Juru bicara Kepresidenan bidang luar negeri Dino Patti Djalal dalam konferensi pers yang berlangsung di Kantor Kepresidenan Jakarta, Senin (25/8), mengatakan harapan itu terkait dengan akan berlangsungnya pemilihan Presiden di Amerika Serikat.
"Alasan Indonesia karena di AS akan ada pemilu, kita mengharapkan sebelum adanya presiden baru dan 'political cycle' belum membeku," katanya.
Dino mengatakan masih ada peluang untuk menuntaskan putaran Doha tersebut sehingga mencapai kesepakatan yang menguntungkan semua pihak. Ia menjelaskan dalam tiga hingga empat hari terakhir Presiden Susilo Bambang Yudhoyono telah melakukan lobi terkait hal itu.
"Presiden memberikan perhatian pada pembicaraan putaran Doha. Bila ini gagal akan memberikan pengaruh buruk termasuk bagi Indonesia," katanya.
Dino mengatakan pada Kamis (21/8), Presiden Yudhoyono telah menelepon Presiden Brasil Lula Da Silva, sementara pada Jumat (22/8) mengirimkan surat pada Presiden China Hu Jintao yang dititipkan melalui Wakil Presiden Jusuf Kalla yang berkunjung ke Beijing.
"Pada Sabtu (23/8) dari kediaman di Cikeas melakukan pembicaraan pertelepon dengan PM India Manmohan Singh," katanya. Menurut Dino, dalam tiga kontak yang dilakukan oleh Presiden, ketiganya menyampaikan tentang keprihatinan masih terhambatnya pembicaraan putaran Doha dan mendorong kembali berlangsungnya negosiasi.
"Indonesia sebagai koordinator G 33 dan anggota G 20 akan terus berupaya agar hasil pembicaraan putaran Doha dapat berhasil," ungkap Dino.
Presiden, menurut Dino, menyampaikan perlu adanya koordinasi diplomatik sehingga kompromi dapat dicapai dan perlunya ada upaya menjembatani.
Saat ini, kata Dino, putaran Doha sudah mencapai kesepakatan 90 persen, tinggal 10 persen terkait mekanisme teknis yang masih alot untuk disepakati.
Sumber:
http://www.mediaindonesia.com/