Pada pidato peringatan Isra Miraj Nabi Muhammad SAW 1429 H di Masjid Raya Tuatunu, Pangkal Pinang, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Kamis malam, Presiden mengingatkan pada masa kejayaan Islam juga dicapai puncak perkembangan ilmu.
"Sejarah membuktikan, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi terjadi saat kejayaan Islam mencapai puncaknya. Ke depan, kita harus kembalikan kejayaan Islam," seru Presiden.
Sebagai bangsa penganut Islam terbesar di dunia, Kepala Negara mengatakan, Indonesia seharusnya memberi sumbangan besar bagi peradaban dunia dan menjadi pelopor pembangunan berkesetaraan, adil, serta sejahtera.
Untuk itu, Presiden ingin Indonesia unggul dalam penguasaan ilmu dan teknologi yang diimbangi dengan iman dan takwa.
"Jika kita tertinggal dari Iptek, maka kita menjadi tergantung kepada bangsa lain, terbelenggu, dan terpinggirkan dari percaturan dunia global," tuturnya.
Sebaliknya, lanjut dia, Indonesia akan menjadi bangsa merugi apabila mengejar Iptek namun kering dari rohani.
Presiden Yudhoyono dalam pidatonya juga mengajak Umat Islam Indonesia agar meneladani kesabaran Nabi Muhammad SAW dalam membangun kehidupan beradab di Madinah.
Sebelum peristiwa Isra Miraj, Nabi didera bermacam masalah ekonomi, sosial, dan juga tekanan psikologis serta fisik dari kaum Quraisy.
Peristiwa Isra Miraj, kata Presiden, didahului dengan pembersihan hati sebagai awal dari proses perubahan.
"Ini adalah transformasi sebelum melakukan pekerjaan besar. Sebagai bangsa besar, kita dapat memetik hikmah Isra Miraj. Kita harus melakukan upaya pembersihan hati dan kejernihan berpikir sebelum menjadi bangsa berjaya dan bermartabat," tuturnya.
Presiden juga menuturkan butuh 23 tahun bagi Nabi Muhammad untuk melakukan transformasi sosial kaumnya serta membangun masyarakat madani.
"Sehingga, pembangunan bertahap itu lebih selaras dan sesuai dengan Sunatullah," ujarnya.
Peringatan Isra Miraj yang dihadiri ribuan warga sekitar Masjid Raya Tuatunu itu menghadirkan ceramah bertema "Hikmah Sebagai Unsur Utama Pengembangan Ilmu Pengetahuan", oleh Dosen Institut Teknologi Surabaya (ITS), Abdullah Sahab.
Dalam ceramahnya, Abdullah menekankan keseimbangan antara iman dan ilmu. Berpikir rasional, kata dia, adalah kemampuan yang diturunkan secara melekat oleh Tuhan untuk manusia.
Sehingga, setiap manusia harus menggunakan kemampuan berpikir rasional itu guna mengangkat derajat kehidupan namun sesuai dengan tuntunan iman.
Sumber:
http://www.antara.co.id/arc/2008/7/31/presiden-ajak-kembalikan-kejayaan-islam/