Namo Buddhaya.