Presiden menjelaskan bahwa saat terjadi penyanderaan terhadap dua WNI itu, dirinya langsung memerintahkan kepada Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menkopolhukam) agar berkoordinasi dengan Menteri Luar Negeri, Panglima TNI, Kapolri, dan Kepala BIN untuk bekerja. "Saya senang sekali, bangga, mereka bekerja senyap, enggak banyak bicara, tetapi mempersiapkan, dan sampai detik terakhir kemarin. Saya hanya perintahkan menunggu perintah dari panglima tertinggi," kata Presiden, sebagaimana yang dilansir dalam siaran pers Tim Komunikasi Presiden, Ari Dwipayana.
Memasuki hari ke-7 penyanderaan terhadap dua WNI, Presiden menelpon Perdana Menteri Peter O'neill pada pukul 16.26 WIB, Kamis, 17 September 2015. "Saat itu yang saya sampaikan adalah Indonesia siap membantu penuh untuk menyelesaikan masalah penyanderaan," ucap Presiden.
Empat jam setelah itu, sekitar pukul delapan malam, Presiden mendapatkan kabar bahwa kedua WNI tersebut sudah dibebaskan. Tetapi saat itu, kata Presiden, keduanya masih berada di hutan, sehingga Presiden belum menyampaikan informasi pembebasan ini kepada masyarakat.
Sejak semalam sampai pagi tadi kedua WNI itu berada di Konsulat Republik Indonesia di Vanimo PNG dan dalam kondisi sehat.
Hingga kini Presiden telah meminta Menteri Luar Negeri untuk mencari informasi tentang motif penyanderaan terhadap dua WNI tersebut dan dilakukan oleh kelompok siapa. "Sudah saya perintahkan untuk cari tahu siapa," tegas Presiden.
Presiden berharap kondisi keamanan Papua tetap terjaga. Dan Presiden juga menyampaikan apresiasi kepada Pemerintah Papua Nugini atas upaya pembebasan dua warga negara Indonesia (WNI) yang disandera kelompok bersenjata.
Turut mendampingi Presiden saat memberikan keterangan pers Panglima TNI Gatot Nurmantyo, Kapolri Badrodin
Haiti, dan Gubernur Sulawesi Tengah Aladin Djanggola. (Humas Kemensetneg)