Oleh karenanya, tidaklah heran saat Ketum HIPMI
menyampaikan sambutan, Presiden dapat merasakan semangatnya seorang pengusaha
muda. "Semangatnya kenceng banget, kadang remya blong," ujar
Presiden.
Bahkan Presiden mengakui bahwa dirinya saat
menjadi pengusaha sempat mengalami ketidakberhasilan. "Dan saat itu saya
mengalami rem blong tiga kali," kata Presiden, seperti dilansir Tim
Komunikasi Presiden, Ari Dwipayana.
Setelah mengalami kegagalan sebanyak tiga kali,
barulah usaha yang dirintis Presiden saat menjadi pengusaha menuai
keberhasilan. Untuk itu, Presiden memberikan kiat-kiat kepada peserta Jambore
upaya menjadi pengusaha. "Jika ingin menjadi pengusaha, jangan mikir dulu,
terjuni dulu dan jalani," ucap Presiden.
Setelah menjadi pengusaha dan menemui masalah,
selesaikan. Jika masalah itu justru menjadi batu sandungan dan menjadikan
kegagalan, jangan pernah putus asa. "Kalau jatuh, bangkit lagi, harus
seperti itu," ujar Presiden.
Â
Mudah menyerah ketika memulai usaha dan tidak
berusaha bangkit lagi adalah penyebab rendahnya jumlah pengusaha di negara kita.
"Kenapa kita baru 1,6 persen yang jadi pengusaha? Padahal di negara lain
lingkup ASEAN sudah lebih dari 4 persen, karena ketakutan kita bersaing dan
berkompetisi," kata Presiden.
Presiden meyakini bahwa generasi muda Indonesia
adalah anak-anak muda yang tangguh dan para pengusaha muda kita bukanlah anak
muda yang jago kandang. "Tapi petarung-petarung yang tangguh dan
siap menjadi pemenang, bukan jadi pecundang," tutur Presiden.
Dunia
Tanpa Batas
Presiden mengingatkan bahwa untuk menjadi
pengusaha, modal semangat saja tidak cukup karena kita harus memahami dunia
yang berubah sangat cepat, dalam hitungan jam, bahkan dalam hitungan menit.
"Kemajuan teknologi membuat dunia sekarang seolah tanpa batas atau borderless. Berjualan kadang sudah tidak
lagi di pasar atau mal, melalui e-commerce atau online store," ujar Presiden.
Selain itu, rantai pasok bahan baku, produk dan
jasa sudah menjadi sangat global. "Sudah tidak bisa kita batasi. Apalagi
dengan sosial media, semuanya menjadi serba terbuka dan tersajikan secara cepat
dan tepat. Sudah tidak bisa kita bendung lagi," lanjut Presiden.
Dalam situasi perubahan seperti ini, pilihan
kita hanya dua, mau jadi terbuka atau menutup diri. "Buat saya, pilihan
saya hanya satu, kita harus berani terbuka dan kita harus yakin dengan itu kita
menjadi lebih baik. Artinya terbuka kita harus berani berkompetisi,
bertarung," kata Presiden.
Presiden mengingatkan bahwa kita telah memasuki
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) dan hampir setiap dua bulan dirinya bertemu
dengan Kepala Negara dari ASEAN. "Baru dua-tiga hari yang lalu kita juga
bertemu di Rusia. Kalau kita ketemu selalu bergandeng-gandengan," kata
Presiden.
Tapi meski bergandengan tangan, Presiden mengingatkan bahwa mereka adalah pesaing kita. "Ini perlu saya ingatkan, meskipun yang hadir disini adalah 140 pengusaha muda dari ASEAN, bahwa selain kawan, mereka adalah pesaing kita," pesan Presiden.
Kompetisi
Mengejar Ketertinggalan
Keterbukaan dan kompetisi adalah kata kunci
dalam era persaingan saat ini. “Keterbukaan dan kompetisi, akan memaksa kita
untuk memperbaiki diri dan mengejar ketertinggalan dibandingkan negara-negara
lain,†lanjut Presiden.
Â
Bahkan Presiden melihat bahwa karakter bangsa Indonesia semakin terdesak, kepintaran dan ketangguhan semakin tampak. Hal ini dicontohkan Presiden pada Bank-bank Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Pertamina dan Garuda. Bank-bank BUMN ketika tahun 1970-an hanya beroperasi hingga pukul 13.00-14.00 setiap harinya. Tapi kini, setelah diberi pesaing bank-bank asing dan swasta, bank-bank BUMN selain memiliki pelayanan yang semakin baik, keuntungan yang diperoleh juga sangat besar.Â
"Pelayanan bank pemerintah menjadi lebih
bagus, laba tahunannya meningkat dan sistem Information and Technology (IT) bisa bersaing dengan swata. Coba
kita lihat Bank Rakyat Indonesia (BRI), keuntungannya setiap tahun Rp 24 triliun,
bank swasta kalah," ujar Presiden.
Demikian pula yang dialami Pertamina pada tahun
1970-1980, dimana SPBU yang kumuh dan petugasnya tidak menggunakan seragam.
Setelah diberi pesaing, pelayanan menjadi lebih bagus. "Keuntungan mereka
juga lebih besar dan pesaing sudah tutup karena tidak kuat bersaing dengan
Pertamina," ujar Presiden.
Presiden mengatakan bahwa karakter bangsa
Indonesia, bila dihadapkan pada kompetisi, baru kita bangun. "Oleh karena
itu dengan MEA ini dapat memberikan semangat bagi kita semua, terutama
anak-anak muda untuk bangkit dan berani bersiang," kata Presiden.Â
Maskapai penerbangan Garuda juga seperti itu.
Pelayanannya kurang baik ketika tidak ada pesaing, begitu ada pesaing, Garuda
kini menjadi lima besar brand yang
paling baik untuk Asia 2016. "Karena ada persaingan," ucap Presiden.
Turut mendampingi Presiden dan Ibu Negara Iriana
Joko Widodo pada Pembukaan Jambore Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI)
Perguruan Tinggi se-ASEAN di Telkom University Convention Hall, Bandung, yakni
Menteri Koordinator bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK RI), Puan
Maharani; Menteri Ristek dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti RI), M Nasir;
Sekretaris Kabinet, Pramono Anung, Gubernur Jawa Barat dan Ketua Umum (Ketum)
Badan Pengurus Pusat HIPMI, Bahlil Lahadalia. (Humas Kemensetneg)