Pembangunan tak selamanya menyenangkan dan menuai hasil dengan segera. Semua butuh proses dan perjuangan yang terkadang terasa pahit. Demikian halnya dengan program pembangunan yang menjadi fokus perhatian pemerintahan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla dalam empat tahun ini.
Hal itu disampaikan Presiden saat menghadiri peluncuran buku "Jokowi Menuju Cahaya" yang ditulis oleh Alberthiene Endah di Hotel Mulia, Jakarta Pusat, Kamis, 13 Desember 2018.
"Kita harus sadar bahwa proses kadang pahit, proses kadang sakit. Suatu saat kita memetik buahnya. Jangan sampai kita mendidik masyarakat ini dengan yang instan, hal-hal yang menyenangkan, dan memanjakan," kata Presiden.
Dalam acara yang dihadiri Wakil Presiden Jusuf Kalla dan sejumlah menteri Kabinet Kerja, Presiden mengatakan bahwa mudah saja bagi dirinya untuk membangun masyarakat secara instan dengan mengeluarkan kebijakan dan program-program yang memiliki efek dalam jangka pendek dan terasa menyenangkan.
Namun, ia yakin bahwa Indonesia bisa berdiri dengan kokoh bila dibangun dengan cara-cara yang baik dan diselingi kerja keras.
"Mudah sebetulnya kalau mau inginnya yang seperti itu. Buat saja subsidi, bantuan sosial, dan BLT (bantuan langsung tunai) sebanyak-banyaknya kepada masyarakat. Senang semuanya. Tapi membangun sebuah rumah yang kokoh memang perlu fondasi-fondasi yang kuat," terang Presiden.
Sebagai bagian dari pembangunan fondasi yang kokoh, pemerintah sudah bersiap untuk menyentuh tahap berikut dalam pembangunan nasional. Sumber daya manusia ialah aspek yang akan menjadi perhatian pemerintah bagi pembangunan bangsa mulai tahun mendatang.
"Dalam perjalanan panjang menuju sebuah negara yang besar kita memerlukan infrastruktur dalam bersaing. Yang kedua, manusianya juga menjadi syarat mutlak," kata Presiden.
Selain itu, reformasi struktural pemerintahan juga terus dilakukan bertahap. Presiden kembali menyinggung soal kecepatan yang menjadi kunci dalam persaingan antarnegara.
"Sering saya sampaikan yang namanya negara besar belum tentu mengalahkan negara kecil. Negara yang kuat belum tentu bisa mengalahkan negara yang lemah. Tetapi negara yang cepat akan mengalahkan negara yang lambat, itu iya. Ke depan pasti seperti itu," terang Presiden, seperti dilansir dari siaran pers Deputi Bidang Pers, Protokol dan Media Sekretariat Presiden, Bey Machmudin.
Dengan membangun sebuah fondasi yang kuat, Presiden yakin bahwa sekeras apapun gelombang yang nantinya menerjang, bangsa Indonesia akan tetap berdiri tegak dan menghadapinya dengan kekuatan penuh.
"Beda soal kalau kita memanjakan, terkena gelombang sedikit saja sudah langsung hilang terseret dengan gelombang tadi," tandas Presiden. (Humas Kemensetneg)
Bagaimana pendapat anda mengenai artikel ini?