Presiden: Potensi dan Kekuatan Bangsa Ini Akan Muncul Kalau Kita Bersatu

 
bagikan berita ke :

Jumat, 26 Oktober 2018
Di baca 878 kali

Sebagai sebuah negara besar yang dianugerahi Tuhan dengan berbagai keragaman, Indonesia memiliki potensi yang sangat besar. Potensi dan kekuatan tersebut akan muncul jika seluruh komponen bangsa bersatu.

Saat berbicara di depan masyarakat penerima sertifikat hak atas tanah di Lapangan Stadion Madya Sempaja, Kota Samarinda, Provinsi Kalimantan Timur, Kamis, 25 Oktober 2018, Presiden Joko Widodo mengimbau masyarakat untuk terus menjaga dan memelihara persatuan, kerukunan, dan persaudaraan bangsa.

"Ini biasanya mulai ruwet itu kalau ada pilihan bupati, walikota, gubernur, atau pilihan presiden. Kok kita ini kayak bukan saudara saja. Padahal kita ini saudara sebangsa dan setanah air. Hati-hati," kata Presiden.

Ia menyayangkan jika proses demokrasi yang rutin terjadi setiap lima tahun tersebut justru membuat bangsa terpecah belah. Presiden tidak menginginkan masyarakat menjadi tidak saling sapa hanya karena perbedaan pilihan dalam pesta demokrasi.

Kepala Negara memandang pesta demokrasi seharusnya menjadi ajang adu program, adu gagasan, adu ide, adu prestasi, dan adu rekam jejak. Bukan ajang untuk saling mencela, saling menjelekkan, atau bahkan saling memfitnah.

"Ini bukan tata krama Indonesia, bukan etika Indonesia, bukan nilai-nilai keindonesiaan kita yang penuh etika, tata krama, dan agamis," tambah Presiden.

Presiden pun bercerita dirinya pernah menjadi korban fitnah di mana ia dituduh sebagai kader PKI.

"Kita lihat coba di media sosial fitnah-fitnah yang enggak pernah berhenti. Presiden Jokowi itu PKI, coba. Astaghfirullah. PKI dibubarkan tahun 65/66, saya dilahirkan tahun 61, umur saya baru 4 tahun, masa ada PKI balita? Ampun yang namanya politik itu kadang-kadang kejamnya seperti itu," sambung Presiden, seperti dilansir dari siaran pers Deputi Bidang Pers, Protokol dan Media Sekretariat Presiden, Bey Machmudin.

Mendengar cerita Presiden ini, masyarakat yang hadir menyampaikan Presiden harus sabar dalam menghadapi berbagai kabar yang tidak benar itu.

"Sabar pak, sabar," kata masyarakat.

Oleh sebab itu, di penghujung pidatonya Presiden kembali mengajak seluruh masyarakat untuk menjunjung tinggi nilai-nilai agama, etika, tata krama, dan sopan santun. Karena nilai-nilai itulah yang terkandung dalam adat dan budaya Indonesia dan dalam agama yang kita anut.

"Marilah kita jaga bersama-sama kerukunan, persaudaraan, persatuan kita. Jangan sampai karena pilpres, pilgub, pilkada kita kelihatan enggak saudara lagi," tandas Presiden. (Humas Kemensetneg)

Bagaimana pendapat anda mengenai artikel ini?
0           1           0           0           1