Presiden: Neoliberal Tidak tepat untuk Indonesia

 
bagikan berita ke :

Jumat, 20 Mei 2011
Di baca 2007 kali

Sebelumnya, Presiden juga mengatakan Indonesia lebih memilih strategi jalan tengah yang mengkombinasikan pasar dan intervensi pemerintah karena dipandang lebih sesuai untuk perekonomian nasional. “Kita meyakini dan memilih jalan tengah, third way, cocok untuk Indonesia, di satu sisi kaidah efisiensi pasar penting, tetapi peran dan intervensi pemerintah tetap diperlukan” demikian ujar Presiden.

Presiden menegaskan paham neoliberal tidak tepat untuk perekonomian Indonesia. “Kita tidak mengadopsi semua yang didoktrinkan oleh apa yang disebut dengan Washington Consensus atau teori neoliberal karena banyak sekali yang tidak tepat untuk diterapkan di Indonesia” tegas Presiden pada saat membuka Presidential Lecture dari Prof. Ha-Joon Chang bertema “Indonesia Towards An Emerging Economy: Lessons From Korea and beyond” di Istana pagi hari ini (19/05/2011). Sebelumnya, Presiden juga mengatakan Indonesia lebih memilih strategi jalan tengah yang mengkombinasikan pasar dan intervensi pemerintah karena dipandang lebih sesuai untuk perekonomian nasional. “Kita meyakini dan memilih jalan tengah, third way, cocok untuk Indonesia, di satu sisi kaidah efisiensi pasar penting, tetapi peran dan intervensi pemerintah tetap diperlukan” demikian ujar Presiden.

Dalam pembukaan ini, Presiden juga mengungkapkan sasaran Indonesia tidak hanya pertumbuhan, namun juga penciptaan lapangan pekerjaan dan pengurangan kemiskinan. Presiden menambahkan tidak akan mengandalkan Sumber Daya Alam (SDA) untuk menjadi emerging economy. “Kita tidak  akan menjadikan SDA sebagai sapi perahan, tumpuan satu-satunya untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Namun kita akan meningkatkan dan membangun sektor industri dan jasa”, ujar Presiden menegaskan sikapnya dalam membangun ekonomi Indonesia.


Dalam pembukaan acara tersebut, Presiden menggarisbawahi keyakinannya untuk menjadikan Indonesia sebagai emerging economy dalam 15 – 20 tahun ke depan. Meski banyak pesimisme dan pandangan skeptis terhadap ambisi ini, namun kita semua optimis target itu dapat tercapai. Presiden mengatakan paling tidak ada 3 alasan mengapa kita patut merasa optimis. Pertama, potensi ekonomi Indonesia belum dikembangkan secara penuh. Kedua, ekonomi Indonesia relative bertahan pada saat krisis keuangan global 2008 terjadi. “Ini berarti kita punya modal untuk meningkatkan ekonomi kami”, tegas Presiden. Ketiga, bila kita berhasil menangani berbagai kekurangan seperti policies, institutions, infrastructure, bottlenecking , dan competitiveness, dan lainnya, maka perekonomian Indonesia akan lebih maju.

Di akhir sambutannya, Presiden mengharapkan melalui forum ini akan diketahui hal apa dari keberhasilan Korea yang cocok untuk diterapkan di Indonesia, dan faktor apa yang khas dan unik sehingga tidak dapat diterapkan. Presiden mengungkapkan kekaguman atas kesuksesan bangsa Korea. “Saya yakin disamping strategi dan kebijakan yang tepat, semangat, disiplin dan kerja keras bangsa Korea patut untuk dicontoh” ujar Presiden mengakhiri sambutannya.

http://www.setkab.go.id/index.php?pg=detailartikel&p=1792
Bagaimana pendapat anda mengenai artikel ini?
5           0           1           0           0