Berbicara dihadapan para pimpinan pondok pesantren se-Priangan Timur dalam acara buka bersama dan silaturahmi di pondok pesantren Cipasung Tasikmalaya, Kamis, Kepala Negara menyatakan setidaknya ada tiga hal pelajaran atau hikmah yang dapat dipetik.
"Hal pertama yang dapat kita petik adalah dalam menghadapi kesulitan kita harus bersatu. Jangan pernah memiliki sifat selamatkan diri masing-masing atau saling menyalahkan," kata Presiden.
Pelajaran kedua yang dapat dipetik adalah, masih menurut Presiden, setelah reformasi 1998 banyak terjadi kekerasan komunal yang mengakibatkan banyak korban jiwa yang jatuh.
"Kita, dalam menghadapi permasalahan haruslah menempuh cara-cara damai dan jangan memilih jalan kekerasan," katanya.
Hal yang ketiga, menurut Presiden, adalah usai reformasi kehidupan politik dan kebebasan berpendapat tumbuh semakin pesat di masyarakat.
"Mengemukakan pendapat adalah baik, tapi jangan kebablasan dan jangan digunakan sewenang-wenang, harus memakai akhlak dan tanggung jawab," tegas Presiden Yudhoyono.
Kepala Negara menekankan semua negara di dunia memiliki aturan dan kebebasan dapat dijalankan tapi tetap memperhatikan pranata sosial, pranata agama dan hukum.
Presiden yang didampingi oleh Ibu Ani Yudhoyono juga meminta, agar para pimpinan pondok pesantren meningkatkan mutu pendidikan.
"Tingkatkan mutu pendidikan di kalangan pondok pesantren, di sisi lain pemerintah telah mengajukan tambahan anggaran pendidikan hingga Rp220 triliun pada anggaran mendatang," katanya.
Presiden menambahkan pemerintah pusat dan pemerintah daerah akan berusaha membagi secara adil anggaran pendidikan umum dan pendidikan agama.
"Saya juga sudah bertemu dengan pimpinan pondok pesantren se-Priangan timur dan mengajak untuk mengelola pesantren dengan lebih baik," demikian Presiden Yudhoyono.
Sumber:
http://www.antara.co.id/arc/2008/9/18/presiden-ajak-renungkan-hikmah-reformasi/