"Setiap demokrasi memiliki hak untuk membuat keputusan sendiri, untuk memetakan masa depan sendiri, dan juga untuk membuat kesalahan mereka sendiri. Ini adalah proses yang diperlukan, trial and error yang sangat penting bagi demokrasi untuk tumbuh dan matang," tegas Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam bagian akhir pidatoi sambutannya, Kamis pagi kemarin pada pembukaan BDF IV, di Bali, Kamis pagi (8/12) kemarin.
Sebelumnya Presiden menyatakan bahwa abad 21 ini merupakan abad yang penuh dengan perubahan lingkup sosial dan politik. “Abad 21 ini memberikan arti bagi kita semua. Pemerintah dengan berbagai sistem politik dan latar belakang sejarah yang berbeda kini harus memperhatikan aspirasi rakyatnya.†“Sebab, ketika terjadi ketidaksesuaian antara pemimpin dan pengharapan rakyat, akan terjadi disfungsi politik.â€
Pemerintah wajib merespon aspirasi masyarakat, hal ini dikarenakan pemerintah menghadapi perubahan sosial dan kondisi politik pada abad 21 yang ditandai dengan fenomena pertumbuhan media sosial, dan hal ini berarti opini dan aspirasi rakyat menjadi jauh lebih kuat dari sebelumnya," ujar SBY. Contohnya adalah apa yang terjadi pada Arab Spring. Transisi perubahan politik yang terjadi di sejumlah kawasan di Arab dan Afrika Utara dimulai dengan media sosial, seperti Facebook, Twitter, dan telepon genggam. Presiden percaya, munculnya media sosial yang menyebar kemana-mana ini akan menjadi tantangan intelektual paling penting bagi demokrasi di abad 21 ini.
Untuk menjembatani antara pemerintah dan rakyatnya, di luar pemungutan suara atau pemilu, banyak cara yang memungkinkan untuk mengetahui pikiran dan keinginan publik. "Di kantor saya, selama beberapa tahun kami telah menyediakan layanan Kotak Pos, email, dan layanan text (SMS) untuk setiap warga negara yang mengajukan keluhan, keprihatinan, dan menyarankan ide-ide langsung ke kantor saya," Presiden menjelaskan.
Tahun 2011 yang diingat sebagai tahun transisi, Presiden memberikan harapannya "Jika kita memiliki iman dalam setiap yang kita lakukan, saya yakin bahwa kita semua akan melihat cahaya di ujung terowongan, dan memberikan harapan yang disematkan jutaan orang pada kita," tutup Presiden.
Bali Democracy Forum (BDF) IV yang kembali digelar pada 8-9 Desember 2011 di Bali International Convention Center (BICC), Nusa Dua, Bali ini mengambil tema ‘Enhancing Democratic Participation in a Changing World: Responding to Democratic Voices’. Dihadiri oleh 8 kepala negara/pemerintahan dan 22 menteri, dari 39 negara peserta dan 41 negara peninjau, forum ini akan memfokuskan pada upaya menuju peningkatan partisipasi dunia yang berubah dengan merespon suara-suara demokratis, dan isu-isu relevan dalam proses tersebut.
Setelah pembukaan BDF IV, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan PM Republik Bangladesh H.E. Sheikh Hasina menjadi ketua bersama dalam leaders' session dalam forum yang mengambil tema 'Enhancing Democratic Participation in a Changing World: Responding to Democratic Voices'. Sesi ini terbagi menjadi dua, dimana sesi pertama akan dipimpin oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan sesi kedua dipimpin oleh PM Hasina. (Humas-Kemsetneg)
Bagaimana pendapat anda mengenai artikel ini?