“Untuk tahun 2007 pertumbuhan yang ada di APBN kita direncanakan, ditargetkan atau diproyeksikan sebesar 6,3 persen. Kita menganggap target itu cukup berat, karena sampai hari ini, hampir mayoritas semua mengatakan pertumbuhan yang realistis tahun 2007 sekitar 6,1 persen. Artinya, pemerintah perlu bekerja ekstra keras untuk bisa merealisir proyeksi 2007 sebesar 6,3 persen. Apabila tahun 2007 situasinya mungkin dianggap mulai baik, tapi tetap cukup berat untuk mencapai proyeksi 6,3 persennya. Tahun 2008 pemerintah memproyeksikan perekonomian akan tumbuh 6, 8 persen. Ini juga akan ekstra keras karena hampir semua konvergensi dan proyeksi tahun 2008 ada di sekitar 6,5 - 6,6 persen. Artinya, pemerintah meletakkan angka yang relativ agak lebih tinggi dari rata - rata proyeksi berbagai lembaga yang lain, “ kata Sri Mulyani.
Menurut Menkeu, ini adalah proyeksi sekaligus target berbagai kebijakan dari seluruh kementrian lembaga untuk mencapai target tersebut. “Untuk inflasi tahun ini diperkirakan ada di 6,5 – 7 persen , tahun depan akan ada di sekitar 6 persen. Jadi lebih rendah sekitar 0,5 persen. Nilai tukar akan stabil pada Rp 9.300/Dolar AS, tahun ini dan tahun yang akan datang. Sementara Suku Bunga Bank Indonesia (SBI) 3 bulan, untuk tahun depan diperkirakan akan relativ stabil seperti tahun ini yaitu diperkirakan 8 – 8,5 persen . Tahun depan akan sedikit lebih rendah, sesuai dengan pergerakan inflasi, yaitu 7,5- 8 persen, “kata Sri Mulyani.
Sedangkan cadangan devisa, kata Sri Mulyani, sampai akhir tahun 2008 diperkirakan akan mendekati antara Rp 59 trilyun – Rp 62 trilyun. “ Harga miyak yang kita gunakan untuk menghitung rancangan awal APBN 2008, adalah 57 Dolar AS/ barrel , dengan lifting minyak 1.000.034 barrel / hari. Kita melihat beberapa faktor yang bisa memberikan resiko terhadap proyeksi ekonomi atau kinerja tahun 2007 dan proyeksi ekonomi tahun 2008.
Menkeu menjelaskan ada 3 faktor resiko yang akan menyebabkan menurunnya pertumbuhan. Faktor – faktor itu adalah resiko yang berasal dari global growth atau pertumbuhan ekonomi dunia yang beberapa minggu terakhir ini cukup intensif diperkirakan memang akan ada sedikit penurunan untuk tahun 2008.
“Tentu ini akan mempengaruhi berbagai sektor maupun faktor dalam pertumbuhan ekonomi kita. Sektor - sektor seperti manufaktur kemudian ekspor pada industri manufaktur maupun pertanian dan pertambangan, biasanya sangat dipengaruhi oleh perkembangan pertumbuhan ekonomi dunia, “ kata Menkeu.
Faktor kedua dijelaskan Menkeu adalah faktor yang berasal dari domestik, itu terutama kalau terjadi masih adanya bencana alam yang cukup sering dan juga kemampuan pemerintah untuk merealisir berbagai proyek infrastruktur yg sudah seharusnya jalan tahun 2007. “ Kalau kecepatan dan ketepatan dari sisi kualitas ini terjadi kita mungkin akan punya harapan untuk tumbuh lebih tinggi, “ kata Menkeu.
“Faktor ketiga resiko yang bisa membayangi resiko pertumbuhan ekonomi tahun 2007 – 2008 adalah pergerakan harga minyak dan komoditas – komoditas. Kita masih agak merasa comfortable karena berbagai proyeksi masih menunjukkan harga minyak masih akan stabil tahun depan pada kisaran 55 - 60 Dolar AS/ barrel, pemerintah menggunakan angka 57 Dolar AS/barrel. Dan harga - harga komoditas mungkin akan sedikit terpengaruh apabila ekonomi dunia akan sedikit melemah.
“ Dengan situasi ini maka di tahun 2007, tentu ini masih akan dibahas dengan DPR, defisit untuk tahun 2007 diperkirakan akan membengkak karena adanya beberapa faktor. Faktor pertama, pengeluaran meningkat karena adanya bencana seperti banjir, kemudian Menteri Keuangan, Dirjen Pajak mempercepat berbagai pembayaran restitusi tertunda yang kita perkirakan akan mengurangi penerimaan sampai hampir Rp 12 trilyun, kemudian ada carry over subsidi. Dan peningkatan produksi beras yang ditargetkan pemerintah 2 juta ton akan mempengaruhi beberapa proyeksi anggaran 2007.
“Oleh karena itu defisit 2007 diperkirakan akan berkisar 1,5– 2 persn dari GDP. APBN 2007 didesain dengan defisit hanya 1,1 persen. Kita masih belum tahu pasti angkanya, karena tentu saja kita masih akan melakukan berbagai monitoring dari sisi berbagai penerimaan dan pengeluaran. Rasio pajak untuk tahun ini di dalam APBN ditulis 14,4 persen, tetapi menggunakan angka produk domestic brutto yang basis nya tahun 2000 yang belum direvisi. BPS merevisi angka PDB dengan basis tahun 2000, untuk tahun 2006 mereka menaikkan PDB nya dari Rp 3531 trilyun menjadi Rp 3796 trilyun. Jadi ada kenaikan hampir rp 250 trilyun sendiri. Ini yang menyebabkan rasio pajak agak menurun, karena penerimaan pajak 2006 dengan demikian tidak berubah, tetapi pembilangnya meningkat," kata Sri Mulyani.
“Untuk tahun 2007 diperkirakan realisasi pajak terhadap PDB kita akan di sekitar 13,8 persen atau kalau menggunakan GDP baru adalah 12,9 persen rasio pajak terhadap PDB. Untuk membiayai defisit yang meningkat ini kita akan meningkatkan penerbitan surat utang negara yang tadinya sekitar secara netto 1,1 persen dari GDP akan meningkat sekitar 1,5 persen dari GDP tapi pemerintah tetap akan memproyeksikan rasio utang akan tetap di sekitar 37 persen.
“Untuk 2008 APBN akan di desain defisit awal yaitu sebesar 1, 7 persen dari GDP Rp 73,1 trilyunRupiah. Untuk tahun 2007 defisitnya Rp 40,5 trilyun yang kemungkinan akan membengkak menjadi sekitar Rp 60 - Rp 65 trilyun. Rasio pajak untuk tahun depan akan diproyeksikan sebesar 13,5 persen menggunakan angka GDP yang baru kemudin untuk membiayai defisit tersebut yang sebesar R 3,1 trilyun akan diterbitkan surat utang netto sebesar 2 persen dari GDP dan rasio utang pemerintah terhadap GDP tetap akan dalam tren menurun yaitu 35, 2 persen, “ kata Menkeu.
“ Untuk pemerintah bisa mencapai pertumbuhan 6,8 persen tahun 2008, dan tahun ini 6,3 persen,maka komponen pertumbuhan ekonomi yang paling penting perlu dicapai juga. Untuk tahun 2007, untuk pertumbuhan 6,3 persen maka diperlukan pertumbuhan konsumsi rumah tangga sebesar 5,1 persen. Konsumsi rumah tangga itu adalah 61persen dari total produk domestic brutto. Jadi kalo dia tumbuh 5,1 persen menjadi tumbuh cukup tinggi pertumbuhan secara totalnya. Konsumsi pemerintah tahun ini adalah diproyeksikan 8,9 persen investasi akan tumbuh 12,3 persen, ekspor 9,9 persen, dan impor 14,2 persen. Itu untuk 2007 dengan proyeksi pertumbuhan 6,3 persen. Sedangkan untuk 2008 dalam rangka mencapai proyeksi 6,8 persen, maka komponen pertumbuhannya konsumsi rumah tangga harus tumbuh 5,9 persen, konsumsi pemerintah akan tumbuh 6,2 persen , investasi akan naik 15,5 persen, ekspor 12,7 persen, dan impor 17,8 persen, “ kata Menkeu lagi.
“Untuk total APBN 2007 dijelaskan Menkeu, pendapatan Rp 723,1 trilyun, belanja Rp 763,6 trilyun dengan defisit Rp 40,5 trilyun atau 1,1 persen. Kita sudah memperkirakan dari penerimaan tadi agak turun sedikit karena restitusi pajak kita tingkatkan. Kemudian dari sisi belanja naik karena ada carry over subsidi kemudian banjir, produksi beras, sehingga total defisitnya akan meningkat seperti saya sebutkan tahun 2007 pada kisaran Rp 60 - Rp 65 trilyun itu untuk defisit tahun 2007.
“Tahun 2008, amplop besarnya adalah pendapat diestimasi akan mencapai Rp 753,8 trilyun ini kira – kira 17,5 persen PDB tahun 2008. Belanja negara total akan mencapai Rp 826,9 trilyun, dimana belanja pemerintah pusat mencapai Rp 559 trilyun dan belanja daerah Rp 267,9 trilyun ini meningkat cukup pesat. Belanja daerah tahun ini Rp 258,8 trilyun , jadi ini naik ke Rp 267,9 trilyun , belanja pusat juga meningkat dari Rp 504,8 trilyun tahun ini, naik menjadi Rp 559 trilyun karena memang total belanjanya meningkat. Defisit adalah Rp 73,1 trilyun atau 1,7 persen dari GDP.
“ Secara total belanja dari para lembaga dan kementerian selama 3 tahun terakhir meningkat cukup besar tahun 2005 jumlah belanja kementrian lembaga mencapai Rp 121 trilyun , tahun 2006 meningkat 76,8 persen menjadi Rp 214 trilyun , tahun 2007 ini kita anggarkan untuk kementrian dan lembaga adalah Rp 258 trilyun atau naik lagi 20,65 persen . Untuk tahun 2008 jumlah total belanja kementerian dan lembaga Rp 287 trilyun. Jadi kalau dibandingkan tahun 2005 meningkat sangat tajam.
Menurut Menkeu, Presiden dalam rapat tersebut menyampaikan bahwa karena belanja kementerian lembaga dan daerah meningkat sangat tinggi dalam 3 tahun terakhir, dan juga akan masih terus meningkat tahun 2008, maka paling penting sekarang bagi pemerintah sekarang adalah meningkatkan kualitas belanjanya. “ Jadi tidak sekedar angkanya makin tinggi tapi angkanya itu untuk apa. Jadi the quality of spending. Makanya tadi presiden mengundang seluruh kementerian dan lembaga eselon 1 nya, karena beliau ingin menyampaikan arahan bahwa para eselon 1 birokrat semuanya bertanggung jwab untuk menyusun anggaran secara lebih baik karena dengan lebih banyak maka perekonomian mestinya harus bisa makin tumbuh dan kesejahteraan rakyat meningkat. Itu kalau belanjanya baik, “ kata Menkeu.
http://www.presidensby.info/index.php/fokus/2007/03/28/1680.html