"Usaha ini memberikan lapangan pekerjaan bagi rakyat termasuk usaha kecil dan menengah. Kalau pengobatan tradisional ini dapat dikembangkan, maka rakyat mendapatkan keuntungan," ujarnya.
Obat-obatan tradisional itu, menurut Presiden, memiliki potensi ekonomi besar karena dapat dipasarkan secara lokal maupun global. "Nilainya sangat besar sehingga kalau kita kembangkan dapat meningkatkan ekonomi kita, baik Tiongkok maupun ekonomi Indonesia," katanya.
Presiden juga mengajak China untuk melakukan kerja sama penelitian dan pengembangan pengobatan tradisional. Indonesia, lanjut dia, memiliki kekayaan alam besar sebagai sumber obat-obatan tradisional.
"Iklim tropis dan kekayaan hutan flora dan fauna jadi sumber yang besar dari obat-obatan tradisional. Saya yakin Tiongkok juga miliki sumber-sumber besar pengobatan tradisional ini. Mari semua itu kita satukan dalam kerjasama baik untuk kepentingan kedua negara," tutur Presiden.
Presiden Yudhoyono menjelaskan Indonesia telah merumuskan kebijakan yang sinergis antara Departemen Kesehatan dan Departemen Perdagangan agar obat-obatan tradisional dapat berkembang. Indonesia, menurut Presiden, memiliki kebijakan yang sejak awal tidak membenturkan pengobatan barat dan timur.
Presiden memberikan pidato di depan para dosen dan puluhan mahasiswa UBCM, termasuk mahasiswa Indonesia yang menimba ilmu di perguruan tinggi tersebut. Sebanyak 1.300 dari 18 ribu mahasiswa UBCM adalah pelajar asing. Terdapat 27 mahasiswa Indonesia di universitas tersebut, empat di antaranya berada pada tingkat pascasarjana.
Di akhir acara, Presiden BUCM Gu Sihua menyerahkan kenang-kenangan kepada Presiden Yudhoyono berupa buku Compendium of Materia Medica, yaitu kompilasi kuno memuat 1.892 jenis obat-obatan tradisional Tiongkok yang ditulis oleh Li Shizhen pada 1578. Presiden Yudhoyono juga menyempatkan diri mengunjungi Museum of Chinese Traditional Medicine yang berada di universitas tersebut.
Sumber:
http://www.mediaindonesia.com/index.php?ar_id=MzkzMDc=