Menteri Luar Negeri Hassan Wirajuda dalam laporannya menjelaskan bahwa konferensi ini terselenggara antara Pemerintah Indonesia bekerjasama dengan dua organisasi besar di Indonesia yaitu Nahdatul Ulama dan Muhammadiyah. “Pertemuan ini dihadiri sembilan negara yaitu Mesir, Iran, Irak, Libanon, Yordania, Malaysia, Pakistan, Suriah, dan Indonesia serta satu organisasi internasional yaitu Organisasi Konferensi Islam,� kata Hassan. Diharapkan pertemuan yang berlangsung dua hari mulai tanggal 3-4 April 2007 dapat menghasilkan sejumlah solusi kongkret bagi penyelesaian masalah Irak.
“Kita berkumpul di sini atas nama perdamaian dan harapan dengan berbagi pengalaman dan ide-ide untuk dapat menemukan jalan bagi rekonsiliasi Irak,� kata Presiden dalam sambutannya. “Hasil dari konflik itu sangat menakutkan. Baru-baru ini PBB mengeluarkan laporan bahwa di tahun 2006 lebih dari 34.000 warga Irak terbunuh, sekitar 37.000 warga terluka dan 471.000 warga Irak terlantar,� lanjutnya.
“Saya tidak dapat menerima bila sejumlah pernyataan mengatakan bahwa negara-negara Islam tidak terlalu perhatian dengan konflik yang terjadi di Irak. Itu tidak benar,� tegas Presiden. “Setiap umat Muslim sangat prihatin dan peduli dengan setiap umat muslim yang menjadi korban di Irak. Indonesia , sebagai negara dengan umat Muslim terbesar di dunia sangat peduli dengan masalah ini,� ujar Presiden.
Presiden berharap Indonesia dapat membawa kedamaiaan dan rekonsiliasi di Irak. “Ini adalah panggilan Islam, dan juga panggilan UUD 1945. Panggilan untuk bekerja bagi perdamaian dan keadilan sosial dimana saja di seluruh dunia, dan juga panggilan untuk kebijakan luar negeri yang bebas dan aktif,� seru Presiden. “ Indonesia telah berperan aktif dalam berbagai misi perdamaian PBB sejak krisis di Suez tahun 1955. Pada akhir bulan ini, Indonesia juga akan menjadi tuan rumah pertemuan antara pemimpin Hamas dan badan Eropa di Istana Bogor ,� Presiden menambahkan.
Presiden menjelaskan bahwa Indonesia mendukung Iran untuk mengembangkan energi nuklir untuk tujuan damai. “Ini harus diselesaikan dengan jalan damai dengan negosiasi dan diplomasi. Kami juga mendorong Iran untuk terus bekerjasama secara transparan dengan IAEA seperti yang diharapkan anggota IAEA,� ujar Presiden.
Saat ini, sebagai anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB, Indonesia akan bekerja keras untuk berperanserta memberikan solusi untuk setiap konflik di dunia, termasuk konflik di Timur Tengah dan juga Irak. “Bulan November lalu, di Istana Bogor , saya mengusulkan tiga solusi untuk konflik di Irak. Langkah pertama dan langkah yang paling penting adalah meluncurkan dan mengejar rekonsiliasi di negara yang sedang berperang tersebut. Kedua, penarikan kekuatan koalisi, digantikan dengan kekuatan koalisi baru yang terdiri dari negara-negara muslim. Ketiga, rekonstruksi di Irak,� jelas Presiden dihadapat lebih kurang tiga puluh undangan dari sembilan negara.
http://www.presidensby.info/index.php/fokus/2007/04/03/1695.html