Presiden APBN 2008 Tak Boleh Jebol

 
bagikan berita ke :

Jumat, 22 Februari 2008
Di baca 974 kali

Demikian disampaikan Presiden Yudhoyono menjawab pers, dalam keterangan seusai memimpin rapat koordinasi di Kantor Departemen Keuangan, Jakarta, Kamis (21/2) sore. Rapat tersebut dihadiri hampir seluruh menteri terkait dan jajaran eselon I Departemen Keuangan.  

Saya katakan APBN tidak boleh dikatakan jebol. APBN kita masih ada, dengan penyesuaian yang sedang kita lakukan bersama dengan DPR. Harapan kita, APBN tetap dapat melakukan pembiayaan terhadap seluruh keperluan negara, pembangunan maupun tugas-tugas rutin, tandas Presiden Yudhoyono.

Menurut Presiden, ketika ada peningkatan subsidi, maka harus ada penyesuaian APBN dari segi defisit anggaran, penghematan dan komponen-komponen lainnya. Yang saya katakan terkait pada persoalan, bagaimanapun APBN harus dapat memberikan stimulasi pertumbuhan. Selain membiayai tugas-tugas umum pemerintahan, juga dialokasikan untuk sosial safety-net. Itulah yang kita jadikan kerangka dari APBN yang tengah kita revisi," tambah Presiden.

Presiden Yudhoyono mengakui, APBN bukan satu-satunya komponen pertumbuhan. Ada yang namanya konsumsi, yang dua tahun terakhir menunjukan kecenderungan naik. Kontribusi konsumsi masyarakat pada pertumbuhan kita meningkat dengan baik. Juga komponen investasi, meskipun investasi ini harus dipacu, lanjut Presiden.

Komponen ekspor kita cukup baik karena menyumbang 47 persen dari pertumbuhan tahun lalu. Tahun ini ada tantangan akibat resesi di berbagai dunia. Maka, kita harus bekerja keras lagi untuk mempertahankan ekspor itu. Itulah sebabnya, kita harus melakukan efisiensi, optimasi dan pengencangan ikat pinggang. Namun, porsi pembangunan infrastruktur yang dilaksanakan harus terus berjalan, papar Presiden.

Kenaikan minyak mentah

Tentang kenaikan harga minyak mentah dunia menjadi 100 dollar AS, Presiden Yudhoyono menegaskan pemerintah bersama DPR akan meninjau kembali dan melakukan penyesuaian terhadap APBN 2008.

Kenaikan harga minyak yang kembali menembus 100 dollar AS, tentu meniscayakan pemerintah bersama DPR untuk meninjau kembali dan memperbaruinya. Defisit tentunya harus disesuaikan. Sebab, jika subsidi kita biarkan tanpa solusi, nilainya akan sangat besar, dan bisa mencapai Rp 250 triliun dari anggaran yang kurang dari Rp 900 triliun. Ini, tentu, sangat tidak sehat, jelas Presiden.

Oleh karena itu, tambah Presiden, pemerintah memilih sejumlah instrumen untuk penghematan, seperti mengurangi volume BBM yang dikonsumsi di dalam negeri. Terus mempercepat konversi penggunaan minyak tanah ke gas elpiji.

Minyak tanah menerima subsidi yang paling tinggi, yaitu setiap liter minyak tanah yang dijual sekarang, subsidi yang dikeluarkan pemerintah sekitar Rp 6.000 hingga Rp 7.000 dana yang dikeluarkan pemerintah. Bayangkan bila dikalikan dengan pemakaian 9 juta kilo liter dalam setahun, jumlah tentu akan akan sangat tinggi, lanjut Presiden.

Dikatakan Presiden, Solusi digarap secara komprehensif agar APBN kita tahun 2008 ini selamat.

 

sumber:

http://www.kompas.com/read.php?cnt=.xml.2008.02.21.21165381&channel=8&mn=15&idx=16

Bagaimana pendapat anda mengenai artikel ini?
0           0           0           0           0