Presiden : Tidak Ada Lagi Izin Baru Kelola Gambut

 
bagikan berita ke :

Jumat, 23 Oktober 2015
Di baca 833 kali

Dalam siaran pers Tim Komunikasi Presiden Ari Dwipayana, Presiden juga meminta Menteri Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN) untuk mengambil tindakan tegas pada pemilik Hak Guna Usaha (HGU) yang terbakar, antara lain berupa revisi areal lahan pada Surat Keputusan (SK) HGU-nya dan apabila lahan yang terbakar di atas 40% dari luas areal HGU maka HGU tersebut akan dibekukan atau dicabut. Terhadap lahan HGU terbakar yang sedang dalam proses perpanjangan atau permohonan baru akan dihentikan sementara. 

 

Presiden menyampaikan bahwa laporan titik api masih cukup banyak. Di Pulau Sumatera sebanyak 826 titik, dan paling banyak di Sumatera Selatan 703 titik. Di Pulau Kalimantan terdapat 974 titik.

 

“Kondisi ini membuat kualitas udara di beberapa daerah terdampak sudah masuk pada kategori tidak sehat dan berbahaya,” kata Presiden. 

 

Untuk itu, Presiden menginstruksikan penanganan api dan dampak kabut asap difokuskan untuk dilakukan lebih masif lagi. “Gunakan semua sumber daya dan kekuatan untuk mengatasi masalah kebakaran hutan dan menekan dampaknya seminimal mungkin,” tegas Presiden. 

 

Para kepala daerah yang wilayahnya terdampak bencana asap, bersama Forum Komunikasi Pimpinan Daerah harus aktif terjun langsung ke lapangan memimpin pengendalian kebakaran dan mengatasi dampak kabut asap. “Saya instruksikan kepada Panglima TNI dan Kapolri untuk kerahkan pasukan lebih banyak lagi untuk padamkan api dan membuat kanal-kanal bersekat,” ucap Presiden.

 

Penanganan masalah kesehatan juga harus menjadi prioritas utama. Presiden meminta Menteri Kesehatan turun langsung ke lapangan. Posko kesehatan harus bisa melayani 24 jam. “Para dokter dan paramedis harus siaga melayani penderita gangguan pernapasan. Perbanyak tempat-tempat evakuasi yang dilengkapi penyaring udara, terutama untuk anak-anak dan bayi-bayi,” ujar Presiden.

 

Bila kualitas udara sudah melebihi angka toleransi, kegiatan pendidikan agar dihentikan. “Saya instruksikan Mendikbud untuk menyesuaikan standar pendidikan yang terhenti ini seperti saat ini,” ucap Presiden.

 

Presiden meminta Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) dan para Rektor Perguruan Tinggi agar mengirimkan ahli-ahli yang bisa menemukan teknologi memadamkan api kebakaran lahan gambut. Selain itu, bisa dikerahkan untuk mendukung operasionalisasi alat pemurnian udara.

 

Kepada Menteri Sosial, Presiden memerintahkan untuk segera ambil langkah terkait buffer stock. Jangan sampai terdampak kekurangan pangan dan menyiapkan perlengkapan, tenda atau rumah singgah yang dilengkapi alat penyaring udara. Menteri Luar Negeri ditugaskan Presiden untuk berperan aktif dengan melihat kemungkinan tambahan bantuan dari luar negeri, terutama negara-negara yang pernah memiliki pengalaman dalam menangani lahan gambut. “Listrik juga harus dijaga agar tidak padam agar alat-alat penjernih udara dapat terus berfungsi,” ucap Presiden.

 

Presiden menggarisbawahi, bahwa kebakaran hutan ini adalah masalah kita bersama. Untuk itu, Presiden mendukung berbagai bentuk inisiatif gerakan dalam masyarakat untuk terlibat langsung dalam memadamkan api maupun dalam mengatasi dampak kabut asap.

 

“Mari kita bersama-sama mengerahkan semua kekuatan untuk mengatasi persoalan kebakaran hutan ini. Mari bahu membahu memadamkan api, menghilangkan asap serta membantu para korban,” pungkas Presiden. (Humas Kemensetneg)

 

Bagaimana pendapat anda mengenai artikel ini?
0           0           0           0           0