Presiden Yudhoyono bertindak sebagai inspektur pada upacara yang
dipimpin Komandan Upacara Kolonel Inf M Natsir, Danrem 501 Jakarta.
Dalam kesempatan itu, Kepala Negara membacakan Apel Persada yang
menyerahkan jiwa dan jasa yang dilakukan almarhum Ali Alatas kepada
Persada Pertiwi.
Dalam sambutannya, Presiden Yudhoyono mengatakan, bangsa dan negara Indonesia kehilangan salah satu putra terbaiknya yang selama ini berjasa sebagai diplomat yang cemerlang, tokoh internasional yang dihormati dan juga negarawan terhormat. "Upacara kemiliteran ini merupakan bentuk penghargaan dan penghormatan atas darma bakti dan jasa almarhum selama hidupnya," katanya.
Presiden Yudhoyono menyatakan, almarhum Ali Alatas, yang lahir di Jakarta, 4 November 1932 itu merupakan diplomat andal yang tanggah dan piawai dalam bernegosiasi di meja perundingan regional dan internasional. "Beliau juga gigih berjuang untuk kepentingan nasional, baik saat menjabat sebagai dubes RI di PBB dan sebagai menteri luar negeri selama 12 tahun," ujarnya.
Ali Alatas, lanjut Presiden Yudhoyono, sepanjang hidupnya juga mencatat prestasi tinta emas dalam peran dan kontribusinya melakukan normalisasi hubungan RI dan Cina pada 1990 dan menciptakan perdamaian di Timor Timur pada 1999 serta mewujudkan piagam baru ASEAN pada 2007.
"Indonesia kehilangan putra terbaiknya yang mendedikasikan hidupnya semata-mata untuk kepentingan nasional," kata Presiden Yudhoyono, yang dalam upacara itu didampingi Ibu Negara Ani Yudhoyono.
Dalam upacara pemakaman itu, hadir pula sejumlah menteri Kabinet Indonesia Bersatu, Kapolri Jenderal (Pol) Bambang Hendarso Danuri, Panglima TNI Jenderal Djoko Santoso, Ketua DPR RI Agung Laksono, Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Miranda Goeltom, sejumlah duta besar dan perwakilan negara asing, keluarga, dan handai taulan almarhum Ali Alatas. [TMA, Ant]
Dalam sambutannya, Presiden Yudhoyono mengatakan, bangsa dan negara Indonesia kehilangan salah satu putra terbaiknya yang selama ini berjasa sebagai diplomat yang cemerlang, tokoh internasional yang dihormati dan juga negarawan terhormat. "Upacara kemiliteran ini merupakan bentuk penghargaan dan penghormatan atas darma bakti dan jasa almarhum selama hidupnya," katanya.
Presiden Yudhoyono menyatakan, almarhum Ali Alatas, yang lahir di Jakarta, 4 November 1932 itu merupakan diplomat andal yang tanggah dan piawai dalam bernegosiasi di meja perundingan regional dan internasional. "Beliau juga gigih berjuang untuk kepentingan nasional, baik saat menjabat sebagai dubes RI di PBB dan sebagai menteri luar negeri selama 12 tahun," ujarnya.
Ali Alatas, lanjut Presiden Yudhoyono, sepanjang hidupnya juga mencatat prestasi tinta emas dalam peran dan kontribusinya melakukan normalisasi hubungan RI dan Cina pada 1990 dan menciptakan perdamaian di Timor Timur pada 1999 serta mewujudkan piagam baru ASEAN pada 2007.
"Indonesia kehilangan putra terbaiknya yang mendedikasikan hidupnya semata-mata untuk kepentingan nasional," kata Presiden Yudhoyono, yang dalam upacara itu didampingi Ibu Negara Ani Yudhoyono.
Dalam upacara pemakaman itu, hadir pula sejumlah menteri Kabinet Indonesia Bersatu, Kapolri Jenderal (Pol) Bambang Hendarso Danuri, Panglima TNI Jenderal Djoko Santoso, Ketua DPR RI Agung Laksono, Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Miranda Goeltom, sejumlah duta besar dan perwakilan negara asing, keluarga, dan handai taulan almarhum Ali Alatas. [TMA, Ant]
Â
Â
Â
Â
Sumber : http://www.gatra.com/artikel.php?id=121018Â
Â
Â
Â
Bagaimana pendapat anda mengenai artikel ini?