Sebelum Presiden menyampaikan sambutan pembukaan, Agung Laksono, Ketua DPR-RI melaporkan bahwa sidang IPU di Bali yang berlangsung hingga tanggal 4 Mei mendatang ini diikuti oleh sekitar 1.339 orang anggota parlemen yang datang dari 126 negara, ditambah 28 orang peninjai dari organisasi-organisasi internasional. Sementara Presiden IPU, Pier Ferdinando Casini mengatakan, dipilihnya Indonesia sebagai tuan rumah Sidang ke 116 IPU adalah demokratisasi yang telah berkembang pesat di Indonesia.
SBY dalam sambutannya menyampaikan terima kasih kepada IPU yang telah menaruh kepercayaan kepada Indonesia sebagai tuan rumah pertemuan yang ke 116 ini. “Anda sudah datang dari semua benua, dari sistem politik yang berbeda, dari latar belakang dan kultur-kultur yang berbeda pula. Sambil bersidang, nikmatilah keindahan Bali dan keramahan masyarakatnya yang tak pernah lepas darai budaya,� kata SBY.
Menurut Presiden, keberadaan IPU lebih tua dan lama dibanding Perserikatan Bangsa-Bangsa. “Bahkan usia IPU lebih tua dari usia kebanyakan negara anggota nya. Dan IPU sungguh telah menjadi suatu organisasi injternasional yang penting, sebagai pembuat undang-undang dari 140 negara,� kata Presiden.
Ketika didirikan tahun 1889, kata SBY, dibutuhkan empat bulan untuk untuk mengirimkan surat dari London untuk menjangkau Tokyo. “Dibutuhkan pula waktu satu bulan untuk bepergian dengan kapal dari Rotterdam ke Jakarta. Tapi keajaiban hari ini,
Anda dapat mengirimkan satu em ail kepada seseorang di sisi lain dari planet ini hanya dalam hitungan detik. Anda dapat pula
memindahkan milyaran dolar dari benua yang satu ke benua yang lain hanya dengan satu klik di mouse komputer,� tambahnya.
Tetapi, kata SBY, kita sekarang hidup di dunia yang belum benar-benar stabil. “Peperangan masih saja terjadi, dan perdamaian permanen tetap diperlukan di beberapa belahan dunia ini, seperti di Irak, Palestina, Lebanon, Afghanistan, Sri Lanka, Sudan, Haiti dan tempat-tempat lainnya,� tambahnya.
“Kita belum memiliki perdamaian abadi, karena masih saja ada kemiskinan, perampasan hak-hak, masih ada keputus-asaan. Kita tidak memiliki perdamaian abadi, karena masih ada senjata-senjata pemusnah massa, termasuk senjata nuklir, yang masih menghantui semua warga dunia. Kita tidak memiliki perdamaian abadi karena masih saja ada sikap radikal, ketidak-adilan, kebpencian, sikap fanatisme, rasisme, prasangka, kecuali jika kita secara bersma-sama secara internasional bekerja untuk menghilangkan ancaman-ancaman itu baik ancaman keamanan, terorisme, bencana alam, penyakit-penyakit, kejahatan-kejahatan trans-national, krisis keuangan, dan sebagainya, jelas SBY.
Karena itu, lanjutnya, “Negara-negara berkembang harus lebih diberi kesempatan untuk berperan dalam kemitraan global. Negara-negara yang lebih maju harus memberi peluang kepada negara-negara berkembang untuk memasarkan produk-produk mereka, terutama hasil pertanian.
Negara maju harus membantu negara-negara berkembang yang tercekik oleh hutang, dan negara-negara maju harus mengalirkan investasinya ke negara-negara berkembang,� kata SBY.
Usai memberi sambutan, Presiden memukul gong sebagai tanda diabukanya Sidang ke 116 IPU, didampingi Agung Laksono, Pier Ferdinando Casini dan Shafqat Kakakhel, wakil dari PBB.
http://www.presidensby.info/index.php/fokus/2007/04/29/1770.html