Acara tersebut dimulai dengan pembacaan Ayat Suci Al-Qur’an yang dibacakan oleh Djunaidin Idris yang kemudian dilanjutkan dengan sambutan oleh Sekretaris Jenderal ICIS Hasyim Musyadi dan Keynote Lecture yang disampaikan oleh Presiden SBY.
Dalam sambutannya, Hasyim Muzadi, mengemukakan bahwa ICIS III merupakan tindak lanjut ICIS II di Jakarta pada 20-22 Juni 2006, dan ICIS I yang diselenggarakan di Jakarta pula pada 23-25 Februari 2004. ICIS II menghasilkan 37 rencana aksi dalam rekomendasi yang ditujukan pada PBB, OKI, negara-negara Islam, negara peserta ICIS serta para pemimpin Islam. ICIS II diikuti 320 peserta dari 53 negara, termasuk Utusan Paus Benediktus XVI, Khalid Akasheh.
Sedangkan ICIS III kali ini, mengundang para ulama dan cendekiawan muslim sedunia yang berjumlah sekitar 350 orang peserta dari 70 negara. Dengan para pembicara dari luar negeri sebanyak 53 orang, dan dari Indonesia sendiri sebanyak 21 orang. Diantaranya adalah PM Malaysia Abdullah Ahmad Badawi serta Sekjen ASEAN Surin Pitsuwan.â€ICIS III akan membahas mengenai konflik di dunia Islam, baik di internal umat Islam maupun yang berhubungan dengan masyarakat global. Selain itu, setiap peserta diharapkan dapat membantu upaya perbaikan citra Islam dan kemampuan umat Islam dalam menghadapi tantangan dan persaingan global,†jelasnya.
Sudah terlalu banyak perhatian dan energi yang dikeluarkan untuk menyelesaikan konflik, namun konflik-konflik tersebut terus berlanjut dan tidak dapat dicegah. â€Sesungguhnya, mencegah konflik merupakan hal yang lebih baik jika dibandingkan dengan mengobati konflik yang sudah terjadi. Karena, mencegah terjadinya konflik juga mencegah jatuhnya korban jiwa, energi politik dan sumber daya ekonomi,†ujar Presiden SBY.
Mencegah konflik membutuhkan kemampuan untuk mendeteksi potensi terjadinya konflik. Selain itu, juga diperlukan pengertian terhadap dinamika konflik yang terjadi. â€Dan seperti resolusi konflik, pencegaha konflik juga membutuhkan keahlian untuk mencari cara baru untuk menurunkan tensi, mencegah perpecahan dan juga mencari waktu yang tepat. Waktu untuk intervensi, pencegahan dan melancarkan aksi,†ujar SBY.
Dan yang paling penting, pencegahan konflik membutuhkan kepemimpinan. â€Dan kepemimpinan ini dapat berasal dari siapapun. Pemimpin politik, pemimpin informal, pemimpin komunitas, pemimpin agama, tergantung dari konflik yang sedang terjadi,†terang Presiden kepada seluruh peserta yang hadir dalam acara yang bertemakan “Uphold Islam as Rahmatan Lil Alamin: Peace and Conflict Prevention in the Worldâ€.
Tetapi, lanjut SBY, kita harus selalu ingat, bahwa setiap konflik memiliki permasalahannya masing-masing. â€Setiap konflik memiliki dinamika dan kepribadian tersendiri, dan harus diperlakukan sesuai dengan dinamika yang berlaku. Saya juga percaya bahwa seberapapun lama dan rumitnya sebuah konflik, pasti akan dapat dicari solusinya,†ungkap SBY.
Oleh karena itu, Presiden SBY berharap konferensi ini dapat dijadikan kesempatan untuk memperkuat Ukhuwah Islamiyah di seluruh dunia. â€Selain Ukhuwah Islamiyah, konferensi ini j uga dapat dijadikan kesempatan untuk memformulasikan cara-cara praktis untuk mengatasi tantangan dan hambatan politik, ekonomi dan sosial menuju perdamaian dan kemajuan,†terang Presiden.
Usai memberikan sambutan, didampingi oleh Menag Maftuh Basyuni dan Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo, Presiden SBY memukul bedug sebagai tanda peresmian pembukaan ICIS III.
Sumber :
http://www.presidenri.go.id/index.php/fokus/2008/07/30/3330.html