Pondok Pesantren, Aset Bangsa Yang Tak Ternilai

 
bagikan berita ke :

Selasa, 22 Mei 2007
Di baca 1668 kali

Para kiai pengasuh pondok pesantren ini mengadakan Rapat Kerja Nasional Rabithah Ma’ahid Islamiyah (Rakernas RMI) dengan tema “Meneguhkan kembali nilai-nilai pesantren menuju kemandirian dan profesionalisme menuju era global�.

Dalam laporannya, Ketua PP RMI H.Mahmud Ali Zain menjelaskan bahwa Rakernas RMI ini adalah agenda rutin organisasi. “Tujuan dilaksanakannya Rakernas kali ini adalah untuk melakukan reaktualisasi persepsi perjuangan dalam rangka merumuskan dan merealisasikan program yang telah diamanahkan PB NU,� kata Mahmud. Lebih lanjut Mahmud menerangkan bahwa Rakernas yang berlangsung selama lima hari, 17 s/d 21 Mei 2007 dihadiri 25 pimpinan wilayah RMI se-Indonesia dan 95 pondok pesantren dari berbagai daerah di Indonesia. “Hadir pula 335 kiai atau pengurus pondok pesantren,� tambahnya.

Presiden SBY mengharapkan agar silaturahim dan Rakernas kali ini dapat membawa manfaat dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan serta membangun kerjasama yang lebih baik diantara pondok-pondok pesantren di negeri kita. “Bagi saya, kehadiran para ulama dan para kiai di Istana Negara membawa makna dan kesejukan tersendiri. Keteladanan, keluasan ilmu dan keluhuran budi para ulama telah menjadi inspirasi yang tidak pernah kering kepada saya dalam menjalankan roda pemerintahan di negeri tercinta,� kata Presiden SBY.

Sebagai Kepala Negara, Presiden SBY sangat bersyukur karena Indonesia memiliki ribuan pondok pesantren yang tersebar di seluruh penjuru tanah air. “Ribuan pondok pesantren itu merupakan aset, kekuatan dan pusat kebajikan bagi umat, bangsa, dan negara yang tidak ternilai harganya,� ujar Presiden.

“Seiring dengan berkembangnya metode pendidikan Islam, pola interaksi sosial para santri serta perkembangan budaya, lambat laun pesantren berubah menjadi lembaga pendidikan yang modern,� terang SBY. “Pesantren yang dulu terkenal sebagai lembaga pendidikan paling sederhana, dengan kesederhanaan bangunan fisik lingkungan pesantren, kesederhanaan cara hidup para santri, kepatuhan santri kepada kiainya, serta sistem pengajaran tradisional, kini sebagian telah tumbuh menjadi lembaga pendidikan yang modern. Namun kesederhanaan, kejuangan, kemandirian, kebersamaan dan keihlasannya tetap menjadi roh dan semangat yang dapat mengukuhkan pesantren sebagai lembaga pendidikan yang tidak lapuk karena hujan dan tidak lekang karena panas,� lanjutnya.

SBY berharap agar pondok pesantren dapat berperan aktif untuk bersama-sama pemerintah memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi bangsa. “Pesantren dengan tradisi keilmuan dan kelembagaan dapat melakukan pencerahan dan bimbingan kepada masyarakat melalui kegiatan pendidikan, kegiatan dakwah dan kegiatan sosial lainnya. Dalam perspektif Islam, pendidikan adalah unsur yang paling mendasar, yang tidak dapat dilepaskan dari aspek-aspek teologis, aspek keagamaan. Para santri selain diberikan bekal dan ilmu keagamaan juga dididik dengan sikap dan perilaku yang rasional, inovatif dan kreatif,� Presiden SBY menambahkan.

Nampak hadir dalam acara tersebut antara lain adalah Menteri Agama Maftuh Basyuni, Seskretaris Kabinet Sudi Silalahi dan Ketua PB NU Rozy Munir.

 

Sumber :
http://www.presidensby.info/index.php/fokus/2007/05/21/1853.html

Bagaimana pendapat anda mengenai artikel ini?
0           0           0           0           0