Pembangunan sumber daya manusia (SDM) yang berkelanjutan merupakan salah satu kunci untuk menjadi sebuah negara maju. Presiden Joko Widodo mencontohkan, negara Persatuan Emirat Arab (PEA) adalah salah satu buktinya.
Saat memberikan sambutan di peresmian Pembukaan Kongres V Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) di Hotel Grand Inna Bali Beach, Kota Denpasar, Provinsi Bali, Kamis, 8 Agustus 2019, Presiden Jokowi bercerita mengenai pengalamannya saat berkunjung ke PEA, empat tahun yang lalu. Saat itu Presiden Jokowi ingin mengetahui bagaimana Persatuan Emirat Arab dalam kurun kurang dari 40 tahun bisa menjadi sebuah negara maju dan kaya.
Seperti dilansir dari BPMI, Sekretariat Presiden, Putra Mahkota Abu Dhabi, Syekh Mohamed Bin Zayed (MBZ), saat itu menjemput langsung Presiden Jokowi di bandara. Tak hanya itu, Syekh MBZ juga mengajak Presiden Jokowi duduk satu mobil dan menyetirnya dalam perjalanan dari bandara. Ketika keduanya berada dalam mobil, Presiden Jokowi bertanya mengenai resep PEA bisa melompat menjadi negara maju.
“Beliau bercerita. Tahun 60 kami dari Dubai ke Abu Dhabi masih naik unta. Kita tahun 60 itu, sudah naik Holden dan Impala. Benar? Tahun 70, dia cerita lagi, kami dari Dubai ke Abu Dhabi itu naik truk dan naik mobil pick up. Kita tahun 70 sudah naik yang namanya Kijang, Kijang kotak. Tetapi begitu menginjak tahun 80-85 ke atas, mereka sudah naik mobil-mobil yang luks,” kata Presiden.
Dalam obrolan itu, terungkap bahwa kunci PEA bisa melompat menjadi negara maju adalah pembangunan sumber daya manusia yang berkelanjutan, berikut dengan sistem manajemen yang dibangun sejak awal.
“Jadi saat itu hampir perusahaan-perusahaan besar, perusahaan-perusahaan BUMN kayak kita, sistem manajemen di kantor-kantor pemerintahan, semuanya mereka hire dari luar. CEO Dubai Port, Dubai Aluminium, semuanya bule-bule. Terus orang lokalnya jadi pendamping, wakil-wakil, sambil yang lain disekolahkan ke luar. Tapi begitu 10 tahun dan 15 tahun, itu ditarik sudah bisa mengganti yang tadi menjadi direktur utama, menjadi CEO. Itulah, sekali lagi, pentingnya sumber daya manusia bagi sebuah pembangunan,” kata Presiden.
Oleh sebab itu, Presiden Jokowi mengatakan, jika pada lima tahun pertama pemerintahannya ia fokus pada pembangunan infrastruktur, maka dalam lima tahun ke depan, pembangunan sumber daya manusia lah yang akan menjadi fokus pemerintahannya. Ia meyakini bahwa SDM yang berkualitas akan menjadi fondasi bangsa Indonesia di masa depan.
“Kejayaan minyak dan kayu sudah selesai. Kejayaan komoditas-komoditas sumber daya alam (SDA) juga sudah hampir selesai. Fondasi kita ke depan, percayalah, sumber daya manusia (SDM) kita yang berkualitas, yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. Dan kualitas SDM itu harus dibangun, mulai dibangun sejak di dalam kandungan. Oleh sebab itu, tidak boleh ada lagi yang namanya stunting, kekerdilan. Kesehatan ibu dan anak menjadi sebuah kunci, terutama sampai umur 7-8 tahun. Ini adalah umur emas,” kata Presiden.
Tak hanya itu, Presiden juga ingin meningkatkan kualitas pendidikan, mulai dari tingkat dasar hingga tingkat perguruan tinggi. Tujuannya, bukan hanya membuat generasi muda Indonesia menjadi pintar dan mampu berkarya, tetapi juga untuk mencetak generasi yang pancasilais, toleran, dan kokoh bergotong royong.
Untuk itu, di tengah perkembangan global yang berubah cepat, Presiden memandang perlu untuk menerjemahkan nilai-nilai dasar dan ideologi bangsa Indonesia ke dalam konteks yang kekinian. Demikian juga dengan nasionalisme dan semangat kerakyatan.
“Perlu lebih jeli, perlu disesuaikan dengan semangat perubahan zaman ini. Harus sesuai dengan fakta dan data, sehingga kita tidak keliru dalam merumuskan kebijakan,” kata Presiden. (Humas Kemensetneg)