Presiden Jokowi Kampanyekan Pariwisata Indonesia di Shanghai

 
bagikan berita ke :

Sabtu, 03 September 2016
Di baca 708 kali

Berdasarkan rilis Kepala Biro Pers, Media dan Informasi Sekretariat Presiden, Bey Machmudin, sebagai perbandingan, Presiden memberikan gambaran di mana Malaysia dikunjungi oleh 24 juta wisatawan mancanegara (wisman) dalam satu tahun, Thailand didatangi oleh 28 juta wisman. "Indonesia 9,8 juta (wisman). Padahal tempat yang indah-indah di kita itu banyak sekali. Apa yang keliru, apa yang salah? Tahun 2019 harus sudah di atas 20 juta (wisman)," ujarnya.

 

Presiden yang hadir bersama Ibu Negara Iriana Joko Widodo menjelaskan bahwa dirinya telah menandatangani kerja sama di bidang pariwisata dengan Presiden Xi Jinping tahun lalu. Saat itu kedua negara berupaya untuk mendatangkan sepuluh juta wisatawan asal Tiongkok ke Indonesia. Upaya ini kini telah mulai mendatangkan hasil.

 

"Manado mulai bulan lalu terjadi peningkakan turisnya hingga 1.000 persen karena ada direct flight dari empat provinsi di sini (Tiongkok). Sekarang di Manado banyak bangun restoran, hotel. Banyak sekali," ungkapnya.

 

Aturan Dokter Lulusan Luar Negeri Akan Diselesaikan

 

Sementara itu, Ariawan, mahasiswa Indonesia yang sedang menempuh studi kedokteran mengeluhkan tentang kesulitan yang dihadapinya bila akan mengabdi sebagai dokter di Indonesia. Ia mengaku mengalami kesulitan karena banyaknya aturan yang dihadapi oleh lulusan fakultas kedokteran dari perguruan tinggi di luar negeri.

 

Terhadap permasalahan tersebut, Presiden menjelaskan bahwa dirinya telah mengetahui masalah yang dihadapi oleh mahasiswa kedokteran yang menimba ilmu di luar negeri.

 

"Masalah kedokteran tidak hanya urusan mahasiswa di sini (Tiongkok). Saat berkunjung ke Rusia keluhannya sama, Amerika Serikat sama. Bukan aturan yang ada di pemerintah. Aturan ini yang banyak dari organisasi. Inilah yang baru dalam proses dan akan kita selesaikan," imbuh Presiden.

 

Diaspora Indonesia akan Pulang, Presiden Jokowi: Siapkan Keterampilan

 

Indah, warga Aceh yang tengah menempuh studi jurnalistik komunikasi meminta nasihat Presiden jika dirinya kelak kembali ke Indonesia.

 

"Mahasiswa kalau pulang, ya pulang saja," jawab Presiden.

 

Tentunya bagi mereka yang tengah menimba ilmu maupun bekerja di luar negeri, jika ingin kembali dan bekerja di Indonesia harus mempersiapkan keahlian dan keterampilan dalam mengelola berbagai hal.

 

"Kalau yang di sini, misalnya sudah bekerja di Alibaba. Pulang ke Indonesia buatlah Alibaba Indonesia," kata Presiden.

 

Presiden menceritakan saat dirinya berkunjung ke Silicon Valley di mana terdapat 70 warga Indonesia yang bekerja di Google. Ketika itu mereka menanyakan kepada Presiden mengenai hal-hal yang dapat mereka lakukan di Indonesia nanti.

 

"Kamu pulang buat Google Indonesia sehingga kita punya platform sendiri," ucap Presiden.

 

Bagi warga Indonesia yang tinggal di Tiongkok, Presiden berharap agar mereka mempelajari bagaimana negara Tirai Bambu ini dapat berkembang dengan sangat cepat.

 

"Di sini harus apa dan ngapain? Kenapa mereka bisa mengerjakan rel kereta api setahun sejauh 2.000 kilometer?" pikir Presiden.

 

Sebelumnya, Presiden mengungkap bahwa Indonesia baru saja akan membangun kereta cepat Jakarta-Bandung sejauh 140 kilometer. Namun yang terjadi malah kegaduhan yang timbul.

 

"Dua tahun yang lalu di Tiongkok terdapat 18.000 kilometer rel kereta api. Sekarang sudah 21.000 kilometer. Kita 140 kilometer sudah ramai. Ramai debatnya, bukan ramai kerjanya," jelas Presiden.

 

Lebih lanjut, Presiden berharap agar keahlian yang dimiliki diaspora Indonesia mampu bermanfaat bagi negara.

 

"Jangan diisi orang lain. Keahlian yang spesifik dan sulit kita isi sendiri," kata Presiden.

 

Kompetisi dan Keterbukaan

 

Dalam pertemuan yang dihadiri sekira 800 masyarakat Indonesia dari berbagai kota di Tiongkok, Presiden menyampaikan beberapa kebijakan yang sudah diambil, yakni fokus pada keterbukaan dan kompetisi.

 

"Dalam era kompetisi, kita mau buka," ucap Presiden.

 

Namun, Presiden mengingatkan bahwa di dalam negeri kita harus mempersiapkan segala sesuatunya agar mampu bersaing dan berkompetisi. "Kompetisi tidak bisa kita tolak. Komitmen kita keterbukaan dan kompetisi," tegasnya.

 

Turut hadir mendampingi Presiden, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, Luhut Binsar Panjaitan; Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi; Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati; Sekretaris Kabinet (Seskab) Pramono Anung; Menteri Perindustrian, Airlangga Hartarto; Menkominfo Rudiantara, Menteri Perdagangan (Mendag) Enggartiast Lukito; Kepala BIN, Sutiyoso; Kepala Badan Ekonomi (Bekraf) Kreatif Triawan Munaf; dan Dubes Republik Indonesia untuk Republik Rakyat Tiongkok, Sugeng Rahardjo. (Humas Kemensetneg)

 

 

 

 

Bagaimana pendapat anda mengenai artikel ini?
0           0           0           0           0