“Apalagi pada saat
terjadi perubahan musim tanam karena pengaruh perubahan iklim dunia
seperti sekarang. Ketersediaan data tunggal tersebut mutlak diusahakan
bersama,†kata Presiden Jokowi.
Presiden Jokowi sebagaimana dikatakan Tim Komunikasi Presiden Teten Masduki mengatakan bahwa selain data tunggal, ketersediaan sarana produksi, termasuk benih dan pupuk dengan harga terjangkau petani, juga sangat penting dalam memajukan pertanian nasional.
Sedangkan untuk memberdayakan petani, hal mendesak yang perlu diupayakan seluruh pemangku kepentingan adalah masalah permodalan dan pemasaran.
Karena itu, lanjut Presiden Jokowi, gagasan pendirian Bank Tani perlu dikaji lebih serius agar petani menjadi bermartabat, dan tidak terjebak pengijon dan lintah darat.
Presiden Jokowi juga menyampaikan, pemasaran hasil pertanian, dengan harga yang menguntungkan petani, juga perlu dikembangkan lebih sistematis dan modern dengan melibatkan Bulog dan Koperasi.
“Dengan adanya petani yang semakin berdaya, kedaulatan pangan nasional dapat terwujud. Optimisme seperti ini yang perlu terus dibangun,†tutur Presiden Jokowi.
Untuk menunjang kedaulatan pangan tersebut, menurut Presiden Jokowi, kita tidak boleh lagi hanya bergantung pada beras. “Budaya beras harus dikurangi, dan diversifikasi panganlokal harus dikembangkan seiring dengan reformasi agraria yang dijalankan pemerintah,†papar Presiden Jokowi.
Mengutip data, Presiden Jokowi menyatakan konsumsi beras dunia saat ini mencapai lebihdari 450 juta ton per tahun dan singkong sekitar 242 juta ton.
“Dengan kebutuhan seperti itu, ada peluang bagi Indonesia untuk bisa “memberi makan dunia†kalau petani kita berdaya dan terorganisir dengan baik,†ujar Presiden Jokowi.
Presiden Jokowi juga menegaskan, mustahil swasembada pangan, kedaulatan pangan, dan surplus pangan dapat terwujud kalau petani tidak berdaya dan tidak terorganisir. Ia juga menyinggung pidatonya dalam pembukaan Konferensi Asia Afrika 22 April 2015 lalu, bahwa masa depan dunia ada di sekitar garis katulistiwa.
“Sinar matahari yang terus menerus akan membuat produksi pangan, termasuk energi dan air, akan tetap melimpah. Dan kita hidup di wilayah ini,†kata Presiden Jokowi.
Karena itu Presiden Jokowi mengingatkan, pemberdayaan petani jangan hanya jadi slogan atau bahkan wacana kampanye politik. “Memberdayakan petani membutuhkan lompatan berpikir dan langkah-langkah nyata,†tutur Presiden Jokowi.
Dalam kesempatan itu, Presiden Jokowi juga menyinggung fenomena El-Nino yang mengakibatkan beberapa daerah mengalami defisit air. Ditegaskan Presiden Jokowi, El-Nino akan memberikan dampak bagi petani, terutama di musim tanam.
Presiden Jokowi menuturkan, untuk mengatasi defisit air, dalam jangka pendek Pemerintah melakukan program pemompaan, dengan menambah alokasi pompa air yang akan diberikan pada kelompok-kelompok tani yang mengalami kekeringan.
Pembangunan sumur resapan, embung-embung dan bendungan pun perlu diperbanyak.
“Jangan hanya mengeluh pada saat musim kemarau tiba. Namun, kita tidak pernah memperhatikan kelimpahan air ketika musim hujan,†pungkas Presiden Jokowi.
Tampak hadir dalam acara itu Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala BPN Ferry Mursyidan Baldan, dan Ketua MPR-RI Zulkifli Hasan. (Humas Kemensetneg)
Presiden Jokowi sebagaimana dikatakan Tim Komunikasi Presiden Teten Masduki mengatakan bahwa selain data tunggal, ketersediaan sarana produksi, termasuk benih dan pupuk dengan harga terjangkau petani, juga sangat penting dalam memajukan pertanian nasional.
Sedangkan untuk memberdayakan petani, hal mendesak yang perlu diupayakan seluruh pemangku kepentingan adalah masalah permodalan dan pemasaran.
Karena itu, lanjut Presiden Jokowi, gagasan pendirian Bank Tani perlu dikaji lebih serius agar petani menjadi bermartabat, dan tidak terjebak pengijon dan lintah darat.
Presiden Jokowi juga menyampaikan, pemasaran hasil pertanian, dengan harga yang menguntungkan petani, juga perlu dikembangkan lebih sistematis dan modern dengan melibatkan Bulog dan Koperasi.
“Dengan adanya petani yang semakin berdaya, kedaulatan pangan nasional dapat terwujud. Optimisme seperti ini yang perlu terus dibangun,†tutur Presiden Jokowi.
Untuk menunjang kedaulatan pangan tersebut, menurut Presiden Jokowi, kita tidak boleh lagi hanya bergantung pada beras. “Budaya beras harus dikurangi, dan diversifikasi panganlokal harus dikembangkan seiring dengan reformasi agraria yang dijalankan pemerintah,†papar Presiden Jokowi.
Mengutip data, Presiden Jokowi menyatakan konsumsi beras dunia saat ini mencapai lebihdari 450 juta ton per tahun dan singkong sekitar 242 juta ton.
“Dengan kebutuhan seperti itu, ada peluang bagi Indonesia untuk bisa “memberi makan dunia†kalau petani kita berdaya dan terorganisir dengan baik,†ujar Presiden Jokowi.
Presiden Jokowi juga menegaskan, mustahil swasembada pangan, kedaulatan pangan, dan surplus pangan dapat terwujud kalau petani tidak berdaya dan tidak terorganisir. Ia juga menyinggung pidatonya dalam pembukaan Konferensi Asia Afrika 22 April 2015 lalu, bahwa masa depan dunia ada di sekitar garis katulistiwa.
“Sinar matahari yang terus menerus akan membuat produksi pangan, termasuk energi dan air, akan tetap melimpah. Dan kita hidup di wilayah ini,†kata Presiden Jokowi.
Karena itu Presiden Jokowi mengingatkan, pemberdayaan petani jangan hanya jadi slogan atau bahkan wacana kampanye politik. “Memberdayakan petani membutuhkan lompatan berpikir dan langkah-langkah nyata,†tutur Presiden Jokowi.
Dalam kesempatan itu, Presiden Jokowi juga menyinggung fenomena El-Nino yang mengakibatkan beberapa daerah mengalami defisit air. Ditegaskan Presiden Jokowi, El-Nino akan memberikan dampak bagi petani, terutama di musim tanam.
Presiden Jokowi menuturkan, untuk mengatasi defisit air, dalam jangka pendek Pemerintah melakukan program pemompaan, dengan menambah alokasi pompa air yang akan diberikan pada kelompok-kelompok tani yang mengalami kekeringan.
Pembangunan sumur resapan, embung-embung dan bendungan pun perlu diperbanyak.
“Jangan hanya mengeluh pada saat musim kemarau tiba. Namun, kita tidak pernah memperhatikan kelimpahan air ketika musim hujan,†pungkas Presiden Jokowi.
Tampak hadir dalam acara itu Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala BPN Ferry Mursyidan Baldan, dan Ketua MPR-RI Zulkifli Hasan. (Humas Kemensetneg)
Bagaimana pendapat anda mengenai artikel ini?