"Kalau terus berlanjut tentulah tidak sehat dan rawan, bahkan membebani masa depan kita semua dan pemerintahan berikutnya lagi," katanya dalam sambutanya di peresmian Kantor Pelayanan Pajak Madya Jakarta dan Pencanangan Kantor Pelayanan Pajak Khusus untuk Wajib Pajak Besar Orang Pribadi di Jakarta, Rabu (18/3).
Menurut Presiden, Indonesia pernah mengalami masa sulit seperti saat krisis 1998 lalu di mana sumber pembelanjaan negara sangat bergantung pada utang luar negeri, penjualan aset negara, dan privatisasi
Untuk itu, lanjut Presiden, pemerintah terus berusaha mengurangi pendanaan pembangunan dari utang dan memperbesar sumber dari dalam negeri, terutama pajak.
Penerimaan pajak dari tahun ke tahun, jelas Presiden, meningkat cukup signifikan. Ia menyebutkan, tahun 2006 sebesar Rp 358 triliun, 2007 menjadi Rp 426,2 triliun, dan pada 2008 lebih dari Rp 500 triliun. "Tahun 2008 kita surplus penerimaan Rp 37 triliun atau 6 persen di atas sasaran dari APBN 2008," katanya.
Presiden menilai, penerimaan pajak selama 3 tahun terakhir itu menunjukan perekonomian dalam negeri tumbuh dengan baik sebelum terpukul krisis ekonomi global. Kemudian juga menunjukan kepatuhan dan kesadaran wajib pajak meningkat dengan baik.
"Mereka itulah yang membuat penerimaan pajak besar, mereka pahlawan pembangunan," katanya.
Sumber:
http://bisniskeuangan.kompas.com/read/xml/2009/03/19/08275759/Presiden.Indonesia.Harus.Kurangi.Utang.Luar.Negeri
Bagaimana pendapat anda mengenai artikel ini?