Ratas Antisipasi Rawan Bencana

 
bagikan berita ke :

Jumat, 13 Juli 2007
Di baca 1186 kali

Saat ini, kata Purnomo, ada 10 gunung berapi yang berstatus waspada, satu gunung berstatus siaga, dan satu gunung berstatus awas. Kesepuluh gunung yang berstatus waspada adalah Gunung Talang di Sumatera Barat, Anak Krakatau di Lampung, Gunung Merapi di Jawa Tengah, Semeru dan Bromo di Jawa Timur, Batutara di NTT, Karangetang dan Lokon di Sulawesi Utara, Gunung Ibu dan Dukono di Maluku Utara. Sedangkan yang berstatus siaga adalah Gunung Soputan di Sulawesi Utara dan yang berstatus awas adalah gunung Gamkonora di Maluku Utara.

Pada kesempatan yang sama, Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM, Bambang Dwiyanto, menjelaskan tingkat aktivitas gunung api memang dibagi dalam empat level. “Aktivitas normal bahwa gunung api itu tidak ada aktivitas membahayakan. Waspada apabila secara instrumental dari pengamatan dan juga secara visual menunjukkan ada peningkatan yang cukup signifikan. Apabila sudah menuju ke arah aktivitas letusan ini dinaikkan ke level siaga. Pada status yang paling akhir adalah mendekati saat-saat letusan adalah level awas,“ kata Bambang.

Konsekuensi pada setiap peningkatan status ini, lanjut Bambang, apabila dalam kondisi waspada maka masyarakat diharapkan melakukan aktivitas yang sangat terbatas. Pada level siaga, diharapkan nasyarakat tidak boleh melakukan aktivitas di daerah-daerah yang terancam. “Khusus untuk tingkat awas, konsekuensinya adalah kami bersama Pemerintah Daerah akan menetapkan lokasi-lokasi pengungsian dan akan menggerakan masyarakat untuk penyelamatan ke lokasi pengungsian," Bambang menambahkan.

Bambang kemudian menampilkan peta kawasan rawan bencana di setiap gunung api aktif. Peta ini adalah merupakan peta zonasi, peta penjelasan yang memuat tingkat kerawanan dari suatu kawasan akibat ancaman letusan gunung api. “Kami memiliki tiga zonasi dari peta tersebut, kawasan rawan bencana (KRB) 3 adalah yang paling berbahaya. Daerah ini sangat terancam aktivtas aliran lava awan panas, gas-gas vulkanik maupun akibat dari lontaran abu-abu pijar maupun hujan abu. Jaraknya 1,5 Km dari pusat letusan. Untuk KRB 2 berjarak 6 km, dan KRB 1 sekitar 8 km yang merupakan daerah yang paling aman, “ Bambang menjelaskan.

Menurut Purnomo, secara umum Presiden minta mitigasi untuk daerah-daerah rawan bencana ditingkatkan. Kedua, Presiden minta atensi khusus kepada daerah-daerah gunung api yang meningkat aktivitasnya, terutama pemberian informasi tentang cuaca kepada semua pihak. Ketiga, perlu ada satu komunikasi yang terus-menerus dengan daerah, terutama dengan gubernur, bupati, dan walikota. Memelihara kegiatan Protap yang dilakukan untuk daerah-daerah bencana. Keempat, Presiden minta atensi khusus untuk pemberian warning system, terutama mengenai cuaca buruk. Mengajak kepada daerah-daerah untuk aktif memberikan informasi mengenai keselamatan transportasi dalam kaitannya dengan peringatan mengenai perkembangan cuaca. Kelima, Presiden ingin daerah bencana dan daerah rawan bencana kebakaran hutan selalu dingatkan. "Perlu disampaikan kepada masyarakat luas, sosialisasi daerah rawan banjir dan rawan bencana kebakaran hutan," kata Purnomo. Terakhir, penanganan pengungsi terutama koordinasi dengan Satlak dan Satkorlak.

Mengenai perkembangan cuaca pada akhir-akhir ini, Menteri Perhubungan Djusman Syafii Djamal pada kesempatan yang sama menjelaskan megenai kondisi dan prediksi cuaca pada tanggal 13-18 juli 2007, terutama akibat perubahan cuaca lantaran kehadiran badai yang berpusat di Filipina. Dari pencatatan Dephub, diamati dan diprediksi bahwa badai ini secara berangsur akan meninggalkan Indonesia dan karena itu terjadinya perubahan cuaca yang mengakibatkan gelombang tinggi 4 – 5 meter pada daerah-daerah tertentu.

"Atas dasar itu, maka Presiden memberikan pengarahan kepada kami agar, pertama, kami secara terus menerus melaporkan perubahan cuaca dan harus dikomunikasikan secara terus-menerus agar terjadi tingkat kewaspadaan terutama kewaspadaan ini menyangkut pada keselamatan transportasi darat, laut, dan udara. Dalam peringatan tersebut diharapkan dan diimbau agar semua operator transportasi laut terutama dapat mematuhi peringatan yang diberikan oleh BMG,“ kata Djusman.

Mengenai aktifnya Gunung Gamkonora di Maluku Utara, Kepala BMG Sro Woro Budiarti Harijono menjelaskan bahwa letusan Gunung Gamkonora ini tidak memberikan pengaruh pada cuaca lokal di sekitarnya, yang dipantau dari stasiun BMG di Ternate. “Kami juga sampaikan kondisi cuaca kedepan, iklim, potensi rawan banjir, rawan kebakaran, prakiraan gelombang sampai satu minggu kedepan,dan ini dianjurkan oleh Presiden agar diperkuat diseminasinya terutama ke pemda-pemda dan secara terus-menerus,“ tuturk Woro.

“Kami fokus pada prakiraan tinggi gelombang, karena Gamkonora tidak memberikan efek yang siginifikan pada cuaca lokal, maka kami angkat disini prakiraan tinggi gelombang. Sampai 18 juli 2007 di sekitar perairan laut barat Aceh, Andaman, India selatan, Bali dan Nusatenggara, NTT, masih berkisar 3-6 meter. Untuk itu kami sampaikan informasi ini kepada Direktorat Jendral Hubungan Laut untuk disampaikan melalui radio pantai kepada masyarakat, nelayan yang sedang melaut. Di utara Aceh dan di sekitar laut Ambon. Cocok dengan apa yang terjadi adanya kecelakaan kapal laut di sekitar perairan Ambon," ujar Woro.

Mengenai gelombang pasang ini, Kepala Geologi Kementrian ESDM, Bambang Dwiyanto menjelaskan bahwa gelombang sampai dengan 2,5 meter terjadi daerah beberapa perairan, seperti Bangka, Belitung, Riau. “Untuk gelombang 2 – 2,5 m ini dianggap berbahaya bagi perahu nelayan dan tongkang, gelombang 2,5 -3 meter di beberapa daerah perairan seperti daerah Samudera Hindia selatan dan timur, Laut Jawa bagian tengah, Selat Makasar bagian selatan, Perairan Sulawesi Selatan, perairan Sangir Talaud. Gelombang 2,5 – 3 meter berbahaya bagi perahu nelayan , tongkang dan feri. Rekomendasi atau peringatan dini dapat terjadi 3-6 meter bisa terjadi di beberapa perairan seperti di daerah Laut Seram, Laut Maluku, perairan selatan Maluku perairan kepulauan Kai dan Tanimbar, perairan selatan Fak – Fak, Laut Aru, Laut Arafura, Samudera Pasifik utara, perairan Merauke dan Teluk Carpentaria ini yang berbahaya bagi semua jenis kapal. Peringatan mengenai prakiraan gelombang ini telah dikomunikasikan oleh BMG keseluruh adpel, kemudian diharapkan ada tindakan pencegahan, maka adpel bisa mengantisipasi terhadap perubahan cuaca dan tingginya gelombang pada satu minggu kedepan, “ kata Bambang.

Sedangkan Menteri Sosial Bachtiar Chamsyah pada kesempatan yang sama mengatakan bahwa masyarakat yang mengungsi akibat aktifnya Gunung Gamkonora di Halmahera Barat Maluku Utara, saat ini berjumlah 9780 jiwa, dan semuanya sudah tertangani dengan baik. “Pemerintah daerah sudah bisa menanganginya, sandang dan pangan mereka tercukup,“ kata Mensos.

 

Sumber:
http://www.presidensby.info/index.php/fokus/2007/07/12/2015.html

Bagaimana pendapat anda mengenai artikel ini?
0           0           0           0           0