Menurut Presiden SBY, larangan terbang dari Uni Eropa itu hanya sepihak. “Saya tidak suka. Dalam hubungan internasional bagus kalau saling hormat menghormati. Janganlah kita senang melakukan tindakan sepihak, yang unilateral, karena kita saling membutuhkan dalam kerja sama global,� kata Presiden SBY.
�Saya menyerukan kepada negara lain, termasuk negara-negara di Eropa, bahwa sebaiknya kita memiliki semangat itu cooperation, bukan sepihak-sepihakan. Ini saya sampaikan kepada negara-negara sahabat manapun,� SBY menambahkan.
Tapi, di sisi lain, secara internal kasus larangan terbang bagi maskapai penerbangan Indonesia ini harus dijadikan pelajaran. Pemerintah maupun maskapai penerbangan harus mencari penyebab munculnya keputusan sepihak dari Uni Eropa itu. Ternyata, ujar SBY, memang ada kelambatan respon dari seorang Dirjen di sebuah departemen. “Kalau bikin susah negara, ya minggir saja Dirjen seperti itu,� Presiden SBY menegaskan.
Presiden telah meminta Menteri Perhubungan dan Tim Nasional Keselamatan Penerbangan mengatasi persoalan ini. Terutama melakukan negosiasi ke Uni Eropa, termasuk dengan pemerintah Arab Saudi yang hampir mengeluarkan keputusan serupa dengan Uni Eropa.
Sebenarnya pemerintah Arab Saudi tidak mengeluarkan larangan terbang bagi pesawat-pesawat Indonesia. Apalagi mengingat hubungan baik Arab Saudi dengan Indonesia selama ini. “Pemerintah Arab Saudi tidak ingin melakukan pelarangan,� ujar Presiden SBY.
Mengenai pesawat Garuda yang dinilai tidak memenuhi standar keselamatan oleh Korea Selatan, Presiden SBY meminta Dirut Garuda Emirsyah Satar menjelaskan hal tersebut. Emir, yang hadir dalam konferensi pers itu dan siangnya mengikuti acara Business Luncheon dengan pengusaha Korsel, menjelaskan ia telah membicarakan masalah tersebut dengan pihak Korea Airlines (KAL). Korsel, kata Emir, tetap mengizinkan pesawat-pesawat Garuda melakukan penerbangan Negeri Ginseng. “Dipastikan tidak ada larangan khusus bagi maskapai Indonesia untuk terbang ke semua bandara di Korea,� katanya.
Ikut mendampingi Presiden dalam konferensi pers menjelaskan hasil kunjungan kerja tiga hari di Korea Selatan ini, antara lain, Menko Perekonomian Boediono, Menlu Hassan Wirajuda, Menteri Perdagangan Marie Elka Pangestu, Menneg Pora Adhyaksa Dault, Seskab Sudi Silalahi, dan kedua Jubir Presiden, Dino Patti Djalal serta Andi A.Mallarangeng. Juga hadir Dubes RI di Seoul Jacob Tobing, Ketua Kadin MS Hidayat, dan Emirsyah Satar.
Sumber:
http://www.presidensby.info/index.php/fokus/2007/07/25/2069.html