di Taman Lapangan Banteng, 29 Januari 2023
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Selamat sore,
Salam sejahtera bagi kita semuanya,
Om swastiastu,
Namo Buddhaya,
Salam Kebajikan.
Yang saya hormati Prof. Dr. Megawati Soekarnoputri, Presiden ke-5 Republik Indonesia yang hadir pada sore hari ini;
Yang saya hormati para Menteri Kabinet Indonesia Maju, banyak sekali yang hadir dan tidak bisa saya sebut satu per satu, Pak Menteri Agama, Pak Menko Polhukam, Pak Menteri [Koperasi dan] UKM, Pak Menteri Kesehatan, Pak Menteri BUMN, Kapolri;
Yang saya hormati Yang Mulia para Duta Besar negara-negara sahabat;
Yang saya hormati para tokoh masyarakat Tionghoa yang sore ini hadir;
Bapak-Ibu sekalian, utamanya seluruh warga negara Indonesia keturunan Tionghoa dari Sabang sampai Merauke yang hadir pada sore hari ini.
Pertama-tama, saya mengucapkan selamat Tahun Baru Imlek 2.574, Gong Xi Fa Cai. Semoga kebahagiaan dan kesejahteraan selalu menyertai kita semuanya.
Bapak-Ibu sekalian yang saya hormati,
Kita patut bersyukur, sekali lagi, kita patut bersyukur, kalau kita ingat tahun 2020, kalau kita ingat tahun 2021, kalau kita ingat tahun 2022. Betapa saat pandemi masuk, kita semuanya gagap, bingung policy apa yang harus kita putuskan. Kita bingung cari APD (Alat Pelindung Diri), karena semua negara mencari APD. Kita rebutan vaksin, karena semua negara mencari vaksin. Kita juga kejar-kejaran mencari obat.
Pada saat puncak, kita keteteran manajemen kita menyiapkan oksigen. Dan, kita ingat saat itu semua mal tutup, semua pasar tutup, bioskop tutup, tempat-tempat ibadah semuanya tutup dari masjid, gereja, vihara, pura, tutup semuanya. Warung-warung kecil tutup, Tanah Abang tutup, toko-toko kecil tutup.
Oleh sebab itu, jangan lupa bersyukur bahwa PPKM sudah dicabut akhir tahun 2022 yang lalu di bulan Desember. Kita ini sering lupa, kalau sudah enak. Lupa, kalau sudah sekarang normal, meskipun ini masih pada masa transisi. Tapi yang saya sangat senang dan sangat menghormati budaya kita, budaya tolong-menolong antartetangga, antarkawan, antarsesama pada saat pandemi saling membantu, saling bergotong-royong, saling bergandengan dan itulah negara kita Indonesia, negara Pancasila. Itulah yang menyelamatkan kita, saling membantu, saling menolong, saling bergotong-royong.
Oleh sebab itu, karena situasinya sudah normal seperti sekarang ini, saya mengajak kita semuanya untuk bekerja keras, bangkit, optimis, untuk mengejar ketertinggalan-ketertinggalan kita. Meskipun kita juga patut bersyukur bahwa ekonomi kita tumbuh sangat baik kuartal III kemarin di angka 5,72 [persen], inflasi juga terkendali di 5,5 persen. Perkiraan saya, pertumbuhan ekonomi year-on-year berada di angka 5,3 [persen].
Coba bandingkan dengan negara-negara besar G20. Seingat saya, kalau enggak nomor satu ya nomor dua kita di antara negara-negara besar. Ini yang harus ditingkatkan terus, dioptimalkan terus dengan selalu bergandengan. Yang gede, yang besar gandeng yang tengah, yang tengah gandeng yang kecil, yang gede gandeng yang kecil, semuanya bermitra, kemitraan, bergandengan. Jangan lupa saat pandemi. Kalau saat pandemi bisa, saat normal pun juga harus diteruskan saling membantu, saling menolong, sehingga semuanya akan terangkat naik.
Bukan manajemen yang mudah saat itu, bagaimana mengendalikan gas dan rem, mengendalikan, mengelola ekonomi dan kesehatan. Gasnya jangan kekencangan, tapi remnya juga jangan mendadak langsung direm. Bisa ambruk semuanya.
Saya ingat saat itu, waktu awal-awal kita menentukan kita lockdown atau tidak, semua negara lockdown. Pada saat rapat kabinet hampir 80 persen menteri [menyampaikan], “Lockdown, Pak,” Cek ke masyarakat, juga mintanya sama. Tapi saat itu, kita juga masih jernih dan tenang menghitung kekuatan rakyat di bawah seperti apa, dikalkulasi kekuatan sampai berapa hari atau berapa minggu. Kalau salah memutuskan, mungkin enggak ada dua minggu kita sudah rusuh saat itu. Karena tabungan kita lihat, kita kan bisa nengok tabungan rakyat di bank itu berapa. Tabungan yang gede berapa, tabungan yang tengah berapa, yang kecil berapa, yang lebih kecil lagi, yang bawah lagi, semuanya kelihatan semuanya.
Oleh sebab itu, saya putuskan tidak lockdown, meskipun tekanannya lockdown dan ternyata tidak salah. Itu kalau diputuskan lockdown bisa kita di minus 17 [persen] saat itu ekonomi kita, minus 17 [persen]. Dan, mengembalikannya ke normal itu yang sangat sulit karena minusnya langsung jatuh seperti negara-negara di Eropa.
Saya rasa itu yang ingin saya sampaikan. Sekali lagi, selamat Tahun Baru Imlek 2.574. Semoga Tuhan memberkati kita semuanya.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Semoga Tuhan Memberkati.
Terima kasih.