Sambutan Presiden pada Kegiatan Ibu Kota Nusantara Sejarah Baru Peradaban Baru Selasa
di the Ballroom Djakarta Theater, Provinsi DKI Jakarta
Selamat datang di masa depan Indonesia.
Sudah berkali-kali saya sampaikan bahwa kepindahan ibu kota negara ke Nusantara adalah bukan sekadar memindah gedung kementerian, bukan itu. Bukan juga hanya pindah istana presiden, bukan itu. Bukan juga memindahkan gedung wakil presiden ke Nusantara, juga bukan itu, bukan itu. Bukan fisiknya yang ingin kita pindahkan, tetapi yang ingin kita bangun adalah budaya kerja baru, mindset baru, dan IKN sebagai basis ekonomi baru.
Indonesia sebagai negara besar harus berani melangkah, harus berani memiliki agenda besar, berani punya agenda besar. Dan ini untuk kemajuan negara kita, untuk kemajuan bangsa. Jika kita tidak berani transformasi dari sekarang, sampai kapan pun kita akan sulit jadi negara maju. Untuk keberlanjutan IKN Nusantara, ini juga sudah sering saya sampaikan, Bapak-Ibu sekali lagi tidak perlu ragu, tidak perlu bimbang. Karena apa? Payung hukumnya itu sudah jelas, payung hukumnya sudah jelas, yaitu Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2022. Itu, ini juga kita harus tahu semuanya, itu sudah disetujui 93 persen dari fraksi-fraksi yang ada di DPR. Loh kurang apa lagi? Kalau ada yang masih belum yakin, kurang apa lagi. Nanti sampaikan, kurang apa lagi. Jadi sekali lagi, sudah tidak perlu lagi untuk dipertanyakan. Ini ada ketua MPR ada di sini, Pak Bambang Soesatyo juga.
Kembali lagi, kita ingin menghadirkan pembangunan yang Indonesia-sentris, bukan Jawa-sentris. Karena Indonesia ini bukan hanya Pulau Jawa, Indonesia ini memiliki 17 ribu pulau, 514 kabupaten dan kota, 34 provinsi yang terbentang dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas sampai Pulau Rote. Ada tapinya, tapi saat ini 58 persen dari PDB ekonomi kita, dari ekonomi kita, terpusat di Pulau Jawa 58 persen. Kemudian populasi 56 persen atau sekitar 149 juta penduduk kita ada di Pulau Jawa, bermukim di Pulau Jawa. Betapa Pulau Jawa ini sangat terbebani dengan jumlah yang sangat besar itu. Itulah kenapa sering saya sampaikan, Indonesia perlu keadilan ekonomi. Sekali lagi, ada 17 ribu pulau, bukan hanya satu pulau, perlu kesetaraan pembangunan, perlu pemerataan pembangunan. Ini yang ingin kita hadirkan, yaitu dengan membangun Ibu Kota Nusantara.
Nusantara adalah kota pintar masa depan yang berbasis hutan dan alam. Belum ada di dunia, belum ada. Tolong dicarikan. Belum ada. Ini yang membedakan, ini yang nanti menjadi diferensiasi ibu kota kita dengan ibu kota negara-negara lain, 70 persen areanya nanti adalah area hijau. Lahan yang digunakan untuk membangun IKN ini awalnya adalah hutan produksi. Jangan ada yang keliru bahwa ini hutan alam, bukan, hutan produksi. Monokultur, artinya di situ hanya ada satu jenis pohon. Saya tahu betul pohonnya itu apa, Pohon Eucalyptus yang dipakai untuk pulp dan ditebang setiap enam sampai tujug tahun. Jadi jangan ada nanti isu merusak hutan. Itu hutan produksi yang setiap enam tahun, tujuh tahun ya ditebang. Ini yang kita ingin kembalikan, justru nantinya [kita] ingin kembali jadi hutan heterogen dengan pohon asli dan endemik dari Kalimantan, sehingga kita harapkan nanti menjadi hutan hujan tropis lagi, tropical rainforest lagi di Kalimantan.
Untuk itu, untuk itu, yang kita siapkan pertama kali di sana adalah pusat persemaian yang sudah mulai kita bangun di bulan Juni 2022. Luas lahan persemaian ada kurang lebih 16 hektare dengan embung 7 hektare. Kita harapkan selesai nanti di awal tahun 2022, yang kapasitas bibitnya setiap tahun bisa menghasilkan kira-kira 15 juta bibit per tahun. Ini yang akan kita pakai untuk menghijaukan Kalimantan, supaya Bapak-Ibu ingat, saya dari Kehutanan. Saya waktu menerangkan di persemaian, di Kalimantan, dari a sampai z, ini pohon apa, ini pohon apa, ini pohon saya hafal semua.
Dan 80 persen sumber energinya adalah berasal dari renewable energy. Mobil di sana nanti harus mobil listrik. Kemudian 80 persen transportasinya adalah transportasi umum, autonomous vehicle, tanpa awak dan tanpa sopir. Jadi yang kita hargai di sana adalah pejalan kaki, yang kita hargai di sana adalah orang yang senang naik sepeda. Ten minute city, jarak tempuh ke mana-mana itu ada dalam 10 menit.
Sekali lagi, ini adalah showcase transformasi Indonesia, showcase perubahan peradaban Indonesia dan budaya kerja yang ingin kita bangun di IKN Nusantara adalah budaya kerja produktif. Itu harus didukung oleh tata kelola yang baik, didukung oleh manajemen yang baik, didukung oleh implementasi teknologi yang mumpuni. Smart living, smart city, layanan masyarakat lewat aplikasi. Akta lahir, akta nikah lewat Hp, paperless, ini yang ingin kita bangun.
Jadi Nusantara adalah masa depan Indonesia dan bisa terwujud dengan upaya bersama, bukan hanya pemerintah yang bergerak, bukan hanya pemerintah, karena memang pemerintah hanya kurang lebih menyiapkan 20 persen dari budget yang ada. Delapan puluh persen kita berikan kesempatan kepada investor, kepada investasi, termasuk Bapak-Ibu yang kami hadirkan pertama kali pada malam hari ini. Investasi terbuka lebar. Bapak-Ibu bisa pilih mau di mana, mau investasi di sebelah mana. Mau di kawasan inti, ya harganya beda, di financial center, di kawasan healthcare center, di kawasan education center, di housing area, di tourism area, silakan.
Saya sampaikan, ini adalah kesempatan pertama dan kesempatan emas yang tidak akan terulang lagi. Inilah saatnya mencatat sejarah Indonesia dan inilah saatnya melakukan lompatan. Inilah saatnya kita semua menjadi pelaku sejarah Indonesia masa depan. Dengan upaya kita bersama, dengan semangat gotong royong kita bersama, saya yakin 17 Agustus 2024 kita bisa merayakan bersama-sama di Nusantara.
Terima kasih.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.