Jakarta - Pemerintah Rusia menyatakan komitmennya untuk terus menjalin dan meningkatkan hubungan baik dengan Indonesia di berbagai bidang.
"Indonesia merupakan salah satu negara yang menjadi mitra baik bagi Rusia, tidak saja saat ini tetapi juga di waktu-waktu mendatang," kata Duta Besar Rusia untuk Indonesia, Alexander Ivanov, di Jakarta, Rabu.
Dalam dialog dengan para pemimpin media massa Indonesia, cetak dan elektronik, ia mengatakan kerja sama Rusia dan Indonesia telah berjalan lebih dari 50 tahun.
Hubungan bilateral kedua negara makin membaik, dengan adanya saling kunjung mengunjungi antara Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada Desember 2006 dan Presiden Rusia Vladimir Putin pada September 2007, tuturnya.
Ivanov mengatakan, hubungan kedua negara yang telah terjalin lama tidak terlepas dari pasang surut perang dingin antara Uni Sovyet (kini Rusia) dan Amerika Serikat (AS).
Perubahan hubungan sejak era Perang Dingin berakhir (1991) dan Rusia memasuki era demokratisasi glasnost dan perestroika, dan Indonesia memasuki Reformasi 1998.
Indonesia-Rusia kembali memperkuat hubungan bilateral melalui kunjungan Presiden Megawati ke Moskwa tahun 2003, dan kedua pihak menekankan dasar persahabatan abad ke-21.
Usai kunjungan Mega, terbentuklah Komisi Pertemuan Bersama dengan empat pertemuan antar pejabat senior, sehingga hubungan semakin menguat.
Hubungan semakin kuat dengan ditandatanganinya berbagai kerangka kerja sama kedua negara, saat Presiden Putin berkunjung ke Indonesia pada September 2007 silam, tambahnya.
Rusia menanamkan modalnya dalam berbagai bidang, khususnya energi, pertambangan, pertahanan dan perdagangan (ekspor impor). Ada delapan kerja sama yang dilakukan yaitu lingkungan hidup, olahraga, promosi investasi, auditing, melawan terorisme, pinjaman, budaya, dan keuangan.
"Hubungan Rusia-Indonesia akan berjalan baik dan semakin terbuka dan demokratis, dan tidak berdasarkan perbedaa ideologi melainkan rasa saling menghargai dan menghormati satu sama lain," ujar Ivanov.
Neraca perdagangan Indonesia-Rusia masih kecil, pada 2006 hanya 680 juta dolar AS dan defisit bagi
Indonesia.
Ekspor utama Indonesia adalah produk-produk pertanian yang pada 2006 berjumlah 272,5 juta dolar AS dan cenderung meningkat.
Sebaliknya impor Indonesia dari Rusia pada 2002 nilainya 151,3 juta dolar AS. Pada 2003 impor Indonesia menurun menjadi 99,8 juta dolar AS, kemudian meningkat pada 2004 dan 2005, yakni 223,4 juta dolar AS dan 431, 5 juta dolar AS, lalu pada 2006 menjadi 416 juta dolar AS.
Di sektor pertahanan Rusia telah menetapkan untuk membantu Indonesia membangun militer yang modern dengan memberikan kredit negara senilai satu miliar dolar AS.
"Berdasar perkembangan yang terjadi selama ini, saya yakin hubungan akan semakin terjalin baik mengingat Indonesia memiliki banyak potensi seperti sumber daya alam yang melimpah, dan sumber daya manusi yang banyak dan pangsa pasar potensial," kata Ivanov.
Ia menambahkan, hubungan yang makin tejalin baik antara kedua negara juga tidak terlepas dari peran media yang bisa menjadi lapis kedua diplomasi kedua negara.
"Media memiliki peranan sebagai jembatan bagi hubungan bilateral kedua negara, mengingat media merupakan alat yang bisa mengakses ke berbagai pihak termasuk sebagai alat lapis kedua diplomasi," ujarnya.
Pada dialog tersebut, hadir tokoh pers Indonesia Jaffar Assegaf, Ketua Bidang Hubungan Luar Negeri PWI Saiful Hadi dan para editor media massa nasional baik cetak maupun luar negeri.
"Indonesia merupakan salah satu negara yang menjadi mitra baik bagi Rusia, tidak saja saat ini tetapi juga di waktu-waktu mendatang," kata Duta Besar Rusia untuk Indonesia, Alexander Ivanov, di Jakarta, Rabu.
Dalam dialog dengan para pemimpin media massa Indonesia, cetak dan elektronik, ia mengatakan kerja sama Rusia dan Indonesia telah berjalan lebih dari 50 tahun.
Hubungan bilateral kedua negara makin membaik, dengan adanya saling kunjung mengunjungi antara Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada Desember 2006 dan Presiden Rusia Vladimir Putin pada September 2007, tuturnya.
Ivanov mengatakan, hubungan kedua negara yang telah terjalin lama tidak terlepas dari pasang surut perang dingin antara Uni Sovyet (kini Rusia) dan Amerika Serikat (AS).
Perubahan hubungan sejak era Perang Dingin berakhir (1991) dan Rusia memasuki era demokratisasi glasnost dan perestroika, dan Indonesia memasuki Reformasi 1998.
Indonesia-Rusia kembali memperkuat hubungan bilateral melalui kunjungan Presiden Megawati ke Moskwa tahun 2003, dan kedua pihak menekankan dasar persahabatan abad ke-21.
Usai kunjungan Mega, terbentuklah Komisi Pertemuan Bersama dengan empat pertemuan antar pejabat senior, sehingga hubungan semakin menguat.
Hubungan semakin kuat dengan ditandatanganinya berbagai kerangka kerja sama kedua negara, saat Presiden Putin berkunjung ke Indonesia pada September 2007 silam, tambahnya.
Rusia menanamkan modalnya dalam berbagai bidang, khususnya energi, pertambangan, pertahanan dan perdagangan (ekspor impor). Ada delapan kerja sama yang dilakukan yaitu lingkungan hidup, olahraga, promosi investasi, auditing, melawan terorisme, pinjaman, budaya, dan keuangan.
"Hubungan Rusia-Indonesia akan berjalan baik dan semakin terbuka dan demokratis, dan tidak berdasarkan perbedaa ideologi melainkan rasa saling menghargai dan menghormati satu sama lain," ujar Ivanov.
Neraca perdagangan Indonesia-Rusia masih kecil, pada 2006 hanya 680 juta dolar AS dan defisit bagi
Indonesia.
Ekspor utama Indonesia adalah produk-produk pertanian yang pada 2006 berjumlah 272,5 juta dolar AS dan cenderung meningkat.
Sebaliknya impor Indonesia dari Rusia pada 2002 nilainya 151,3 juta dolar AS. Pada 2003 impor Indonesia menurun menjadi 99,8 juta dolar AS, kemudian meningkat pada 2004 dan 2005, yakni 223,4 juta dolar AS dan 431, 5 juta dolar AS, lalu pada 2006 menjadi 416 juta dolar AS.
Di sektor pertahanan Rusia telah menetapkan untuk membantu Indonesia membangun militer yang modern dengan memberikan kredit negara senilai satu miliar dolar AS.
"Berdasar perkembangan yang terjadi selama ini, saya yakin hubungan akan semakin terjalin baik mengingat Indonesia memiliki banyak potensi seperti sumber daya alam yang melimpah, dan sumber daya manusi yang banyak dan pangsa pasar potensial," kata Ivanov.
Ia menambahkan, hubungan yang makin tejalin baik antara kedua negara juga tidak terlepas dari peran media yang bisa menjadi lapis kedua diplomasi kedua negara.
"Media memiliki peranan sebagai jembatan bagi hubungan bilateral kedua negara, mengingat media merupakan alat yang bisa mengakses ke berbagai pihak termasuk sebagai alat lapis kedua diplomasi," ujarnya.
Pada dialog tersebut, hadir tokoh pers Indonesia Jaffar Assegaf, Ketua Bidang Hubungan Luar Negeri PWI Saiful Hadi dan para editor media massa nasional baik cetak maupun luar negeri.
Â
Â
Â
Â
Sumber:
http://www.antara.co.id/arc/2008/2/20/rusia-bertekad-tingkatkan-hubungan-dengan-ri/
http://www.antara.co.id/arc/2008/2/20/rusia-bertekad-tingkatkan-hubungan-dengan-ri/
Bagaimana pendapat anda mengenai artikel ini?