Presiden: Indonesia Memiliki 237 Rumah Sakit Yang Menyediakan Obat Bagi Pengidap HIV
Badung: Di Indonesia sekarang ini makin banyak orang mencari konseling dan secara sukarela memeriksakan diri untuk HIV. Ini adalah tanda baik, menunjukkan penurunan stigma yang melekat pada penderita HIV di Indonesia. "Kita juga melipat tigakan perlengkapan terapi anti-retroviral untuk 18 ribu orang di seluruh Indonesia, gratis," kata Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam sambutannya saat membuka The 9th International Congress on AIDS in Asia and the Pacific (ICAAP) di Kompleks Garuda Wisnu Kencana, Bali, Minggu (9/8) malam.
Presiden SBY menjelaskan bahwa saat ini di Indonesia telah memiliki 296 konseling sukarela dan pusat pengujian, 237 rumah sakit dan pusat komunitas kesehatan yang menyediakan obat bagi orang yang mengidap HIV. "Telah ada juga 25 rumah sakit yang menyediakan pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak," terang SBY.
Pemerintah Indonesia juga secara signifikan meningkatkan alokasi pembiayaan domestik bagi AIDS. "Antara 2006 hingga 2009, anggaran belanja yang dialokasikan untuk AIDS meningkat tujuh kali dari 11 juta dollar amerika menjadi 73 juta dollar amerika. Anggaran belanja daerah juga meningkat dari 20 miliar rupiah menjadi 74 miliar. Meskipun begitu, mengingat jumlah masyarakat Indonesia dan kompleksnya respon AIDS, pekerjaan kita jauh dari selesai," ujar SBY.
"Memerangi AIDS di Indonesia masih merupakan perjuangan yang berat. Kita juga mengakui celah sumber daya yang tetap tinggi. Dalam hubungan ini, saya mengucapkan apresiasi atas nama masyarakat Indonesia kepada bantuan multilateral dan internasional. The Global Fund to fight AIDS, Tuberculosis and Malaria, the UNAIDS and the United Nations family, pemerintah Australia, European Union dan masih banyak bantuan lainnya untuk dukungan mereka dan kontribusi finansial yang disediakan untuk Indonesia," SBY menyerukan.
Komisi Nasional Penanggulangan AIDS memberikan informasi kepada Presiden SBY bahwa ada lima jaringan nasional, yaitu perempuan positif, orang yang hidup dengan HIV, orang yang selamat dari pemakaian narkoba, pekerja sex, an jaringan gay, transgender, dan laki-laki yang berhubungan sex dengan laki-laki. "Mereka secara aktif terlibat dalam merencanakan, melaksanakan, mengawasi dan mengevaluasi tanggapan nasional. Ini adalah jenis kemitraan yang kita perlukan. Sementara rintangan psikologi tetap ada, kita melihat kemajuan," seru SBY.
"Banyak orang sekarang memiliki cukup keberanian untuk berbicara dan membagi pengalaman mereka. Indonesia telah banyak belajar dari yang lainnya dalam memerangi HIV/AIDS. Inilah mengapa konferensi ini sangat penting bagi kita semua, untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman, serta memperbaharui satu sama lain tentang inovasi terbaru," terang SBY. "Kita tidak memerangi virus HIV dengan satu pendekatan atau meraih hanya satu bagian dari populasi. Kita harus menjadi bagian dari semua usaha. Kita perlu mempromosikan pendekatan komprehensif dan inklusif," tambah SBY.
Presiden SBY mengingatkan bahwa kita tidak hanya berurusan dengan sebuah virus, tetapi dengan mahluk hidup. "Keluarga kita, teman, tetangga, dan teman kerja. Sementara kita berjuang untuk membunuh virus, kita juga melindungi martabat manusia," jelas SBY.
Sumber:
http://www.presidensby.info/index.php/fokus/2009/08/09/4563.html
Presiden SBY menjelaskan bahwa saat ini di Indonesia telah memiliki 296 konseling sukarela dan pusat pengujian, 237 rumah sakit dan pusat komunitas kesehatan yang menyediakan obat bagi orang yang mengidap HIV. "Telah ada juga 25 rumah sakit yang menyediakan pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak," terang SBY.
Pemerintah Indonesia juga secara signifikan meningkatkan alokasi pembiayaan domestik bagi AIDS. "Antara 2006 hingga 2009, anggaran belanja yang dialokasikan untuk AIDS meningkat tujuh kali dari 11 juta dollar amerika menjadi 73 juta dollar amerika. Anggaran belanja daerah juga meningkat dari 20 miliar rupiah menjadi 74 miliar. Meskipun begitu, mengingat jumlah masyarakat Indonesia dan kompleksnya respon AIDS, pekerjaan kita jauh dari selesai," ujar SBY.
"Memerangi AIDS di Indonesia masih merupakan perjuangan yang berat. Kita juga mengakui celah sumber daya yang tetap tinggi. Dalam hubungan ini, saya mengucapkan apresiasi atas nama masyarakat Indonesia kepada bantuan multilateral dan internasional. The Global Fund to fight AIDS, Tuberculosis and Malaria, the UNAIDS and the United Nations family, pemerintah Australia, European Union dan masih banyak bantuan lainnya untuk dukungan mereka dan kontribusi finansial yang disediakan untuk Indonesia," SBY menyerukan.
Komisi Nasional Penanggulangan AIDS memberikan informasi kepada Presiden SBY bahwa ada lima jaringan nasional, yaitu perempuan positif, orang yang hidup dengan HIV, orang yang selamat dari pemakaian narkoba, pekerja sex, an jaringan gay, transgender, dan laki-laki yang berhubungan sex dengan laki-laki. "Mereka secara aktif terlibat dalam merencanakan, melaksanakan, mengawasi dan mengevaluasi tanggapan nasional. Ini adalah jenis kemitraan yang kita perlukan. Sementara rintangan psikologi tetap ada, kita melihat kemajuan," seru SBY.
"Banyak orang sekarang memiliki cukup keberanian untuk berbicara dan membagi pengalaman mereka. Indonesia telah banyak belajar dari yang lainnya dalam memerangi HIV/AIDS. Inilah mengapa konferensi ini sangat penting bagi kita semua, untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman, serta memperbaharui satu sama lain tentang inovasi terbaru," terang SBY. "Kita tidak memerangi virus HIV dengan satu pendekatan atau meraih hanya satu bagian dari populasi. Kita harus menjadi bagian dari semua usaha. Kita perlu mempromosikan pendekatan komprehensif dan inklusif," tambah SBY.
Presiden SBY mengingatkan bahwa kita tidak hanya berurusan dengan sebuah virus, tetapi dengan mahluk hidup. "Keluarga kita, teman, tetangga, dan teman kerja. Sementara kita berjuang untuk membunuh virus, kita juga melindungi martabat manusia," jelas SBY.
Sumber:
http://www.presidensby.info/index.php/fokus/2009/08/09/4563.html
Bagaimana pendapat anda mengenai artikel ini?