Presiden Paparkan Kebijakan Ekonomi di Hadapan Pengusaha

 
bagikan berita ke :

Selasa, 28 Agustus 2018
Di baca 890 kali

Presiden Joko Widodo bertemu dengan 26 pengusaha di Istana Merdeka, Jakarta, Senin, 27 Agustus 2018. Para pengusaha ini merupakan generasi kedua dan ketiga yang berasal dari berbagai bidang usaha dan daerah.

Dalam sambutannya, Kepala Negara menyampaikan beberapa perkembangan perekonomian dan kebijakan-kebijakan yang sudah diambil pemerintah guna menunjang pertumbuhan ekonomi Indonesia yang berkelanjutan dan berkualitas. Ia juga menyampaikan perihal ketidakpastian ekonomi dunia, perang dagang China-Amerika Serikat, hingga gejolak ekonomi di Turki, seperti dilansir dari siaran pers Deputi Bidang Pers, Protokol dan Media Sekretariat Presiden, Bey Machmudin.

"Dan terakhir waktu saya ketemu Presiden Bank Dunia, Presiden Kim, saya tanya langsung gimana kira-kira prospek pertumbuhan ekonomi maupun keadaan ekonomi global secara umum, apa saranmu kepada Indonesia? Dia ngomong tidak punya saran, semuanya sulit diprediksi. Ya artinya menurut saya internal kita sendiri yang harus diperbaiki," kata Presiden.

Menurut Presiden, pemerintah terus fokus  mengatasi defisit transaksi berjalan (current account deficit). "Saya kira kita akan fokus di sana, termasuk terutama juga di neraca perdagangan," lanjutnya.

Selain itu, Presiden menuturkan masalah lainnya adalah keseimbangan primer. Ia pun mengatakan bahwa pemerintah menargetkan bisa menyelesaikan hal tersebut dalam kurun waktu setahun.

"Ternyata banyak hal belum kita lakukan kalau kita lihat secara detail misalnya transaksi berjalan. Contoh saja yang kita hitung B20, Biodiesel 20. Kalau bisa berjalan itu pertama karena harga naik dapat USD 6 miliar, volume naik juga dapat USD 5 miliar, dari satu hal dapat USD 11 (miliar)," imbuhnya.

Dalam kesempatan ini, secara khusus Presiden meminta Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) pusat dan daerah untuk bisa sama-sama membantu pemerintah untuk menyelesaikan permasalahan ekonomi. Menurutnya, masih banyak sekali peluang untuk perbaikan-perbaikan yang bisa dilakukan.

"Tapi intinya kita ingin tidak melulu konsentrasi pada pertumbuhan ekonomi, tapi yang lebih penting menurut saya kualitas pertumbuhan ekonomi itu sendiri," kata Presiden.

Pemerintah dan Dunia Usaha Harus Solid

Selepas pertemuan, Rosan Roeslani yang berbicara mewakili para pengusaha tersebut menyampaikan bahwa saat ini bukanlah masa-masa yang mudah. Oleh karena itu, lanjutnya, dunia usaha dan pemerintah harus menyatu dan solid.

"Karena di tengah tekanan mata uang kita, di bawah tekanan ketidakpastian, trade war, dan lain-lain, tentunya diperlukan terus komunikasi secara berkala baik dengan dunia usaha, pemerintah, dan juga pengambil keputusan. Kembali lagi, kita juga menyadari ini semua untuk kepentingan kita semua. Tidak hanya untuk kepentingan dunia usaha, tapi juga untuk kepentingan masyarakat Indonesia secara keseluruhan," ucap Rosan yang juga Ketua Umum Kadin Indonesia.

Senada dengan Presiden, dirinya pun menyampaikan salah satu solusi untuk defisit transaksi berjalan adalah dengan penerapan B20. Untuk itu, pemerintah meminta komitmen dari dunia usaha agar hal tersebut benar-benar dilaksanakan.

"Alhamdulillah tadi langsung direspons oleh salah satu perusahaan batu bara, yang memang akan memberlakukan September ini, full B20," ujarnya.

Sementara itu terkait penambahan bea masuk barang impor, Rosan mengatakan agar berhati-hati dalam menerapkan hal tersebut. Baginya, jika penambahan bea masuk barang impor itu untuk hal yang bersifat konsumtif, tidak masalah.
 
"Tapi kalau misalnya itu adalah untuk penyediaan bahan baku, aero material, itu juga kan meningkatkan produktivitas kita. Jadi kalau kami melihatnya yang paling penting justru adalah bagaimana kita meningkatkan daya saing, meningkatkan efektivitas kita, sehingga defisit transaksi berjalan kita ini bisa kita tekan," tandas Presiden. (Humas Kemensetneg)

Bagaimana pendapat anda mengenai artikel ini?
1           0           0           0           0