Dalam waktu yang tak lama lagi, Indonesia diprediksi akan mengalami masa bonus demografi, di mana jumlah penduduk usia produktif lebih besar dibandingkan penduduk usia tidak produktif. Kementerian PPN/Bappenas menyebut, pada periode tersebut penduduk usia produktif diprediksi mencapai 64 persen dari total jumlah penduduk yang diproyeksikan sebesar 297 juta jiwa.
Saat menyampaikan pidato kenegaraan pada Sidang Bersama DPD RI dan DPR RI, di Ruang Rapat Paripurna, Gedung Nusantara MPR/DPR/DPD RI, Jakarta, Jumat, 16 Agustus 2019, Presiden Joko Widodo meyakini Indonesia akan mampu melakukan lompatan kemajuan secara signifikan jika seluruh elemen bangsa serius berbenah bersama.
“Momentumnya adalah sekarang tatkala kita antara 2020 sampai 2024, berada pada puncak periode bonus demografi. Jika kita lebih fokus mengembangkan kualitas sumber daya manusia (SDM) dan menggunakan cara-cara baru, maka saya yakin bonus demografi menjadi bonus lompatan kemajuan kita,” kata Presiden.
Untuk itu, Presiden ingin agar lembaga pendidikan dan lembaga pelatihan terus didukung untuk melakukan pembenahan secara besar-besaran agar mampu menghadapi perubahan. Terutama mengingat persaingan dunia yang semakin ketat dan disrupsi di berbagai bidang yang membutuhkan kualitas SDM yang tepat.
“Kita butuh SDM yang berbudi pekerti luhur dan berkarakter kuat. Kita butuh SDM yang menguasai keterampilan dan menguasai ilmu pengetahuan masa kini dan masa depan,” kata Presiden, seperti dilansir dari siaran pers BPMI, Sekretariat Presiden.
Menurut Presiden, pendidikan harus berakar pada budaya bangsa, memperjuangkan kepentingan nasional, dan tanggap terhadap perubahan dunia. Keluarga dan lembaga pendidikan menempati peran sentral dalam pendidikan anak-anak Indonesia.
“Budi pekerti, sopan santun, toleransi, dan kedisiplinan, termasuk kebiasaan mengantre dengan sabar dan teratur harus ditanamkan sejak dini,” kata Presiden.
Tak hanya itu, sikap mandiri, percaya diri, bergotong royong, dan saling peduli juga harus ditanamkan dalam pendidikan dasar. Pada jenjang pendidikan menengah, Presiden melanjutkan, para siswa harus dididik untuk mencari sumber belajar sendiri, berpikir kritis, tidak mudah terhasut, serta bisa menyelesaikan masalah.
“Keterampilan vokasional yang akan dibutuhkan pasar, the emerging skills, harus sudah dilatih sejak pendidikan menengah ini. Untuk tingkat pendidikan tinggi, kita harus berani mencanangkan target tinggi, bahwa SDM lulusan pendidikan tinggi kita harus kompetitif di tingkat regional dan di tingkat global,” kata Presiden.
SDM yang kompetitif tersebut, kata Presiden, harus memiliki karakter pekerja keras, jujur, kolaboratif, solutif, dan entrepreneurship. Tak hanya itu, SDM Indonesia juga harus kompetitif dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan keterampilan.
“(SDM) yang menguasai the emerging skills, yang mampu mengisi the emerging jobs, dan inovatif membangun the emerging business,” kata Presiden.
Namun, Presiden meyakini bahwa untuk mencetak SDM yang pintar dan berbudi pekerti luhur harus didahului oleh SDM sehat dan kuat. Oleh sebab itu, pemerintah bertekad untuk menurunkan angka stunting sehingga anak-anak Indonesia bisa tumbuh menjadi generasi yang premium.
“Perluas akses kesehatan dengan pemanfaatan teknologi dan pembangunan infrastruktur dasar ke seluruh pelosok Tanah Air. Tingkatkan kualitas kesehatan dengan pengembangan inovasi dan budaya hidup sehat,” kata Presiden. (Humas Kemensetneg)