Hal itu disampaikan Presiden dalam Orasi Kebudayaan Nasional dengan tema "Strategi Kebudayaan Nasional Dalam Rangka Merespon dan Menyikapi Era Globalisasi" pada Dies Natalis ke-51 Universitas Diponegoro, Semarang, Jawa Tengah, Kamis.
"Kita sering mereduksi pengertian budaya menjadi sebatas seni dan budaya padahal budaya juga nilai, sistem kepercayaan, gagasan, cara pandang, rasionalitas, dan perilaku sebuah bangsa," kata Presiden seraya memperluas tema menjadi "Melanjutkan Pembangunan Bangsa Di Era Globalisasi Dalam Perspektif Kebudayaan Nasional".
Dalam orasi selama lebih kurang 45 menit itu Kepala Negara memaparkan pendekatan kebudayaan dalam membangun bangsa yang lebih baik.
Presiden mengatakan sejak terbentuk, Indonesia sering dihantam berbagai masalah baik alam dan non alam namun tidak hancur karena memiliki kekuatan budaya.
"Bukan main ujian dan tantangan yang kita hadapi, mengapa kita bisa selamat dan tidak runtuh? Karena ada satu kekuatan yang tidak kita sadari, yaitu kebangsaan, keindonesiaan, ketahanan kita yang tak pantang menyerah, yang semuanya bersumber dari budaya bangsa," katanya.
Menurut Presiden, "invisible power" atau kekuatan yang tak tampak itu bersama dengan sumber daya alam dan manusia dapat digunakan untuk membangun Indonesia masa depan.
Indonesia, lanjut Presiden, dapat maju apabila tiga pilar kebangsaan dapat diperkuat yaitu kemandirian, daya saing dan peradaban termasuk di dalamnya adalah karakter bangsa.
"Kalau tiga-tiganya diperkokoh dan bersatu, yakin kita di abad 21 ini kita menjadi negara maju. Kita punya energi dan `power`. Kita bisa melakukan di masa depan. Kita negara terhormat, tak boleh ada satu negara pun yang melecehkan negara kita," ujarnya.
Sumber:
http://www.antara.co.id/arc/2008/10/30/presiden-ajak-publik-memperkuat-karakter-bangsa/