Dalam pidatonya pada acara penutupan pertemuan bisnis Asia Eropa di World Hotel, Beijing, Kamis, Presiden menegaskan masalah global harus diatasi pula dengan langkah-langkah global.
Presiden menyatakan, pelajaran yang dapat ditarik dari terjadinya krisis keuangan global saat ini adalah perlunya perubahan dalam arsitektur sektor keuangan dunia.
Krisis finansial global, lanjut Presiden, terjadi karena tiga
kesalahan, yaitu kegagalan kebijakan pengawasan dalam tata ekonomi maju, kegagalan dalam manajemen resiko sektor keuangan, serta kegagalan mekanisme disiplin pasar.
"Untuk memperbaiki kegagalan ini membutuhkan upaya internasional, karena tidak ada batas yang menghalangi terjadinya krisis keuangan," tutur Presiden.
Presiden menyerukan penguatan kerjasama multilateral dan regional seperti melalui Bank Dunia, Dana Moneter Internasional, atau melalui forum pertemuan Asia Eropa, ASEAN, atau ASEAN plus 3 yang melibatkan kekuatan ekonomi besar di Asia Timur seperti China, Jepang, dan Korea Selatan.
"Dalam forum multilateral, dengan keanggotaan universal, kita dapat mendiskusikan resiko yang mengancam stabilitas global seperti kegagalan mekanisme pengawasan dan respon kebijakan untuk mengatasinya," tuturnya.
Bank Dunia, menurut Presiden, dapat memimpin sebuah konsorsium menyediakan sistem finansial yang dapat disiagakan untuk defisit anggaran para anggotanya.
Selain itu, kata Yudhoyono, ASEAN dan ASEAN plus 3 dapat memainkan peran penting untuk menangani berbagai masalah di wilayahnya.
"Untuk menambah efektivitas, kita memerlukan koordinasi yang baik agar tidak ada saling tindih di antara berbagai organisasi internasional untuk menindaklanjuti berbagai perjanjian internasional," katanya.
Dalam pidatonya, Presiden juga menekankan pentingnya aliran perdagangan dan investasi yang saling menguntungkan untuk mengatasi dampak krisis keuangan global.
Kawasan Asia, lanjut dia, diharapkan dapat menjadi salah satu wilayah di dunia yang dapat meneruskan pertumbuhan ekonomi positif di tengah krisis keuangan global bersumber di AS dan juga memukul perekonomian Eropa.
"Ini berarti wilayah Asia menjadi pasar ekspor alternatif penting bagi negara-negara berkembang dan menjadi sumber pertumbuhan di tengah perlambatan ekonomi dunia," ujarnya.
Untuk itu, ia berharap Asia dapat terus mengembangkan prinsip regional terbuka untuk meningkatkan kerjasama ekonomi.
"Dalam situasi seperti ini, kita harus tetap terbuka, bukan menjadi lebih tertutup. Kita juga harus menyerukan wilayah dunia lain untuk melakukan hal yang sama," tuturnya.
Dalam pidatonya di hadapan pelaku bisnis Asia Eropa, Presiden Yudhoyono memaparkan langkah-langkah yang diambil pemerintah Indonesia untuk mengatasi dampak krisis keuangan global dan menyatakan optimismenya menghadapi dampak krisis tersebut.
Presiden juga mengundang para pelaku bisnis Asia Eropa untuk berinvestasi di Indonesia.
Pertemuan bisnis Asia Eropa adalah forum yang mendahului pertemuan puncak 43 kepala negara dari Asia Eropa di Beijing, pada 24-25 Oktober 2008.
Selama dua hari di Beijing, para pemimpin negara Asia Eropa termasuk Presiden Yudhoyono akan berdiskusi tentang krisis keuangan melanda dunia serta masalah-masalah global lainnya seperti perubahan iklim.
Sumber:
http://www.antara.co.id/arc/2008/10/23/presiden-yudhoyono-arsitektur-keuangan-dunia-perlu-diubah/