Sambutan Presiden - Konferensi Internasional & Festival Fintech, Tangerang, 30 Agustus 2016
TRANSKRIP
SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
PERESMIAN KONFERENSI INTERNASIONAL DAN FESTIVAL FINTECH
GEDUNG ICE BSD, TANGERANG, BANTEN
30 AGUSTUS 2016
Â
Â
Â
Bismillahirrahmanirrahim,
Assalamualaikum warahmatullah wabarakatuh,
Selamat pagi,
Salam sejahtera bagi kita semua,
Â
Bapak, Ibu, Saudara-saudara sekalian,
Hadirin yang saya hormati,
Â
Berkat perkembangan teknologi digital, kita sekarang hidup di dunia yang terasa tanpa sekat, tanpa batasan fisik. Banyak negara yang wilayah-wilayahnya terpisah secara fisik sekarang juga sudah bisa tersambung dalam satu dunia, yaitu dunia internet.
Â
Manfaat atau kemampuan teknologi  digital tersebut perlu juga kita lihat sebagai sebuah kesempatan emas, terutama untuk menjangkau mereka yang selama ini belum terjangkau oleh jasa layanan keuangan formal.
Â
Kita tahu, Indonesia memiliki 17.000 pulau. Kalau kita berbicara Jawa saja, mungkin sebagian besar sudah.
Â
Tetapi, kalau Bapak, Ibu, Saudara-saudara sekalian pergi ke pulau-pulau terpencil, pergi ke perbatasan-perbatasan negara kita, pergi ke daerah-daerah yang belum terjangkau oleh layanan-layanan perbankan, kita baru merasa dan terasa bahwa negara kita ini sangat besar sekali.
Â
Saya berikan contoh yang paling ekstrem, di Papua. Dari Kabupaten Nduga menuju ke Kabupaten Wamena, itu diperlukan 4 hari jalan kaki karena belum ada yang namanya jalan. 4 hari. Belum cerita di daerah-daerah yang lain, yang kurang lebih masih banyak yang seperti itu.
Â
Bahkan untuk jasa layanan keuangan yang sesederhana penyimpanan uang di bank pun, banyak dari masyarakat kita yang masih belum terlibat. Belum lagi untuk jasa keuangan yang lebih moderen, seperti kredit usaha, kredit rumah, maupun pasar modal.
Â
Karena keterasingan tersebut, akhirnya mereka sulit untuk memenuhi potensi maksimalnya. Mau berusaha, sulit, susah. Mau punya rumah, sulit, susah. Mau menabung saja, juga sulit dan susah.
Â
Oleh sebab itu, saya sangat menghargai ada beberapa bank yang sudah memiliki, misalnya kayak BRI ada Teras BRI yang melayani dari pulau ke pulau. Kemudian juga beberapa bank juga yang juga sudah mau membuka di kabupaten-kabupaten terpencil. Ini patut kita hargai.
Â
Kemudian juga, agar tingkat keuangan inklusif Indonesia bisa ditingkatkan, maka kita juga perlu memulai dari yang paling dasar, yaitu mengenai literasi keuangan masyarakat. Data yang saya punyai, baru 21,8 penduduk Indonesia yang tercatat literasi keuangannya atau tingkat pengetahuan, keterampilan, dan keyakinan pada lembaga keuangan serta produk jasanya terkategori baik.
Â
Padahal literasi keuangan masyarakat misalnya di Singapura sudah mencapai 96 persen, di Malaysia 81 persen, di Thailand 78 persen. Kita 21,8 persen. Inilah yang harus kita kejar.
Â
Kemudian, kepada kementerian terkait, saya juga sudah perintahkan untuk melakukan langkah-langkah percepatan, langkah-langkah terobosan.
Â
Yang pertama, perluasan jangkauan pelayanan perbankan dan lembaga keuangan formal dengan memerhatikan karakteristik geografis kita sebagai negara kepulauan. Tadi sudah saya sampaikan mengenai terobosan-terobosan Teras Kapal BRI yang memberikan layanan jasa keuangan antarpulau.
Â
Dan yang kedua, peningkatan kapasitas masyarakat, terutama yang tadinya dikategorikan tidak layak menjadi layak, dari yang unbankable menjadi bankable dalam memeroleh layanan keuangan oleh institusi formal.
Â
Ketiga, kebijakan atau peraturan yang mendukung keuangan inklusif, seperti peningkatan akses layanan jasa keuangan, terutama bagi UMKM.
Â
Yang keempat, perlindungan konsumen yang menjamin jaminan rasa aman.
Â
Saya tadi senang sekali mendengar bahwa beberapa anak-anak muda telah mengembangkan fintech, mengembangkan teknologi keuangan yang aplikasi-aplikasi seperti itu akan sangat bermanfaat bagi usaha-usaha mikro, usaha-usaha kecil. Tadi misalnya saya diberikan cerita mengenai aplikasi untuk kasir.
Â
Biasanya usaha-usaha kecil, usaha-usaha mikro tidak mau mencatat karena terlalu ribet sekali, uang keluar, uang masuk, yang dibeli apa, sehingga tanpa catatan-catatan itu sulit mengakses permodalan ke bank. Kalau ada aplikasi untuk kasir, nanti ada aplikasi untuk akuntansi, untuk mungkin pembayaran pajak, dan lain-lain, saya kira ini akan memudahkan usaha-usaha kecil kita untuk bisa mengakses ke perbankan.
Â
Kemudian yang kedua, juga untuk petani dan nelayan. Saya membayangkan kalau ada sebuah aplikasi yang bisa membantu mereka untuk mendekatkan antara produsen dengan konsumen tanpa melalui mata rantai yang panjang, yang bisa 4, 5, 6, 7 mata rantai yang harus dilalui sehingga harga di produsen, harga di petani, harga di nelayan ini tidak menjadi semakin baik. Kalau itu bisa didekatkan dengan aplikasi-aplikasi teknologi yang cepat, Â saya kira ini akan sangat membantu usaha-usaha mikro, nelayan, dan petani.
Â
Juga saya membayangkan kalau ada anak-anak muda kita yang bisa membangun sebuah koorporasi, mengoorporasikan nelayan, mengoorporasikan petani sehingga mereka mempunyai skala ekonomi, sehingga mempunyai kekuatan untuk akses ke permodalan, akses ke pasar.
Â
Inilah saya kira hal-hal yang dulu tidak mungkin, sekarang bisa dimungkinkan karena ada fintech, ada teknologi informasi yang aplikasi-aplikasinya sudah kita lihat kecepatannya di negara kita, sangat-sangat cepat sekali.
Â
Saya sangat menghargai adanya inovasi-inovasi baru. Tadi saya mendengar dari Pak Ketua OJK, misalnya Tani Hub. Bayangan saya—saya belum tahu ini—tapi bayangan saya ini menghubungkan antara petani dengan pasar, petani dengan konsumennya.
Â
Saya kira, kalau ini bisa dilakukan dalam model-model yang bisa diterima oleh petani, model-model yang bisa diterima oleh nelayan, mengedukasi, pembelajarannya terus dilakukan, saya meyakini bahwa petani-petani kita, nelayan-nelayan kita akan bisa sejahtera.
Â
Dan untuk mempercepat peningkatan inklusi keuangan di Indonesia, maka saya mengajak semua pihak untuk turut berpartisipasi.
Â
Kepada putra-putri Indonesia, anak-anak muda yang bergerak di fintech, di bidang teknologi digital, teknologi keuangan, saya akan terus mengajak untuk berinovasi, menghasilkan terobosan-terobosan seperti aplikasi digital yang tadi sudah saya sampaikan, yang dapat berguna untuk meningkatkan inklusi keuangan kita.
Â
Kepada masyarakat internasional yang memiliki sumber daya dan solusi untuk meningkatkan inklusi keuangan di Indonesia, marilah kita bangun sinergi bersama-sama.
Â
Demikian yang bisa saya sampaikan pada kesempatan yang baik ini. Dan terakhir, saya sangat optimis bahwa peningkatan inklusi keuangan adalah salah satu hal yang sangat penting sebagai alat untuk memangkas kesenjangan pendapatan di negara kita maupun di berbagai belahan dunia.
Â
Karena itu, sekali lagi saya berharap, konferensi dan festival internasional ini dapat melahirkan terobosan-terobosan dalam penggunaan teknologi digital di dalam inklusi keuangan. Terima kasih.
Â
Wassalamualaikum warahmatullah wabarakatuh.
*****
Biro Pers, Media dan Informasi
Sekretariat Presiden