Penegaskan tersebut disampaikan pada sidang kabinet terbatas yang dihadiri Direksi dan Dewan Pengawas Perum LKBN ANTARA, di Istana Presiden, Jakarta, Kamis.
Presiden menegaskan kembali himbauannya pada Hari Pers Nasional awal Pebruari 2008 agar media turut bertanggungjawab dalam mewujudkan masyarakat baru yang memiliki jati diri dan karakter yang kuat melalui peran pers yang beretika.
Presiden menyebutkan esensi peran pers tersebut sebagai jurnalisme positif (positive journalism).
Jurnalisme positif menekankan peran pers sebagai peran pencerahan, dimana berbagai komponen bangsa melakukan berbagai perbaikan dan pers mendorong agar bangsa bangkit untuk menjadi bangsa yang maju dan terhormat.
Sidang terbatas tersebut dihadiri Direktur Utama Perum ANTARA, Ahmad Mukhlis Yusuf beserta jajaran direksi dan dewan pengawas serta enam menteri Kabinet Indonesia Bersatu.
Sementara itu, Menkominfo M. Nuh mengatakan jurnalisme positif pada intinya bagaimana media bisa menumbuhkan optimisme sebagai bangsa.
"Positive journalism itu yang harus dikembangkan, agar selalu menumbuhkan optimisme sebagai bangsa," ujarnya.
Jurnalisme positif, kata M. Nuh, bertujuan mengembangkan nilai-nilai positif Indonesia sebagai bangsa dan menghindari berita-berita yang justru melemahkan semangat.
Pemberitaan jangan sampai hanya menonjolkan sisi negatif saja, dengan melupakan aspek kerja positif yang telah dilakukan oleh pemerintah dan tidak memberikan apresiasi terhadap aspek positif tersebut, imbuh Nuh.
"Jadi, prinsip-prinsip `cover both side`, `balance information` itu harus dijunjung tinggi," ujarnya.
Meski kini ANTARA mendapatkan dana dari pemerintah sebagai kompensasi menjalankan tugas Public Service Obligation (PSO), kata Menkominfo, ANTARA tetap menjalankan fungsi pemberitaannya dengan memegang prinsip independensi.
"Kritik bebas, boleh-boleh saja, yang penting `balance` dan bukan kritik yang dapat menghilangkan semangat," ujarnya.
Menurut Menkominfo, selama ini ANTARA sudah baik dalam menjalankan prinsip-prinsip jurnalisme itu.
Sebagai organisasi yang baru melakukan transformasi, Presiden Yudhoyono juga meminta agar Perum ANTARA mengembangkan profesionalitas.
"Tapi, yang harus terus menerus didorong adalah profesionalitas dan jangkauan kemampuan ANTARA," katanya.
Presiden memberikan arahan kepada ANTARA agar membangun visi dan `corporate value` yang baru.
"Karena jelas fungsi dan peran yang dimainkan oleh ANTARA, maka Presiden memberikan arahan jalankan terus itu, dan kembangkan profesionalitas di ANTARA sendiri," tuturnya.
Presiden Dukung
Sementara itu, Direktur Utama Perum ANTARA, Ahmad Mukhlis Yusuf, mengatakan Presiden sangat mendukung langkah-langkah transformasi yang dilakukan oleh ANTARA untuk penguatan budaya perusahaan, implementasi penguatan sistem, dan penguatan sumber daya manusia.
Bahkan, menurut Mukhlis, Presiden telah meminta jajaran menteri terkait, seperti Menteri Keuangan dan Menkominfo, untuk mendukung langkah-langkah transformasi yang dilakukan oleh ANTARA.
Presiden, lanjut dia, juga berjanji untuk menambah nilai PSO yang dapat dikerjakan oleh ANTARA.
"Ini sedang dikaji oleh Menkeu dan Menkominfo, untuk menambah nilai PSO itu dan direspon dengan baik. Tetapi belum ada jumlahnya," ujarnya.
Selain M. Nuh, dalam rapat itu hadir Menteri Koordinator Perekonomian Boediono, Menteri Keuangan Sri Mulyani, Meneg BUMN, Sofyan Djalil, Mensesneg Hatta Radjasa dan Menko Kesra Aburizal Bakrie. (*)
Sumber : http://www.antara.co.id/arc/2008/2/28/presiden-ajak-pers-kembangkan-jurnalisme-positif/