Presiden SBY dan Ibu Ani mengenakan busana muslim serba putih duduk di
tribun kehormatan, sederet dengan pimpinan NU seperti Ketua Umum KH
Agil Siradj dan Ahmad Mahfud. Hadir pula keluarga almarhum Abdurrahman
Wahid dan beberapa menteri.
Peringatan harlah ke-85 NU ini bertemakan 'Meneguhkan Persatuan dan Kemandirian Bangsa untuk Perdamaian Dunia.' Menurut Ketua Panitia Harlah As'ad Said Ali, dengan tema ini NU mengajak seluruh komponen bangsa untuk kembali kepada cita-cita kemerdekaan dan semangat proklamasi, serta komitmen kepada konstitusi nasional yang mendasari berdirinya bangsa dan negara Indonesia.
Sementara itu, Ketua Umum PBNU Said Agil Siraj dalam pidato penyambutannya menjelaskan, tema ini sekaligus untuk memelihara dan mempertahankan Islam ahlussunnah wal jamaah, Islam yang ramah, Islam yang rahmatan lil alamin. "Bukan Islam radikal, bukan Islam ekstrim, apalagi sampai terorisme," ujar Said Agil. Selain itu, lanjut Said Agil, NU juga menjaga keberlangsungan negara persatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila.
Presiden SBY sendiri, atas nama negara dan rakyat Indonesia, dalam sambutannya menyampaikan terima kasih atas atas pengabdian NU sejak sebelum Indonesia merdeka dan berlangsung hingga kini. "NU berada di garis depan dan konsisten untuk menegakkan empat pilar kehidupan bernegara, yaitu Pancasila, NKRI, UUD 1945, dan Bhineka Tunggal Ika," kata Presiden.
NU juga konsisten menegakkan negara kebangsaan yang berketuhanan, bukan negara agama dan bukan negara sekuler yang meminggirkan agama. "Sikap NU yang konsisten itu sangat diperlukan dalam menegakkan kehidupan bernegara yang senantiasa menghadapi ancaman dan tantangan," SBY menambahkan.
Turut hadir Menko Perekonomian Hatta Rajasa, Mendiknas M Nuh, Menteri Sosial Salim Segaf Al Jufri, dan Menakertrans Muhaimin Iskandar. (arc)
Peringatan harlah ke-85 NU ini bertemakan 'Meneguhkan Persatuan dan Kemandirian Bangsa untuk Perdamaian Dunia.' Menurut Ketua Panitia Harlah As'ad Said Ali, dengan tema ini NU mengajak seluruh komponen bangsa untuk kembali kepada cita-cita kemerdekaan dan semangat proklamasi, serta komitmen kepada konstitusi nasional yang mendasari berdirinya bangsa dan negara Indonesia.
Sementara itu, Ketua Umum PBNU Said Agil Siraj dalam pidato penyambutannya menjelaskan, tema ini sekaligus untuk memelihara dan mempertahankan Islam ahlussunnah wal jamaah, Islam yang ramah, Islam yang rahmatan lil alamin. "Bukan Islam radikal, bukan Islam ekstrim, apalagi sampai terorisme," ujar Said Agil. Selain itu, lanjut Said Agil, NU juga menjaga keberlangsungan negara persatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila.
Presiden SBY sendiri, atas nama negara dan rakyat Indonesia, dalam sambutannya menyampaikan terima kasih atas atas pengabdian NU sejak sebelum Indonesia merdeka dan berlangsung hingga kini. "NU berada di garis depan dan konsisten untuk menegakkan empat pilar kehidupan bernegara, yaitu Pancasila, NKRI, UUD 1945, dan Bhineka Tunggal Ika," kata Presiden.
NU juga konsisten menegakkan negara kebangsaan yang berketuhanan, bukan negara agama dan bukan negara sekuler yang meminggirkan agama. "Sikap NU yang konsisten itu sangat diperlukan dalam menegakkan kehidupan bernegara yang senantiasa menghadapi ancaman dan tantangan," SBY menambahkan.
Turut hadir Menko Perekonomian Hatta Rajasa, Mendiknas M Nuh, Menteri Sosial Salim Segaf Al Jufri, dan Menakertrans Muhaimin Iskandar. (arc)
Â
Bagaimana pendapat anda mengenai artikel ini?