Dalam pidatonya selama tiga menit itu, Presiden Yudhoyono menggarisbawahi keperluan untuk membantu menciptakan stabilitas keamanan di Benua Afrika.
Secara khusus, Presiden Yudhoyono mencontohkan kesediaan pemerintah Indonesia untuk terlibat dalam pasukan gabungan PBB dan Uni Afrika dalam misi perdamaian di Darfur, Sudan selatan yang beberapa waktu terakhir mengalami konflik kemanusiaan.
Menurut Kepala Negara, krisis Darfur harus segera diselesaikan sehingga masyarakat Darfur dapat mulai bangkit menata perekonomian dan kehidupannya.
Presiden Yudhoyono juga menegaskan bahwa sudah menjadi salah satu tugas Dewan Keamanan PBB adalah untuk memastikan stabilitas keamanan internasional.
Oleh karena itu, lanjut dia, Dewan Keamanan PBB sudah sewajibnya dapat mengupayakan suatu perdamaian di benua Afrika.
Kepala Negara mengatakan tindakan PBB untuk memperkuat pasukan perdamaian Uni Afrika adalah salah satu tindakan yang sudah selayaknya.
Menurut Presiden, pasukan Uni Afrika harus diperkuat, agar dikemudian hari dapat berjuang secara mandiri mengatasi kasus-kasus yang terjadi di kawasannya, dapat menjaga keamanan dan perdamaian di kawasan itu.
Di akhir pidatonya, Presiden Yudhoyono juga mengungkapkan optimismenya jika Afrika akan dapat bangkit dan menjadi kuat guna mengatasi masalahnya di kawasan serta berkontribusi pada keamanan internasional.
Dewan Keamanan PBB terdiri dari 15 anggota yang terdiri dari lima anggota tetap --AS, China, Rusia, Inggris, Jerman--dan 10 anggota tidak tetap yang dipilih secara berkala setiap dua tahun.
Indonesia berhasil menjadi anggota DK PBB pada akhir tahun lalu dan telah mencatat sejumlah perkebangan positif dalam keterlibatannya.
Keterlibatan Indonesia menjadi anggota tidak tetap DK PBB telah membawa Indonesia menjadi salah satu pemain kunci dalam kancah politik internasional.
Indonesia juga dijadwalkan menjadi presiden bergilir Dewan Keamanan PBB untuk bulan November 2007.
Sumber:
http://www.antara.co.id/arc/2007/9/26/ri-berkomitmen-wujudkan-perdamaian-di-afrika/