Sambutan Presiden pada Mandiri Investment Forum (MIF) Tahun 2023

 
bagikan berita ke :

Rabu, 01 Februari 2023
Di baca 1468 kali

Bismillahirrahmanirrahim.

 

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Selamat pagi,

Salam sejahtera bagi kita semua,
Om swastiastu,
Namo buddhaya,
Salam kebajikan.

 

Yang saya hormati para Menko, para Menteri, yang mulia Duta Besar negara-negara sahabat;
Yang saya hormati Dirut Bank Mandiri beserta seluruh jajaran;
Bapak-Ibu para tokoh, hadirin dan undangan yang berbahagia.

 

Kita ini sering lupa bersyukur, Sering lupa. Tapi kalau kita ingat di 2020, kemudian di 2021, kemudian di 2022, wajib hukumnya kita bersyukur. Karena apa? Kita bisa mengendalikan COVID-19 dengan baik dan akhir tahun 2022 kemarin di Desember, PPKM sudah dicabut.

 

Bukan hal yang gampang, saat awal-awal. Dunia enggak pernah ada yang memiliki pengalaman terkena pandemi seperti ini, negara-negara selain kita. Jadi mau belajar ke siapa, enggak ada. Pakemnya seperti apa, enggak ada. Standarnya seperti apa, enggak ada. Semuanya gugup.

 

Turbulensi ekonomi datang dan growth kita jatuh tersungkur. Bagaimana mengendalikan kesehatan dan ekonomi, pandemi versus ekonomi, bukan hal yang mudah. Mengurusi pandemi saja, tidak pernah tidur kita. Tanya ini tokoh-tokohnya ada di sini semua, Pak Airlangga, Pak Luhut, Pak Erick. Untungnya, enggak sampai kurus badannya.

 

Kita bingung mencari yang namanya masker saja, ke mana kita cari. Kalau jumlah satu-dua mungkin masih bisa, tapi kalau sudah ratusan juta ke mana kita cari. APD, awal-awal kita bingung di mana cari APD. Semua rumah sakit membutuhkan APD, di mana? Ketemu. Bingung pada saat puncak Delta, kita bingung mencari oksigen. Semua negara pegang, enggak mau melepas yang namanya oksigen. Ventilator, barang baru yang dulu enggak pernah kita ngerti, menjadi ngerti. Oh, ventilator tuh itu.

 

Dan, yang paling sulit adalah vaksin. Semua negara ingin mendapatkan vaksin yang pertama. Kalau vaksin hanya sejuta-dua juta, mudah. Tapi negara kita ini negara besar, 280 juta orang yang tersebar di 17 ribu pulau, bukan hal yang mudah. Dan, sampai hari ini kita telah menyuntikkan 450.051.000 vaksin kepada masyarakat, jumlah yang termasuk lima besar dunia kita ini. Bayangkan Bapak-Ibu, kita harus menyuntik masyarakat kita di atas gunung, harus nyebrang sungai untuk menyuntikkan masyarakat-masyarakat di pulau-pulau terluar. Tapi, menyuntik 450 juta itu bukan barang yang mudah.

 

Oleh sebab itu, kembali lagi, kita memang harus bersyukur. Pandeminya bisa kita kendalikan, tanpa lockdown. Itu dulu kalau kita survei satu ruangan ini saat awal-awal pandemi, pasti 90 persen minta lockdown semuanya, utamanya yang menengah atas itu mintanya pasti lockdown. Menteri juga sama 80 persen [menyampaikan], “Lockdown, Pak Presiden. Lockdown,  Pak.” Tapi, kita ini kan ngitung yang juga yang masyarakat kita yang lain. Begitu kita langsung lockdown, hitungan saya saat itu, enggak ada tiga minggu kita pasti sudah rusuh. Karena tabungan mereka, stok mereka, bahan makanan mereka enggak akan bisa lebih dari itu. Sehingga meskipun saat itu kita gagap, gugup, tetapi saya masih tenang, jernih dan bisa memutuskan, dan alhamdulillah tidak keliru.

 

Yang kedua, yang ingin saya sampaikan, sisi ekonomi. Kita ini harus optimis. Jangan sampai ada yang pesimis satu orang pun. Harus optimis, jangan pesimis. Karena di 2022 year on year (YoY) perkiraan kita, kita akan mendapatkan angka di 5,2 sampai 5,3 growth kita dan inflasi masih terkendali di angka 5,5 persen. Purchasing Managers’ Index juga berada di angka yang ekspansif 50,9. Kalau melihat angka-angka seperti ini, kita tidak optimis, keliru. Tapi memang harus tetap hati-hati dan waspada. Hati-hati dan waspada, tetap.

 

Tadi pagi, tadi saya saya mendapatkan informasi bahwa tekanan global, tekanan ekonomi global terhadap ekonomi kita ini sudah agak mereda. Apa yang dulu kita baying-bayangkan, kita takutkan, itu ternyata banyak yang tidak terjadi. Ini patut kita syukuri. Dan yang paling penting juga dari sisi perbankan, kredit tumbuh 11,3 persen di tahun 2022, 11,3 persen. Dana pihak ketiga (DPK) tumbuh 9 persen. NPL gross di angka 2,4, ini juga patut kita syukuri.

 

Tadi saya masuk, saya tanya ke Pak Dirut Mandiri, kredit tumbuh berapa di tahun 2022? Empat belas koma sembilan, 14,9 [persen], masih bisa tumbuh. Dan, laba di angka Rp41 triliun. Kadang-kadang saya mikir, ini kok tumbuhnya tinggi banget? Jangan-jangan bunganya ketinggian. Tapi apapun, harus kita apresiasi Bank Mandiri yang bisa menyalurkan kredit tumbuh sebesar 14,9 dan keuntungan perusahaan di angka Rp41 triliun.

 

Kemudian, investasi di 2022 kita masih bisa mencapai target, yaitu di atas Rp1.200 triliun, tepatnya di Rp1.207 triliun. Kemudian, pertumbuhan itu 53 persen yang saya senang, 53 persen itu ada di luar Jawa, 47 persen ada di Jawa. Artinya kita ini sudah tidak Jawa sentris lagi tapi Indonesia sentris. Di Sulawesi, baik di Maluku Utara, baik si Sumatra, tumbuh 53 persen di luar Jawa dan di Jawa 47 persen. Ini sangat-sangat baik, karena hampir semua negara sekarang ini rebutan yang namanya investasi.

 

Kenapa mereka mau berinvestasi? Menurut saya ada banyak hal. Yang pertama, pemerataan infrastruktur yang tidak hanya di Jawa saja tapi sudah hampir merata di luar Jawa, entah itu jalan tol, entah itu pelabuhan, entah itu airport, entah itu jalan provinsi. Meskipun belum selesai, tetapi semuanya dalam proses semuanya.

 

Kemudian, stabilitas sosial dan politik dan keamanan itu kita dianggap baik. Dan juga, fundamental ekonomi kita yang juga dianggap baik, sehingga orang mau berinvestasi di negara kita. Dan juga, kepemimpinan Indonesia di G20 dan sekarang menjadi Ketua ASEAN. Dan, kontribusi besar dalam pertumbuhan ekonomi kita memang masih dikonsumsi dan yang kedua di investasi. Oleh sebab itu, investasi ini betul-betul harus kita jaga, baik investasi yang dalam ukuran kecil di UKM-UKM kita maupun yang gede di korporasi-korporasi, yang masuk ke Indonesia.

 

Saya hanya ingin mengulang lagi, bahwa yang namanya hilirisasi itu menjadi kunci. Konsistensi kita di dalam industrialisasi, hilirisasi menjadi kunci. Jangan kita hanya senang karena keberhasilan di nikel. Ya, nikel memang menjadi sebuah contoh dari yang dulu waktu kita ekspor mentahan USD1,1 billion (miliar) saat masih mengekspor mentah, di 2022 perkiraan saya sudah di angka, berapa Pak Luhut? Tiga puluh? Kira-kira USD30-USD33 billion (miliar). Bayangkan, dari kira-kira Rp17 triliun kemudian melompat menjadi Rp450 triliun, betapa nilai tambah itu sangat besar sekali.

 

Sehingga sekali lagi, saya sampaikan kepada para menteri setiap rapat, jangan tengok kanan kiri, lurus terus hilirisasi. Digugat di WTO, terus. Kalah, tetap terus. Karena inilah yang akan melompatkan negara berkembang menjadi negara maju bagi negara kita. Jangan berpikir negara kita akan menjadi negara maju, kalau kita takut menghilirkan bahan-bahan mentah yang ada di negara kita. Dan, yang paling sulit memang mengintegrasikan dari hilirisasi komoditas-komoditas yang kita miliki.

 

Proyeksi dampak hilirisasi minerba dan migas itu akan menambah PDB kita sebesar USD699 dan lapangan kerja yang akan terbuka itu di angka 8,8 juta. Ini sebuah dampak yang sangat besar sekali, membuka lapangan kerja yang sebesar-besarnya. Jangan sampai, ini nikel sudah setop. Saya sudah sampaikan lagi, bauksit di Desember kemarin, bauksit setop bulan Juni. Nanti sebentar lagi, mau saya umumkan lagi tembaga setop, tahun ini setop. Karena saya cek kemarin, smelternya Freeport dan smelter yang ada di NTB sudah lebih dari 50 persen jadi. Freeport itu sudah 51 persen jadi. Jadi, berani kita setop. Dan supaya ingat, Freeport itu sudah mayoritas milik kita. Jadi jangan terbayang-bayang, jangan terbayang-bayang lagi Freeport itu masih miliknya Amerika, sudah mayoritas kita miliki.

 

Bauksit, kenapa kita harus, nikel sudah, bauksit kenapa kita harus setop? Saya berikan contoh saja. Indonesia ini ekspor bahan mentah bauksit, ekspor ore-nya itu kita nomor tiga di dunia. Mentahan yang kita ekspor. Tapi ekspor aluminium kita nomor 33. Mentahnya nomor tiga, kok barang setengah jadi/barang jadinya nomor 33?

 

Apalagi ekspor panel surya, itu kita nomor 31, padahal bahannya ada di sini. Dan, kalau kita ini kita kerjakan yang panel surya, itu nilai tambahnya sampai 194 kali, perkaliannya coba. Nikel tadi sudah 30 kali, yang ini bisa 194 kali. Kenapa berpuluh-puluh tahun tidak kita lakukan? Apa yang salah dari kita? Kita terlalu nyaman dengan ekspor mentahan karena memang paling cepat dapat duitnya dan tidak pusing pikirannya. Sudah, gali, kirim, gali, kirim. Nikel juga sama, gali, kirim, gali, kirim. Enggak mau mikir kita. Memang mengindustrikan itu pusing kita memang, tapi nilai tambah tadi 194.

 

RRT/China ekspor ore-nya itu nomor 18, tapi ekspor panel suryanya nomor satu di dunia. Terus barangnya ini dari mana ini? Bahan mentahnya dari mana ini? [Sebesar] 80 persen lebih dari kita. Hati-hati, nanti bauksit setelah kita setop ini, saya tengak-tengok, “Oh, belum ada yang gugat.”

 

Karena kita dulu-dulu ini, kalau digugat itu takut banget. Waktu nikel kemarin digugat, pada takut, pada takut. Digugat, ya siapkan lawyer yang baik. Tapi kita kalah. Kalah kita, sudah kalah, kita nikel ini sudah kalah. Terus kalau kalah, gimana? Ya terus saja hilirisasi. Kenapa kalah? Banding. Enggak tahu menang atau kalah nanti kalau banding. Kalah, ya tetap terus. Barangnya sudah jadi, industrinya sudah jadi, ekosistemnnya sudah jadi. Jangan mundur. Kalau mundur, sudahlah jangan berharap kita ini menjadi negara maju.

 

Timah. Yang ketiga, timah. Kita ini nomor satu pengekspor tin ore, cadangan kita nomor dua di dunia. RRT itu importir nomor satu untuk bahan mentah timah. Kalau kita ini buat yang namanya komponen-komponen PCB ini nilai tambahnya bisa 69 kali. Kenapa enggak kita buat, kenapa kita ekspor? Dan, yang dapat negara lain lagi. Hati-hati, kita harus konsisten mengenai ini. Meskipun nanti diulang lagi, digugat lagi, enggak apa-apa. Jangan mundur.

 

Saya mau juga titip kepada Bapak-Ibu sekalian, agar ini dikawal. Bank-bank itu mengawal ini. Caranya? Kalau ada orang yang mengajukan kredit untuk bikin smelter, diberi. Apalagi orang kita sendiri, jangan dipersulit. Jelas, untungnya jelas, untuk negara jelas, untuk perusahaan juga jelas. Apa yang harus kita tanyakan lagi?

 

Kalau kita nantinya ekosistem besar ini bisa kita bangun, nikelnya diintegrasikan dengan tembaganya, diintegrasikan dengan bauksitnya, diintegrasikan dengan timahnya karena ini berada di pulau-pulau yang berbeda-beda, bisa diintegrasikan dan menghasilkan yang namanya EV battery, lithium battery, di situ saja kita, saya enggak tahu berapa kali nilai tambah yang akan muncul. Kalau bisa masuk lagi ke mobil listrik dan kita menjadi produsen terbesar mobil listrik di dunia, saya enggak tahu lagi nilai tambah yang muncul ini berada pada angka berapa, karena belum kejadian. Perkiraan saya di tahun 2027/2028 itu kalau kita konsisten, jadi ini barang. Jangan takut, konsisten, dan kawal terus.

 

Kita harapkan di 2045, GDP kita, PDB kita akan berada di angka perkiraan saya USD9-USD11 triliun. Income per kapita kita kalau kita konsisten, income per kapita kita berada di angka USD21.000-USD29.000, jadi negara maju kita. Tapi kalau nanti digugat, kita mundur, kita belok, enak lagi ekspor bahan mentah, lupakan kita menjadi negara maju.

 

Saya rasa itu yang ingin saya sampaikan.
Terima kasih.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh



Sumber: https://setkab.go.id/mandiri-investment-forum-mif-tahun-2023-di-ballroom-hotel-fairmont-provinsi-dki-jakarta-1-februari-2023/