Presiden Joko Widodo optimistis tren neraca perdagangan akan terus membaik pasca sejumlah upaya yang telah dilakukan pemerintah. Hal ini juga didukung dengan surplusnya neraca perdagangan bulan September 2018 sebesar USD227 juta, setelah sebelumnya mengalami defisit.
Pernyataan itu disampaikan Presiden saat membuka pameran dagang berskala internasional terbesar di Indonesia, Trade Expo Indonesia (TEI) 2018, di Indonesia Convention Exhibition Bumi Serpong Damai (ICE BSD), Tangerang, Banten, pada Rabu, 24 Oktober 2018.
"Alhamdulillah, di bulan September kemarin ada titik terang. Neraca perdagangan kita mulai surplus USD227 juta. Masih kecil, tapi sudah surplus. Kita harapkan nanti di Oktober dan November juga, (sehingga) menjadi tradisi setiap bulan itu surplus sehingga tahunannya surplus," jelas Presiden.
Kepala Negara menyampaikan bahwa pemerintah terus berupaya memperbaiki neraca perdagangan dan transaksi berjalan agar tidak mengalami defisit.
"Neraca perdagangan kita harus terus kita perbaiki. Dengan cara apa? Ekspor harus lebih besar dari impor. Sekarang ini impor masih lebih besar daripada ekspor. Oleh sebab itu ya defisit terus," tandas Presiden.
Untuk itu, Presiden Joko Widodo mendorong para pelaku usaha Tanah Air untuk masuk ke dalam pasar ekspor. Tak hanya itu, dirinya juga berharap agar pemerintah dan para pelaku usaha juga memperluas pasar ekspor nasional dengan memasuki tujuan-tujuan ekspor yang sebelumnya belum terjamah.
"Terus perlebar dan penetrasi untuk pasar-pasar nontradisional. Saya ingin duta besar, ITPC (Indonesian Trade Promotion Center), dan Konjen (Konsulat Jenderal) semua bekerja keras untuk pasar-pasar nontradisional kita. Asia Selatan, Rusia, Timur Tengah, Afrika, Turki, Pakistan, dan pasar ASEAN sendiri. Ini peluang besar yang tidak pernah kita urus bertahun-tahun," imbuh Presiden, seperti dilansir dari siaran pers Deputi Bidang Pers, Protokol dan Media Sekretariat Presiden, Bey Machmudin.
Dalam sambutannya itu, Presiden juga membicarakan soal kondisi perdagangan global yang kini menghadapi perang dagang negara adidaya. Meski perlu antisipasi untuk menghadapi hal itu, dirinya menekankan bahwa sesungguhnya di balik perang dagang tersebut peluang yang dapat dimanfaatkan.
"Ada kesulitan, tetapi biasanya di dalam kesulitan itu ada peluang. Gunakan peluang-peluang ini untuk masuk ke pasar-pasar yang ditinggalkan oleh yang baru berperang. Ini kesempatan, ini adalah peluang, yang bisa dan harus bisa kita pergunakan sebaik mungkin," kata Kepala Negara.
Apalagi tren ekspor Indonesia (nonmigas) dalam kurun waktu Januari hingga September 2018 mengalami kenaikan. Yakni mencapai USD122,31 miliar atau meningkat sebesar 9,29 persen. Momentum seperti ini harus terus dipertahankan dan ditingkatkan.
"Ekspor Januari sampai September 2018 berada pada posisi USD122 miliar, tumbuh 9,2 persen. Ini bagus sekali dibandingkan tahun 2017 yang lalu. Angka-angka seperti ini kita harus tahu. Tumbuh 9,2 persen artinya semakin tahun ekspor kita semakin baik," sambung Presiden.
Apabila sejumlah peluang ekspor tersebut dapat diurus dengan baik dan terus mengalami kenaikan, bukan tidak mungkin persoalan defisit neraca perdagangan dapat segera diatasi.
"Saya berharap ini mulai diperhatikan. Mulai kita urus dengan baik sehingga ekspor kita benar-benar naik dan terjadi yang namanya surplus neraca perdagangan," pungkas Kepala Negara.
Turut hadir mendampingi Presiden, Menteri Koordinator bidang Perekonomian Darmin Nasution, Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita, Kepala Badan Ekonomi Kreatif Triawan Munaf, dan Gubernur Banten Wahidin Halim. (Humas Kemensetneg)