SAMBUTAN DAN DIALOG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
PERAYAAN NATAL BERSAMA NASIONAL 2016
TONDANO, SULAWESI UTARA
27 DESEMBER 2016
Presiden:
Assalamualaikum warahmatullah wabarakatuh,
Selamat sore,
Salam sejahtera bagi kita semuanya,
Syalom,
Yang saya hormati Presiden Kelima Republik Indonesia, Ibu Hj. Megawati Soekarnoputri,
Yang saya hormati para Menteri Kabinet Kerja, Panglima TNI dan Kapolri beserta Ibu,
Yang saya hormati para Pimpinan Lembaga Negara yang hadir, para Duta Besar,
Yang saya hormati Gubernur Sulawesi Utara beserta seluruh Bupati dan Wali Kota yang hadir,
Yang saya hormati seluruh tokoh agama, tokoh masyarakat, utamanya masyarakat umat Kristiani di Sulawesi Utara dan umat Kristiani di seluruh tanah air,
Dalam pesan Natal bersama ini, dengan penuh sukacita mari kita bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena gembala umat mengingatkan kita semua untuk memperkuat persaudaraan dan cinta anak bangsa. Torang semua basodara.
Dalam Natal bersama ini, kita juga diajak kembali untuk menghayati nilai-nilai perdamaian yang sejati, perdamaian dalam keluarga besar bangsa Indonesia, perdamaian yang lahir apabila kita menghayati Pancasila, apabila kita mengamalkan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Perdamaian sejati dan kecintaan pada bangsa itulah artikulasi nilai-nilai spiritualitas Natal.
Kita semua dipanggil untuk mewujudkan iman lewat perbuatan yang nyata bagi sesama, bagi negara, bagi bangsa Indonesia. Kita semua dipanggil untuk bekerja keras, bahu-membahu, bergotong royong untuk membangun Indonesia untuk menjadikan Indonesia bangsa yang maju, yang penuh sukacita, yang berdaulat, yang mandiri, yang berkepribadian. Kita semua dipanggil untuk membuka hati pada pesan keselamatan, agar kita mencintai perdamaian, agar kita memeluk yang kecil, agar kita memeluk yang lemah, agar kita memeluk yang miskin.
Kita bersyukur bahwa kita merayakan Natal dalam keluarga besar bangsa Indonesia yang terdiri dari bermacam-macam agama, bermacam-macam suku, bermacam-macam tradisi, bermacam-macam latar belakang politik.
Namun, kita disatukan oleh semangat Bhinneka Tunggal Ika. Karena itu, sebagai warisan asli nusantara spirit Bhinneka Tunggal Ika harus selalu dijaga dan dirawat bersama-sama.
Dan kita tidak boleh lupa kepada Tuhan yang memberi jalan terang "Dia Kaliuran Bimasena tumpa lampangan".
Tadi kita diingatkan oleh Pak Gubernur bahwa tadi pagi saya sudah cek Bendungan Kuwil yang membendung Sungai Tondano yang dulu menyebabkan Manado banjir bandang. Sudah dimulai. Mohon doa restu. Moga-moga nanti 2019 sudah selesai.
Besar sekali. Ada 308 hektare yang bisa menampung 23 juta m3 air, bisa mengendalikan banjir. Nanti juga akan dipakai untuk pembangkit listrik tenaga air, dan juga dipakai untuk air baku bagi Minahasa, Bitung, dan Manado.
Yang kedua, juga tadi sudah disampaikan Pak Gubernur mengenai pembangkit listrik tenaga tenaga geotermal, tenaga panas bumi, di Lahendong, Unit 5 dan 6 yang sudah selesai di Tompaso, Minahasa, yang bisa melistriki kurang lebih 20.000 rumah tangga. Berarti ada tambahan 20.000 rumah tangga yang bisa teraliri listrik karena pembangkit listriknya sudah selesai. Ini patut kita syukuri bersama. Semoga bermanfaat bagi Sulawesi Utara.
Hadirin yang saya muliakan,
Umat Kristiani di seluruh tanah air, dan khususnya umat Kristiani di Sulawesi Utara, khususnya lagi di Tondano, Kabupaten Minahasa,
Sebelum saya lupa, pagi-pagi saya membaca di koran. Ada ibu-ibu dari Bitung. Namanya Mona. Katanya, mau bertemu dengan saya. Ada tidak? Saya hanya membaca di koran tadi.
Dia ditanya, “Kenapa mau datang di Tondano?†“Torang mau baku dapa deng Pak Jokowi.†Terjemahannya: saya mau bertemu dengan Pak Jokowi.
Orangnya mana ini? Suruh ke sini. Mana? Ada tidak? Jangan-jangan di luar. Coba dicari itu yang namanya Bu Mona.
Ada tidak? Suruh maju ke sini. Coba dicari keluar. Ada tidak? Cari sampai ketemu. Jauh-jauh, nanti tidak ketemu dengan saya.
Hadirin yang saya muliakan,
Merayakan Natal berarti menggerakkan nurani kita untuk mencintai sesama, untuk memperkuat persaudaraan sesama anak bangsa.
Oleh sebab itu, karena kita saudara, marilah kita saling menolong, marilah kita saling membantu di antara kita, marilah kita saling menghormati di antara kita, marilah kita saling menghargai di antara kita, marilah kita saling melindungi di antara kita, marilah kita saling mengayomi di antara kita karena kita sebetulnya adalah saudara, saudara sebangsa dan saudara setanah air.
Jangan melupakan itu. Dan janganlah kita, karena kita adalah saudara sebangsa dan setanah air, hentikan dan janganlah lagi kita saling mencela, janganlah lagi kita saling menjelek-jelekkan di antara kita, janganlah lagi kita saling mencaci maki di antara kita karena itu bukan tradisi dan budaya Indonesia. Apalagi sampai memfitnah saudara sendiri, saudara sebangsa dan setanah air.
Sekali lagi, kita adalah saudara, saudara sebangsa dan saudara setanah air. Apabila hal itu diterus-teruskan, bangsa kita akan menjadi bangsa yang lemah, bangsa kita akan menjadi bangsa yang pesimis. Kita tidak mau itu terjadi.
Kita harus menjadi bangsa pekerja keras, kita harus menjadi bangsa yang optimis, kita harus menjadi bangsa pemenang. Jangan sampai energi kita habis untuk hal-hal yang tidak produktif, jangan sampai energi kita habis untuk hal-hal yang sebetulnya tidak perlu dikeluarkan energi itu.
Natal harus membawa perubahan sikap yang mendasar dalam kehidupan bersama sebagai bangsa.
Karena persaingan global, karena kompetisi global semakin sengit antarnegara, maka dibutuhkan insan Indonesia yang mau bekerja keras, yang mandiri, yang berjiwa merdeka, jujur, adil, dan cinta sesama.
Musuh kita sebenarnya adalah kemiskinan, ketimpangan antara kaya dan miskin, ketimpangan antarwilayah, dan musuh kita juga adalah korupsi. Itulah musuh kita sebenarnya karena urusan Indonesia yang lebih jujur, Indonesia yang lebih adil, Indonesia yang lebih sejahtera adalah tugas hidup umat Kristiani Indonesia.
Ibu Mona sudah ketemu belum? Belum ketemu? Berarti, enggak jadi ke Tondano.
Saya ingin yang hadir di sini, ada yang petani? Ada? Coba maju salah satu ke depan.
Sini. Saya cek dulu, petani benar enggak ini.
Silakan perkenalkan namanya, Pak.
Vikir Mibulu:
Nama saya Vikir Mibulu, bertempat di Kelurahan Renowangko, Minahasa.
Presiden:
Pak Vikir, saya minta Pancasila. Saya mau lihat, petani hafal Pancasila tidak? Silakan, Pak Vikir.
Vikir Mibulu:
Pancasila
-
Ketuhanan Yang Maha Esa
-
Kerakyatan yang dipimpin...
Presiden:
Sebentar, sebentar. Kalo di sana, itu mudah. Tapi, begitu naik panggung, bisa lupa semuanya.
Vikir Mibulu:
Maklum, petani.
Presiden:
Ya. Diulang, Pak.
Pancasila.
Vikir Mibulu:
Pancasila
-
Ketuhanan Yang Maha Esa
-
Kemanusiaan yang adil dan beradab
-
Persatuan Indonesia
-
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan
-
Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Petani. Jadi, kalau baca, lupa.
Presiden:
Sebentar. Ini sebetulnya hafal. Saya yakin hafal.
Coba diulang lagi, diulang lagi. Pancasila.
Vikir Mibulu:
Pancasila
-
Ketuhanan Yang Maha Esa
-
Kemanusiaan yang adil dan beradab
-
Persatuan Indonesia
-
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan
-
Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Presiden:
Yang terakhir tadi udah betul, udah. Saya benerin, bener, udah betul.
Udah, terima kasih, Pak, terima kasih. Ada sepeda nanti di belakang diambil.
Ada di sini yang nelayan enggak? Enggak ada? Nelayan di Danau Tondano. Masak enggak ada?
Coba maju kalau ada. Maju sini nelayan. Hadiah Natalnya sepeda. Silakan maju.
Coba dikenalkan.
Yance Kawengean:
Nama saya Yance Kawengean.
Presiden:
Pak Yance. Nelayan di mana?
Yance Kawengean:
Danau Tondano.
Presiden:
Danau Tondano. Saya mau tes, bener nelayan enggak. Baru saya tanya.
Yance Kawengean:
Coba sebutkan tiga nama ikan yang ada di danau.
Yance Kawengean:
Mujair.
Presiden:
Ada ikan mujair di Tondano?
Yance Kawengean:
Ada.
Presiden:
Ya satu. Dua?
Yance Kawengean:
Nike.
Presiden:
Apa itu nike? Cuma orang Minahasa yang tahu.
Bener ada ikan nike?
Tiga?
Yance Kawengean:
Payangka.
Presiden:
Payangka? Bener, Pak Gubernur? Betul?
Gimana, bahasanya Minahasa semuanya? Ya udah, percaya.
Tapi pertanyaannya bukan itu. Pertanyaannya adalah—supaya kita semuanya tahu bahwa negara kita ini memiliki 34 provinsi, 34 provinsi—saya tidak ingin suruh menyebutkan 34, sebutkan lima provinsi saja di Indonesia.
Nelayan harusnya bisa. Satu?
Yance Kawengean:
Sulawesi Utara.
Presiden:
Sulawesi Utara. Dua?
Yance Kawengean:
DKI Jakarta.
Presiden:
Tiga?
Yance Kawengean:
Papua.
Presiden:
Empat?
Yance Kawengean:
Sumatera Utara.
Presiden:
Lima?
Yance Kawengean:
Maluku Utara.
Presiden:
Enam?
Yance Kawengean:
Wah lebih, Pak.
Presiden:
Udah lebih? Ya udah.
Silakan, sepedanya diambil di belakang.
Enggak ketemu Ibu Mona tadi? Enggak ketemu Bu Mona? Enggak?
Baik, kalau enggak ada, terakhir saya ingin mengucapkan selamat Hari Natal tahun 2016 bagi seluruh umat Kristiani di seluruh Indonesia, di seluruh tanah air, dan selamat tahun baru 2017. Terima kasih.
Assalamualaikum warahmatullah wabarakatuh.
*****
Biro Pers, Media dan Informasi
Sekretariat Presiden