Presiden Menginstruksikan Tidak Tunda Proyek Infrastruktur

 
bagikan berita ke :

Senin, 21 September 2015
Di baca 920 kali

Sebagaimana dilansir dari Tim Komunikasi Presiden, Ari Dwipayana, Pembangunan MRT ini menelan biaya yang cukup tinggi, yakni sebesar Rp. 15 Triliun. Seandainya proyek ini dilakukan 25 tahun yang lalu, dan tidak menunda-nunda, pastilah biaya yang dikeluarkan tidak setinggi saat ini, terutama biaya pembebasan lahan tidak semahal saat ini dan juga tidak perlu mengganti stadion Lebak Bulus. “Biaya teknis dan non teknis menambah biaya,” ujar Presiden. 

 

Presiden menjelaskan bahwa proyek MRT ini baru dapat diputuskan ketika dirinya menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta, karena jika tidak diputuskan saat itu, maka proyek ini tidak akan berjalan. Suatu proyek transportasi massal, ucap Presiden, tidak akan mendapatkan keuntungan, tapi kita beri subsidi agar perusahaan pengelolanya tidak merugi. “Subsidinya dari mana? Dari penerapan ERP,” ucap Presiden. 

 

Proyek MRT ini dimulai sejak 10 Oktober 2013, tapi tantangan tidak berhenti. Mulai dari keraguan tentang kemampuan pengelolaan lalu-lintas saat pembangunan MRT, kekhawatiran ambruknya terowongan saat membangun di bawah tanah, dan keraguan lainnya. Presiden pun memuji manajeman proyek MRT yang dikomandoi pihak Jepang ini. “Jangan memberikan penilaian terhadap pekerjaan yang belum pernah dikerjakan” ujar Presiden.

 

Sebelum memberikan sambutan, Presiden terlebih dahulu menanyakan tentang kemajuan dan jadwal dari pembangunan proyek ini kepada Direktur Utama PT MRT Jakarta Dono Boestami. “Tidak ada masalah, selalu tepat waktu. Kita harus acungi jempol kepada seluruh yang bekerja,” ujar Presiden. 

 

Presiden mengingatkan agar perkembangan proyek ini terus dikomunikasikan kepada masyarakat sehingga masyarakat tahu pembangunannya terus berjalan. “Masyarakat Jakarta sudah menunggu 20 tahun, sehingga tidak sabar. Dan terus bertanya-tanya, kapan jadinya, kapan jadinya,” ucap Presiden.

 

Pekerjaan konstruksi bawah tanah proyek MRT Jakarta akan menggunakan salah satu mesin bor yang biasa disebut dengan Tunnel Boring Machine (TBM). TBM yang pertama, mulai beroperasi dari titik proyek MRT Patung Pemuda Senayan dan akan melakukan pekerjaan penggalian serta konstruksi terowongan jalur bawah tanah MRT kearah Utara menuju titik Setiabudi.

 

Mesin bor bawah tanah pertama ini disebut Antareja, yang diberikan Presiden, dimana mesin bor ini diharapkan akan bekerja tangguh setangguh tokoh Antareja putera Bima dalam cerita pewayangan. TBM ini akan mampu melakukan pengeboran terowongan jalur bawah tanah MRT dengan kecepatan 8 meter per hari.

(Humas Kemensetneg)

Bagaimana pendapat anda mengenai artikel ini?
0           0           0           0           0