Pada acara pengarahan kepada peserta rapat pimpinan TNI dan rapat koordinasi Polri di Istana Negara, Jakarta, Kamis, Presiden mengingatkan TNI dan Polri adalah abdi negara yang sama-sama mengemban tugas penting.
"Saya ingin ke depan pimpinan TNI dan Polri lebih bisa mengendalikan lagi satuan-satuannya di lapangan agar tidak terjadi gesekan-gesekan," katanya.
Menurut Presiden, pemisahan TNI dan Polri yang tadinya berada dalam satu struktur komando dimaksudkan agar dua lembaga negara itu bisa menjalankan tugasnya secara efektif sesuai dengan amanah konstitusi dan UU yang berlaku.
Presiden mengingatkan, pemisahan itu bukan berarti tidak ada lagi koordinasi dan sinergi antara TNI dan Polri di lapangan untuk menjalankan tugasnya masing-masing.
"Apalagi sampai terjadi konflik atau benturan di lapangan," ujar Presiden.
Pada kesempatan tersebut, Presiden juga menyampaikan penilaiannya terhadap kinerja dua lembaga tersebut selama 4,5 tahun terakhir.
Dikatakannya bahwa TNI dan Polri berhasil melaksanakan tugas-tugas konstitusionalnya dan meminta agar prestasi tersebut dipertahankan sambil memperbaiki berbagai kekurangan.
Ia juga menyampaikan apresiasinya terhadap TNI yang berhasil menjaga kedaulatan dan keutuhan negara sesuai dengan amanah konstitusi.
"Dalam pelaksanaan tugas itu, saya menilai TNI cakap, cepat, dan berhasil dalam tugas-tugas yang saudara laksanakan, baik itu tugas-tugas militer dan untuk peran-peran pertahanan," tuturnya.
Presiden berharap TNI terus melaksanakan program pembangunan kekuatan dan modernisasi persenjataan serta melangsungkan reformasi internal.
"Saya yakin apabila ketiga hal ini dilaksanakan, cita-cita TNI untuk menjadi tentara, profesional, modern, `capable`, dan dicintai rakyat akan terwujud," katanya.
Berbicara tentang kinerja Polri, Presiden Yudhoyono menilai kepolisian pada prinsipnya telah mampu melaksanakan tugasnya.
Namun, Presiden mencatat ada tugas-tugas yang sangat berhasil dilaksanakan oleh kepolisian, dan ada juga yang tidak sepenuhnya berhasil.
Dalam kaitan itu Presiden menyebutkan bahwa saat ini kejahatan premanisme masih meresahkan masyarakat dan membuat ekonomi berbiaya tinggi.
Untuk itu, ia meminta agar Polri terus melakukan tindakan untuk membasmi premanisme yang kerap kali meresahkan masyarakat.
Presiden juga mencatat Polri belum sepenuhnya menang dalam memerangi kejahatan narkotika yang bersifat transnasional.
Meski menurut Presiden Polri telah berhasil menangani kasus pembalakan liar, namun kepala negara menilai kepolisian masih harus bekerjakeras menangani kejahatan pencurian laut.
"Ke depan, `direction` saya adalah pertahankan dan tingkatkan prestasi, dan perbaiki yang sebelumnya belum berhasil," ujar Presiden.
Pada acara pengarahan yang dihadiri Panglima TNI Jend Polisi Djoko Santoso dan Kapolri Jend Pol Bambang Hendarso Danuri serta beberapa menteri Kabinet Indonesia Bersatu itu, Presiden juga berpesan agar TNI dan Polri saling berkoordinasi untuk menjamin kemanan dan ketertiban Pemilu 2009.
Presiden meminta agar TNI dan Polri tidak menganggap enteng penyelenggaraan Pemilu 2009, dan meminta agar kedua lembaga itu mengutamakan pendekatan persuasif guna menjaga keamanan dan ketertiban.
Rapim TNI dan rakor Polri yang telah berlangsung selama dua hari sejak 28 Januari 2009 itu membahas kesiapan dua lembaga negara tersebut menghadapi Pemilu 2009.
Selain itu juga dibahas evaluasi kinerja masing-masing lembaga pada 2008 serta target yang ingin dicapai pada 2009.
Rapat tersebut juga menegaskan netralitas TNI dan Polri untuk tidak menggunakan hak pilih mereka pada Pemilu 2009.
Menurut Kapolri Bambang Hendarso Danuri, setelah pembekalan dari Presiden Yudhoyono di Istana Negara, jajaran Kapolda dan Pangdam dari seluruh Indonesia akan bertemu di Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK), Jakarta, guna berkoordinasi mengamankan Pemilu 2009.
Sumber:
http://www.antara.co.id/arc/2009/1/29/presiden-minta-tni-polri-jangan-bentrok-lagi/
Bagaimana pendapat anda mengenai artikel ini?