Pidato Kenegaraan Presiden di Hadapan Parlemen Turki

 
bagikan berita ke :

Kamis, 10 April 2025
Di baca 79 kali

Di Gedung Parlemen Turkiye, Ankara, Turki


 

Bismillahirrahmanirrahim.
Asalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Yang terhormat Prof. Numan Kurtulmuş, Ketua Majelis Nasional Agung Turkiye,
Yang terhormat Wakil Ketua dan Anggota Majelis Nasional Agung Turkiye,
Yang terhormat para Menteri dan Kepala Lembaga Negara dari Republik Turkiye dan Republik Indonesia,
Yang terhormat para Duta Besar, Perwakilan Negara-negara Sahabat dan Kepala Organisasi Internasional,
Tamu-tamu yang terhormat, hadirin sekalian dan terutama Saudara-saudara terkasih rakyat Turkiye yang saya cintai.

Merupakan sebuah kehormatan besar bagi saya untuk hari ini berdiri di hadapan Anda semua di ruangan yang bersejarah ini, jantung demokrasi Turkiye, untuk menyampaikan salam hangat dari 280 juta rakyat Indonesia, saudara-saudaramu negara muslim terbesar di dunia. Saya ingin menyampaikan bahwa ini adalah pidato pertama saya sebagai Presiden Republik Indonesia di depan parlemen di luar Indonesia, jadi saya mengakui bahwa saya agak grogi.

Kunjungan ini bukan sekadar kunjungan kenegaraan. Bagi saya, ini adalah sebuah momen pribadi. Saya datang ke Turkiye tidak hanya sebagai Presiden Republik Indonesia tapi sebagai seorang sahabat, seorang saudara, sebagai seorang yang hatinya tersentuh oleh tanah ini, oleh sejarahnya, oleh perjuangannya, oleh rakyatnya. Turkiye memiliki tempat yang khusus, yang istimewa di hati rakyat Indonesia. Bagi rakyat Indonesia, Turkiye adalah peradaban muslim yang terbesar, bagi umat Islam di Indonesia, bagi kami Turkiye adalah penerus dari peradaban Utsmani, peradaban Ottoman.

Kita ingat dalam sejarah kita pada saat sultan-sultan kita diserang oleh imperialis-imperialis dari Barat, Kekaisaran Ottoman mengirim bantuan, mengirim senjata, mengirim tentara, mengirim penasihat. Sampai hari ini, tiap kali saya mengunjungi daerah-daerah, sebagai politisi saya berkampanye, saya ke Sumatra, saya ke Aceh, saya ke Deli Serdang, mereka ingat, mereka cerita bahwa dulu kakek-kakek mereka dilatih, dibantu oleh perwira-perwira, prajurit-prajurit dari Kekaisaran Ottoman. Sampai hari ini masih diceritakan oleh rakyat Indonesia. Jadi itulah hubungan kami, itulah kenapa saya datang ke sini.

Mungkin saya adalah politisi Indonesia yang paling sering ke Turkiye, mungkin pemerintah Anda bisa mencatat hampir tiap tahun saya hadir di Turkiye. Terima kasih rakyat Turkiye menerima kami dengan hati yang terbuka dan dengan tangan yang terbuka. Ikatan ini lahir dari nilai-nilai yang sama, perjuangan bersama, perjuangan untuk kemerdekaan, perjuangan untuk harga diri, perjuangan untuk kehormatan, solidaritas, dan rasa kagum yang mendalam. Persahabatan ini telah terjalin selama berabad-abad dan sampai sekarang kami merasa pemimpin-pemimpin Turkiye selalu bersahabat dengan kami dan selalu terbuka sama kami, dan selalu ingin membagi kemajuan-kemajuan yang dialami oleh rakyat Turkiye.

Saudara-saudara sekalian Majelis Agung yang terhormat,
Kita merasakan bahwa saat ini keadaan dunia penuh dengan ketidakpastian, kita merasa sekarang bahwa terjadi penindasan oleh bangsa-bangsa yang besar terhadap bangsa-bangsa yang lemah. Kenapa saya bicara begini? Saya merasa kami di Indonesia melihat sikap Turkiye, kepemimpinan pemimpin-pemimpin Turkiye yang tegas membela mereka yang lemah, yang tegas membela perjuangan rakyat-rakyat yang tertindas, terutama saudara-saudara kita di Palestina. Banyak negara bicara tentang demokrasi, bicara tentang hak asasi manusia, tetapi pada saat anak-anak di bom, ibu-ibu tidak berdosa dibom, rakyat Gaza kehilangan semua kehidupan mereka, banyak negara diam, pura-pura tidak tahu, dan pura-pura bahwa itu bukan pelanggaran hak asasi manusia.Turkiye punya sikap yang tegas, karena itu kami merasa ingin bersama Turkiye membela keadilan (dan) kebenaran di dunia yang sekarang penuh ketidakpastian.

Saudara-saudara sekalian yang saya hormati,
Saya sendiri secara pribadi adalah pengagum sejarah Turkiye. Saya belajar tentang sejarah Turkiye, saya diinspirasi oleh sejarah Turkiye, oleh sejarah Saudara-saudara sekalian. Sebagai anak muda, saya punya pahlawan, saya punya ikon adalah… sebagai anak muda pahlawan saya, ikon saya adalah Mustafa Kemal Atatürk dan Mehmed Sang Penakluk (Mehmed II).

Saudara-saudara sekalian,
Kalau Saudara datang ke kantor saya di Jakarta, kalau saudara datang ke rumah saya di Jakarta, ada patung Mustafa Kemal Atatürk di kantor saya, di rumah saya. Bagi kami, tidak hanya di Indonesia saya bicara, di Global South, di negara-negara yang sedang berkembang, Mustafa Kemal Atatürk adalah sebuah ikon, sebuah contoh keberanian, contoh kepemimpinan, contoh patriotisme, contoh semangat tidak mengenal menyerah.

Saudara-saudara sekalian,
Karena itu dunia saat ini, keadaan geopolitik saat ini di dunia menurut pendapat saya memerlukan kepemimpinan yang sama, kepemimpinan penuh keberanian, kepemimpinan penuh kearifan. Saudara-saudara sekalian, Turkiye dan Indonesia harus tampil, harus kuat.

Saudara-saudara sekalian, kalau kita bekerja sama, kalau kita bekerja sama, kalau kita sama-sama kuat, suara kita akan lebih didengar oleh seluruh dunia.

Saudara-saudara sekalian,
Saya sedang memimpin Indonesia menuju suatu transformasi yang besar, kita ingin memperbaiki ekonomi kita, kita ingin membangun pemerintah yang bersih, bersih dari korupsi supaya rakyat Indonesia bisa hidup dengan baik, karena itu saya ingin semakin dekat dengan Turkiye. Mari kita bersama-sama kerja, mari kita bangun kesejahteraan rakyat kita bersama untuk kita menuju keadaan yang lebih baik di abad ke-21 ini. Peradaban kita memerlukan suatu perjuangan mencapai hak semua bangsa untuk hidup dengan baik, hidup dengan aman, hidup dengan damai tanpa penindasan oleh siapapun.

Saudara-saudara sekalian,
Saya yakin Turkiye dan Indonesia dapat berbuat yang terbaik bagi kepentingan umat manusia dan dunia.

Terima kasih.
Wasalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.