Sambutan Pengantar Presiden RI pada Peringatan Hari Menanam Pohon Indonesia, 28-11-2010

 
bagikan berita ke :

Minggu, 28 November 2010
Di baca 878 kali

SAMBUTAN PENGANTAR

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PADA ACARA

PERINGATAN HARI MENANAM POHON INDONESIA

DAN BULAN MENANAM NASIONAL TAHUN 2010

DI JATILUHUR, PURWAKARTA, JAWA BARAT

PADA TANGGAL 28 NOVEMBER 2010

 

 

 

 

Bismillaahirrahmaanirrahiim,

 

Assalaamu'alaikum warrahmatullaahi wabarakaatuh,

 

Salam sejahtera untuk kita semua,

 

Yang saya hormati saudara Wakil Presiden Republik Indonesia beserta Ibu Herawati Boediono,

 

Hadirin sekalian yang saya muliakan,

 

Alhamdulillah hari ini, secara serentak di seluruh tanah air, kita, bangsa Indonesia kembali melaksanakan Gerakan Menanam Pohon, menanam dan memelihara pohon untuk kelestarian lingkungan kita. Insya Allah, besok saya juga akan berkunjung ke Aceh dan akan menyerahkan 125 ribu batang pohon trembesi yang cukup besar bantuan saya, untuk ditanam di tempat-tempat yang dulu terkena bencana tsunami.

 

Dan banyak lagi yang dilakukan oleh para gubernur, para bupati, para walikota, semua pihak, termasuk unsur-unsur non pemerintah yang saya pantau dan ketahui selama ini, untuk bersama-sama menyukseskan Gerakan Menanam dan Memelihara Pohon.

 

Saudara-saudara,

 

Saya sesungguhnya tidak ingin berpidato terlalu banyak lagi, karena sekarang ini saatnya untuk bertindak, bukan lagi untuk terus berbicara tentang pentingnya menanam pohon ini. It is time to act, from commitment to action. Kita semua ingin bumi kita selamat, negeri kita selamat. Bencana, seperti banjir, tanah longsor, tofan, kekeringan panjang dan sebagainya, karena perubahan iklim tidak terus semakin memburuk, kita semua keinginan seperti itu.

 

Kita punya komitmen, kita punya cita-cita, tetapi semuanya itu harus diwujudkan dengan tindakan yang nyata. Yang kita lakukan hari ini, di Jatiluhur ini contoh, bahwa kita tidak hanya lagi berkata-kata, tetapi ingin berbuat secara nyata. Saya mengajak budaya seperti ini terus kita kembangkan di negeri tercinta ini.

 

Di banyak kesempatan saya sering berkata, yang harus kita bangun di negeri ini adalah budaya membangun dan bukan budaya merusak. Budaya menanam dan memelihara pohon, dan bukan budaya main tebang pohon. Kecil, tetapi sangat penting, karena itu semua menyangkut masa depan kita, masa depan generasi kita, masa depan masyarakat sedunia. Oleh karena itu, marilah kita bangun budaya, berangkat dari hati dan pikiran kita, sebagaimana yang disampaikan oleh Abah Iwan Abdurrahman tadi. Semua berangkat dari kecintaan kita kepada alam, sesama makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa.

 

Saya juga sering mengatakan, menanam sekarang, panen di hari esok. Menanam apa saja. Menanam kebajikan sekarang, panen kebajikan, berikutnya lagi. Barangkali yang menikmati anak-cucu kita, generasi yang akan datang. Kalau kita terus menanam satu milyar pohon, setiap tahun di seluruh Indonesia, dan menjadi gerakan nasional, bukan hanya program pemerintah semata, maka dengan ridho Allah SWT, negara kita, 30 tahun dari sekarang akan berubah total, akan menjadi negara yang lingkungannya baik, yang hutannya baik, yang hijau, yang menjadi sumbangan bagi upaya dunia untuk mengatasi perubahan iklim dan pemanasan Global.

 

Mengapa 30 tahun? Bagi saudara yang sekali-kali datang ke Kementerian Kehutanan, ke Manggala Wanabhakti, coba di lihat itu, di halaman Manggala Wanabhakti dan Kompleks Kementerian Kehutanan, ada pohon-pohon yang sangat tinggi, besar dan tinggi. Konon pohon itu dulu, ditanam pada saat ada Kongres Kehutanan pada tahun 1978. Berarti, berapa tahun itu? 32 tahun setelah itu, kita saksikan.

 

Contoh riil, Korea Selatan dulu, tahun 50-an mengalami masalah lingkungan, karena pengaruh Gurun Gobi, sehingga udara tidak baik, lingkungan tidak baik, dilakukan gerakan menanam dan memelihara pohon di Korea selatan. Sekarang lingkungan Korea Selatan telah berubah, juga dalam waktu 30 tahun gerakan itu. Oleh karena itu, kalau kita benar-benar konsisten, konsekuen terus-menerus melakukan gerakan menanam dan memelihara pohon itu, 25 tahun sampai 30 tahun lagi, Indonesia akan benar-benar berubah, dalam arti memiliki lingkungan yang lebih baik, sehingga bencana-bencana alam lokal, yang bukan fenomena alam, itu bisa kita kurangi secara drastis.

 

Kalau namanya gempa bumi, tsunami, letusan gunung berapi, itu fenomena alam. Tetapi kalau yang namanya banjir bandang, tofan, kekeringan yang ekstrim, musim basah yang ekstrim, tanah longsor dan sebagainya, banyak yang disebabkan karena kelalaian, kesalahan dan kecerobohan umat manusia di dalam memelihara lingkungan selama ini. Marilah kita menjadi bangsa yang pandai bersyukur kepada Allah Subhaanu wa ta'aala. Dan oleh karena itu, pandai memelihara lingkungan yang juga ciptaan dari Yang Maha Kuasa.

 

Saudara-saudara,

 

Di mimbar ini, di Jatiluhur ini, di hadapan seluruh rakyat Indonesia, saya ingin menyampaikan kepada mereka-mereka yang tidak bertanggung jawab, yang kegemarannya merusak hutan dan lingkungan, membabat pohon untuk keuntungan pribadi, merusak alam, karena industri tambang yang tidak dikelola dengan baik yang terjadi di banyak tempat di negeri ini. Saya atas nama rakyat Indonesia, berhentilah melakukan tindakan-tindakan yang tidak bertanggung jawab itu. Harus memiliki hati, ketika rakyat kita terus-menerus memelihara lingkungannya, terus-menerus menanam pohon seperti ini.

 

Saatnya belum terlambat, kalau sejak puluhan tahun yang lalu, belasan tahun yang lalu, barangkali kita tidak tepat, tidak baik di dalam mengelola lingkungan kita, akibatnya banyak kerusakan, mulai sekarang berhenti. Mari kita kelola dengan baik, di satu sisi kesejahteraan rakyat makin baik, ekonomi makin tumbuh, tapi lingkungan tidak rusak.

 

Hadirin yang saya hormati,

 

Saya ingin mengulangi apa yang telah saya sampaikan, sejak lima tahun yang lalu. Kalau saya, dan saya yakin saudara-saudara berkunjung ke daerah-daerah, ke kabupaten, ke kota, ke kecamatan, ke desa, ada dua potret. Potret pertama adalah, daerah, kota, desa, yang lingkungannya baik. Tapi kita saksikan, terus terang masih ada sebagian daerah, sebagian kota, sebagian desa yang lingkungannya belum baik. Kita bertekad untuk benar-benar, menjadikan negeri kita, negeri Indonesia yang kita cintai ini menjadi negeri yang makin berseri, kota yang makin berseri, desa yang makin berseri. berseri dalam arti bersih, bersih. Supaya enak kehidupan kita hari-sehari melihat lingkungan yang bersih, penyakit pergi, tidak mudah kena wabah malaria, demam berdarah, tuberculoses dan sebagainya, karena lingkungannya tidak baik, bersih.

 

Sehat, bikin sehat, lingkungan sehat, kehidupan di tempat itu rapi, teratur, tertib, orderly, termasuk kalau kita perluas lalu lintas, kegiatan penduduk, di kota-kota, tertib, rapi, dan kemudian indah, beautiful.

 

Tadi Bung Iwan Abdurrahman mengatakan hutan pun indah. Semua mari kita bikin indah, lingkungan indah, hati kita indah. Kalau hati kita indah, kita rukun satu sama lain, tidak sering berantem, tidak sering terlibat dalam konflik dengan yang lain. Indonesia berseri, saya ulangi sekali lagi. Saya bahkan ingin melihat, apakah kota-kota yang telah mendapatkan Adipura di waktu yang lalu bisa menjaga kebersihannya. Kalau tidak bisa lebih baik dicabut Adipura itu, begitu. Jangan pada saat penilaian datang, tim datang, dibikin semuanya. Seminggu bagus, minggu kedua sudah mulai goyah, bulan kedua sudah kacau balau. Tidak tepat Adipura diberikan kepadap pejabat ataupun kota, ataupun daerah seperti itu. Saya minta kementerian terkait sungguh melihat konsekuensi mendapatkan penghargaan Adipura dan penghargaan lingkungan yang lain, jadi jaga terus-menerus lingkungannya itu.

 

Saudara-saudara,

 

Tadi disebutkan bahwa, baik oleh pak gubernur, oleh pak menteri, kita membangun ini, membangun negeri ini, bahkan pembangunan sejak Presiden pertama kita, Bung Karno, Pak Harto, Pak Habibie, Gus Dur, Ibu Mega dan saya, tiada lain untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Singkatnya, tadi berkali-kali disebut agar berhasil peningkatan kesejahteraan rakyat itu, maka pembangunan itu boleh dikata harus betul-betul bisa mengurangi kemiskinan secara bertahap. Kemiskinan kita sudah terus turun tiap tahunnya. Harapan kita makin signifikan penurunannya. Pro-poor policy, kebijakan untuk mengurangi kemiskinan, Kemiskinan bisa berkurang kalau saudara-saudara kita makin mendapatkan lapangan pekerjaan. Kalau punya pekerjaan, punya gaji, punya penghasilan. Kalau punya penghasilan, maka makin tidak miskin, pro-job. Wajib hukumnya para gubernur, bupati dan walikota, termasuk saya, termasuk kita semua, terus-menerus menciptakan lapangan pekerjaan, agar sekali lagi, dengan job, dengan pekerjaan, dia mendapatkan penghasilan, kemiskinan berkurang. Agar pekerjaan itu terjadi, ekonomi harus tumbuh, tidak mungkin di negara manapun, yang ekonominya tidak tumbuh, apalagi minus, lapangan pekerjaan tercipta. Kita memerlukan pertumbuhan ekonomi, agar pekerjaan ada. Begitu pekerjaan ada, penghasilan ada. Begitu penghasilan ada, kemiskinan berkurang, pro-growth.

 

Tetapi saya ingatkan, karena bumi Indonesia ini bukan warisan nenek moyang kita, tetapi adalah milik anak-cucu kita, maka di dalam melaksanakan pembangunan ekonomi, di dalam meningkatkan pertumbuhan, harus tetap menjaga kelestarian lingkungan, pro-environment. Lengkaplah sudah, sebagaimana makanan empat sehat lima sempurna, bahwa strategi pembangunan ekonomi kita, pro-poor, pro-job, pro-growth, dan pro-environment, untuk yang masih miskin, menciptakan lapangan pekerjaan ekonomi ditumbuhkan, seraya menjaga kelestarian lingkungan.

 

Dalam kaitan ini, lingkungan saya melihat Bendungan Jatiluhur, saya melihat persoalan air, baik di negeri kita maupun di dunia. Air akan menjadi masalah besar nanti. Jangan dikira Indonesia tidak boleh terjadi, karena kita hidup di alam tropis. Oleh karena itu, saya meminta kepada semua pihak mulai sekarang melaksanakan reformasi, gerakan untuk konservasi air. Bayangkan hujan turun setiap saat. Kalau tiba-tiba suatu saat Indonesia kekurangan air, merugi, salah, dan berdosa kita. Mari betul-betul kita sukseskan gerakan konservasi air. Manakala diperlukan air ada, jangan dibiarkan, akhirnya jadi banjir, membawa malapetaka. Di situ diperlukan gerakan nasional juga untuk konservasi air, sebagai bagian dari gerakan pro-lingkungan.

 

Itulah yang ingin saya sampaikan. Dan pada kasempatan ini, saya ingin mengucapkan terima kasih dan penghargaan secara khusus. Saya ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada negara sahabat. Perlu saya sebut dalam hal ini, antara lain, pemerintah Norwegia yang telah bekerja sama dengan Indonesia, karena Indonesia memiliki komitmen, untuk menjaga hutan kita, hutan untuk anak-cucu kita dan untuk dunia. Hutan Indonesia adalah paru-paru dunia, maka negara sahabat, contohnya Norwegia bersedia untuk bekerja sama dan ikut memberikan kontribusi dalam pendanaan, yang tentu sangat membantu upaya kita, di samping menggunakan dana kita juga melestarikan lingkungan kita. Ini contoh yang baik, tanggung jawab global bahwa kita ingin menjalin kerja sama yang baik.

 

Saudara Duta Besar, saya sampaikan di Oslo, saya sampaikan di Copenhagen, saya sampaikan di New york dan banyak tempat, ketika saya mewakili Indonesia untuk berbicara pada masyarakat Dunia. Komitmen Indonesia, yang dilakukan Indonesia, bukan hanya mencegah deforestation, bukan hanya penggundulanlah begitu. Bukan hanya menghutankan kembali, reforestation, bukan hanya mengelola lahan-lahan gambut, managing peat land, bukan hanya memerangi kebakaran hutan, combating forest fires, tetapi kita juga melaksanakan gerakan nasional menanam milyaran pohon di tahun-tahun mendatang, total commitment of Indonesia untuk dunianya. Oleh karena itu, saya ucapkan terima kasih kepada sahabat-sahabat, negara-negara di dunia yang bekerja sama dengan Indonesia. Ucapan terima kasih kedua kepada Kementrian Kehutanan dengan jajarannya, yang bekerja keras, saya tahu mempersiapkan Gerakan Menanam 1 Milyar Pohon ini. Kemudian pada kaum perempuan, ada tujuh organisasi kaum perempuan yang juga terus bekerja keras untuk menyukseskan gerakan tanam dan pemeliharaan pohon.

 

Komponen lain, komponen bangsa, dunia usaha, NGO, LSM lingkungan, perguruan tinggi, semua, yang tidak bisa saya sebut satu per satu, yang terus-menerus melaksanakan gerakan menanam pohon. Kepada pimpinan partai-partai politik terimalah hormat saya. Saya gembira sekali, semua partai politik di negeri ini, baik yang ada di DPR maupun yang masih belum di DPR bersama-sama menyukseskan gerakan menanam dan memelihara pohon ini. Artinya apa? Kalau untuk Merah Putih, untuk bangsa dan negara, untuk anak-cucu kita, semua menjadi satu.

 

Dalam politik bisa berbeda, isu ini berbeda antar satu partai dengan partai yang lain, antara pemerintah dengan DPR misalnya, tetapi ketika untuk bangsa dan negara, we are one. Loyalty to my party ends when loyalty to my country begins. Kesetiaan kepada partai mesti berhenti, ketika kita mengutamakan kesetiaan yang lebih luas kepada bangsa dan negara, dan masa depan negeri kita yang kita cintai.

 

Dan akhirnya, di mimbar, dari mimbar ini, saya mengucapkan terima kasih, penghargaan dan hormat yang setinggi-tingginya kepada para gubernur, bupati dan walikota di seluruh Indonesia, yang amat peduli, yang bekerja nyata, yang memimpin langsung gerakan pemeliharaan lingkungan, utamanya gerakan menanam dan memelihara pohon. Bagi gubernur, bupati dan walikota yang belum sepenuhnya menyukseskan gerakan ini, terimalah pula salam kekecewaan saya, karena masih bisa berbuat yang lebih baik lagi bersama-sama.

 

Itulah yang saya sampaikan. Negeri ini, negeri bersama. Masa depan kita, masa depan bersama, marilah kita bersatu untuk masa depan Indonesia yang kita cintai.

 

Sekian.

 

 

Wassalaamu'alaikum Warrahmatullaahi Wabarakaatuh.