Hal tersebut disampaikan Presiden saat memberikan sambutan pembukaan Sidang Tanwir Muhammadiyah yang berlangsung di Hotel Inna Garuda, Yogyakarta, Kamis (26/4) pagi.
"Saya katakan demikian, karena saya mengetahui dengan pasti bahwa dalam pemikiran warga Muhammadiyah tidak ada batas antara permasalahan umum Islam di tanah air dengan persoalan bangsa kita secara keseluruhan. Oleh karena itu, agenda keumatan sesungguhnya tidaklah dapat dipisahkan dari agenda kebangsaan," jelas Presiden.
Sidang Tanwir Muhammadiyah kali ini mengangkat tema "Peneguhan dan Pencerahan Gerakan untuk Kemajuan Bangsa". Menurut Presiden, tema ini relevan dengan perkembangan keadaan dewasa ini. "Dengan peneguhan gerakan, maka Muhammadiyah selalu menggelorakan amar ma'ruf nahi munkar serta memperjuangkan syiar Islam, diharapkan tetap konsisten dengan visi dan komitmennya," kata SBY. "Gerakan pencerahan menyentuh pemikiran dan upaya besar Muhammadiyah dalam melakukan perbaikan kehidupan bangsa secara menyeluruh," Presiden menambahkan.
Dalam kesempatan ini, Presiden juga mengajak warga Muhammadiyah untuk lebih berperan dalam bidang ekonomi. "Kita harus jujur mengakui bahwa peranan Muhammadiyah dalam mendorong kemajuan ekonomi, menurut catatan saya, relatif berada di belakang dari amal usahanya di bidang pendidikan, kesehatan, dan karya sosial lainnya. Dalam catatan saya, jajaran pimpinan persyarikatan Muhammadiyah yang berasal dari kalangan dunia bisnis semakin sedikit. Pimpinan Muhammadiyah kini lebih didominasi oleh kaum intelektual, akademisi, birokrat, dan aktivis pergerakan sosial lainnya," ujar Presiden SBY.
Karena itu, Presiden berharap dalam sidang Tanwir kali ini, keterlibatan Muhamamdiyah dalam memajukan ekonomi bangsa, terutama dalam bidang ekonomi kerakyatan, sungguh mendapat tempat yang luas dalam pembahasannya. "Agar negara kita terbebas dari kapitalisme global, kita berdayakan kemampuan kita, kita bangkitkan kemampuan sendiri. Dengan demikian kita bisa menjadi tuan rumah di negeri kita sendiri," tutur Presiden.
SBY percaya bahwa makin tinggi tingkat kemajuan ekonomi umat Islam dan bangsa kita, komitmen mereka pada pengamalan ajaran-ajaran Islam akan semakin meningkat pula. Kemiskinan, lanjut SBY, sering menjauhkan umat dari nilai-nilai agamanya. Kenyataan menunjukkan bahwa ada kesejajaran antara kemajuan ekonomi dengan meningkatnya kesadaran beragama. "Namun kita juga harus menyadari, bahwa persaingan ekonomi, baik antar kelompok masyarakat di dalam negeri maupun antar negara pada tingkat regional dan global, terasa begitu besar. Muhamamdiyah harus memikirkan cara-cara yang efektif untuk mendorong warganya dan mendorong umat Islam di tanah air dalam memasuki dunia usaha yang terus berubah dan menang dalam persaingan yang makin keras itu. Jika usaha ini dilakukan, maka saya yakin, Muhammadiyah akan kembali menjadi pelopor pembaharuan masyarakat dalam memajukan ekonomi bangsa kita," kata Presiden.
Sebagai organisasi sosial keagamaan yang besar di tanah air, Muhammadiyah tentu tidak dapat melepaskan diri dari tanggung jawab moral untuk memperteguh solidaritas umat Islam. Di berbagai belahan dunia, umat Islam masih bergulat dengan upaya untuk keluar dari penderitaan, kemiskinan, rasa tidak aman dan ketidakadilan. "Oleh karena itu, Muhammadiyah khususnya dan bangsa Indonesia pada umumnya, harus terus berperan aktif dan berkontribusi untuk membantu saudara-saudaranya melalui cara dan upaya-upaya yang tepat dan efektif," Presiden menambahkan.
Sebelumnya, dalam sambutannya, Ketua PP Muhammadiyah Din Syamsuddin mengatakan Muhammadiyah mendukung kebijakan pemerintah yang bertekad mewujudkan kesejahteraan dan keadilan ekonomi bagi rakyat. Khususnya mereka yang masih berada di bawah garis kemiskinan. "Suatu hal yang patut dihargai adalah kebijakan pemerintah untuk menciptakan akses memperoleh pengobatan gratis melalui program Askes bagi rakyat miskin. Penerapan sistem ekonomi yang berpihak pada rakyat kecil adalah solusi terhadap keadaan bangsa. Karenanya pemberdayaan pengusaha kecli, menengah, serta koperasi perlu ditingkatkan sebagai faktor instrumental sebagai pemberdayaan ekonomi rakyat," jelas Din Syamsuddin.
Din juga mengatakan, sistem ekonomi berbasis prinsip-prinsip Islam mungkin bisa dijadikan alternatif bagi pemecahan masalah perekonomian nasional. "Sistem yang mulai diterapkan di beberapa negara yang berpenduduk mayoritas bukan Islam, tentu cukup relevan untuk diterapkan di negeri yang berpenduduk mayoritas muslim ini. Untuk itu diperlukan keinginan politik pemerintah untuk menciptakan iklim kondusif bagi perkembangan sistem ini, khususnya perkembangan keuangan syariah," kata Din Syamsuddin.
Muhammadiyah, ujar Din, memandang keutuhan NKRI adalah tanggung jawab bersama untuk dipertahankan. "Bagi Muhammadiyah, NKRI adalah bentuk ideal dari kehidupan bernegara bangsa Indonesia yang majemuk atas dasar agama, suku, bahasa, dan budaya. Maka bagi Muhammadiyah, negara Pancasila adalah pemersatu bagi bangsa Indonesia dalam mewujudkan cita-cita proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945," tuturnya.
Ketika Din tengah membacakan sambutannya, terjadi gempa berkekuatan 5,2 Skala Richter sekitar pukul 09.52 WIB. Karena itu, saat Presiden menyampaikan sambutan kemudian, Presiden SBY menjelaskan soal gempa tersebut. Menurut Presiden SBY, gempa tersebut berpusat di selatan Bantul, di kedalaman 34 kilometer.
Presiden dan Ibu tiba di tempat acara pada pukul 09.30 WIB dan disambut oleh Gubernur DIY Sri Sultan Hamengkubowono X, Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin dan para tokoh Muhammadiyah. Usai memberikan sambutan, Presiden SBY membuka secara resmi sidang Tanwir Nasional yang diadakan dari tanggal 26-29 April 2007 ini dengan memukul gong didampingi oleh Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X dan ketua PP Muhamamdiyah. Turut hadir dalam acara tersebut, antara lain, Menhub Hatta Rajasa, Mendiknas Bambang Soedibyo, dan Menkes Siti Fadillah Soepari.
Presiden beserta rombongan meninggalkan lokasi pada pukul 11.00 WIB dan kemudian berangkat menuju Bali melalui Bandara Udara Adisutjipto pada pukul 11.20 WIB.
http://www.presidensby.info/index.php/fokus/2007/04/26/1759.html