Jakarta - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengakui, banyak hal belum tercapai secara optimal. Ia mengatakan hal ini berkaitan dengan sejumlah capaian dan usaha mewujudnya perubahan yang dijanjikannya saat kampanye 2004. Untuk itu, Presiden meminta semua pihak menjadi solusi, tidak hanya menonton dan menyalahkan.
â€Marilah kita menjadi contoh dalam mengatasi keadaan ini. Jangan hanya menonton sambil menyalahkan sana, menyalahkan sini, menuding sana, menuding sini,†ujar Presiden Yudhoyono saat bersilaturahim dengan Jam’iyyah Alith Thoriqoh Al-Mu’tabaroh An-Nahdliyyah di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta, Senin (30/6).
Perbandingan
Sejumlah capaian dan mewujudnya perubahan seperti dijanjikan dirinci Presiden dengan acuan keadaan Indonesia 10 tahun lalu pada masa krisis dan empat tahun lalu pada awal pemerintahannya. Akhir tahun 2004, rasio utang dari pendapatan adalah 53,5 persen. Saat ini rasionya turun menjadi 35 persen dari pendapatan. â€Utang IMF sudah kita lunasi dua tahun lalu,†ujarnya.
Presiden menuturkan, sebelum krisis, ekonomi tumbuh 7 persen, saat krisis ekonomi minus 13 persen. Tahun 2004, ekonomi tumbuh 5,7 persen dan tahun 2008 telah tumbuh di atas 6 persen.
â€Keamanan ketika itu banyak konflik di Aceh, Poso, Maluku, Maluku Utara, Papua. Dengan kerja sama dan kerja keras, bahkan Aceh telah damai di bawah Merah Putih dan Negara Kesatuan Republik Indonesia,†ujarnya.
Menurut Presiden, penegakan hukum dilakukan terhadap para koruptor yang pada masa lalu bisa tenang dan kipas-kipas karena bebas dari jerat hukum. Politik juga makin stabil.
Satu hal yang belum membuat Presiden puas adalah capaian pemberantasan kemiskinan.
Dalam forum yang sama, Wakil Presiden Jusuf Kalla juga hadir, Sabtu pekan lalu. Wapres membuka musyawarah kubro nasional Jam’iyyah Alith Thoriqoh Al-Mu’tabaroh An-Nahdliyyah, yang merupakan organisasi di bawah Nahdlatul Ulama.
â€Marilah kita menjadi contoh dalam mengatasi keadaan ini. Jangan hanya menonton sambil menyalahkan sana, menyalahkan sini, menuding sana, menuding sini,†ujar Presiden Yudhoyono saat bersilaturahim dengan Jam’iyyah Alith Thoriqoh Al-Mu’tabaroh An-Nahdliyyah di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta, Senin (30/6).
Perbandingan
Sejumlah capaian dan mewujudnya perubahan seperti dijanjikan dirinci Presiden dengan acuan keadaan Indonesia 10 tahun lalu pada masa krisis dan empat tahun lalu pada awal pemerintahannya. Akhir tahun 2004, rasio utang dari pendapatan adalah 53,5 persen. Saat ini rasionya turun menjadi 35 persen dari pendapatan. â€Utang IMF sudah kita lunasi dua tahun lalu,†ujarnya.
Presiden menuturkan, sebelum krisis, ekonomi tumbuh 7 persen, saat krisis ekonomi minus 13 persen. Tahun 2004, ekonomi tumbuh 5,7 persen dan tahun 2008 telah tumbuh di atas 6 persen.
â€Keamanan ketika itu banyak konflik di Aceh, Poso, Maluku, Maluku Utara, Papua. Dengan kerja sama dan kerja keras, bahkan Aceh telah damai di bawah Merah Putih dan Negara Kesatuan Republik Indonesia,†ujarnya.
Menurut Presiden, penegakan hukum dilakukan terhadap para koruptor yang pada masa lalu bisa tenang dan kipas-kipas karena bebas dari jerat hukum. Politik juga makin stabil.
Satu hal yang belum membuat Presiden puas adalah capaian pemberantasan kemiskinan.
Dalam forum yang sama, Wakil Presiden Jusuf Kalla juga hadir, Sabtu pekan lalu. Wapres membuka musyawarah kubro nasional Jam’iyyah Alith Thoriqoh Al-Mu’tabaroh An-Nahdliyyah, yang merupakan organisasi di bawah Nahdlatul Ulama.
Â
Â
Â
Â
Sumber:
http://cetak.kompas.com/read/xml/2008/07/01/01025631/presiden.jangan.hanya.menonton
http://cetak.kompas.com/read/xml/2008/07/01/01025631/presiden.jangan.hanya.menonton
Bagaimana pendapat anda mengenai artikel ini?