Sambutan Presiden pada Pembukaan Sarasehan Ekonomi Bersama Presiden Republik Indonesia

 
bagikan berita ke :

Selasa, 08 April 2025
Di baca 125 kali

Di Menara Mandiri, Jakarta


Bismillahirrahmanirrahim.

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Salam sejahtera bagi kita sekalian,
Syalom,
Om swastiastu,
Namo Buddhaya,
Salam kebajikan.

Saudara-saudara sekalian, Bapak-bapak, Ibu-ibu yang saya hormati;
Para Menteri Koordinator, Menteri Kabinet Merah Putih, Wakil Menteri, Kepala Badan yang hadir;
Gubernur Bank Indonesia yang saya hormati, yang juga adalah Ketua Umum Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISAEI); 
Ketua Dewan Komisioner OJK, Saudara Mahendra Siregar, terima kasih kehadirannya;
Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), Saudara Purbaya Yudhi Sadewa; 
Ketua Komisi XI DPR RI; 
Para perwakilan dari ISAEI/Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia, INDEF;
Para Guru Besar Ekonomi dari universitas-universitas yang berkenan hadir; 
Para pelaku perbankan, para Direktur Utama Himbara, 
Para ketua asosiasi ekonomi dan usaha, antara lain Ketua Umum APINDO, KADIN, HIPMI, ini banyak singkatan-singkatan ya, AEI, PAI, APII, HKTI saya hafal HKTI, AAJI, AAUI, APPARINDO, ASIPPINDO, CSIS, Perbanas, Asuransi, Serikat Pekerja, Serikat Tani dan lain sebagainya; 
Rekan-rekan pers, media; 
Tamu undangan yang saya hormati.

Tentunya sebagai insan yang bertakwa marilah kita tidak henti-hentinya memanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Mahabesar, Tuhan Mahakuasa, bagi umat Islam Allah Swt., atas segala karunia kesehatan kedamaian yang diberikan kepada kita sekalian, sehingga kita dapat berkumpul siang hari ini di Aula Bank Mandiri dalam keadaan sehat walafiat. Karena kita masih di awal bulan Syawal, saya ucapkan kepada seluruh umat Islam yang hadir, selamat Idulfitri 1446 Hijriah, mohon maaf lahir dan batin. 

Saya, sekali lagi, ingin di sini atas nama pemerintah mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua instansi, semua lembaga yang telah bekerja keras sehingga bulan puasa Ramadan tahun ini dan acara mudik, dan kembali dari mudik berjalan dengan baik lancar. Dan, merupakan suatu prestasi yang dilaporkan kepada saya, arus mudik yang terbesar selama ini, lebih besar dari tahun lalu, tapi tanpa kemacetan yang berarti. Dan yang lebih memuaskan bagi kita adalah angka kecelakaan yang turun secara drastis, 30 persen lebih rendah kecelakaan dibandingkan dengan tahun yang lalu. Ini adalah hasil kerja keras dan ini hasil kerja keras daripada Kementerian Perhubungan dan Kepolisian Republik Indonesia termasuk juga TNI.

Untuk itu, sekali lagi, saya ingin ucapkan terima kasih kepada instansi-instansi tersebut. Kementerian Perhubungan, orang libur, [tapi] dia terus mengawaki pusat-pusat yang penting. Menara bandara tidak boleh berhenti, tidak boleh libur ya, air traffic control kalau salah itu musibah yang besar. Para polisi yang sering dicaci maki, sering disalah-salahkan, padahal mereka di terik siang matahari tanpa kita sadar mereka bekerja keras menjaga kita, mengatur lalu lintas. Jadi, ini saya pakai kesempatan ini untuk menyampaikan penghargaan. Kadang-kadang kalau orang berbuat baik, tidak pernah diucapkan terima kasih dan tidak pernah diingat. Kalau orang buat salah, tidak pernah dilupakan. Yang salah diingat-ingat terus, yang baik enggak mau dikomentari. 

Jadi, Saudara-saudara, terima kasih kehadiran Saudara-saudara sekalian. Terima kasih, Dirut Mandiri. Dirut Mandiri yang baru atau yang lama ya? Oh, tetap. Yang lama diperbarui, gitu.

Jadi saya berpegang kepada filosofi “The right man on the right place”. “The right man and the right woman on the right place”. Jangan the right man saja, ya kan. Jadi, kalau ada yang baik, ada yang andal, seperti pilot pesawat ya kan, kita enggak perlu tanya pilotnya itu agamanya apa, asalnya dari mana ya kan, orang tuanya siapa. Dia bisa bawa penerbangan dengan baik, keselamatan ratusan orang di tangan dia, ya untuk apa diganti? 

Jadi, kalau saya dituduh, “Wah, ini memakai orang-orang lama.” Enggak ada, saya hanya pakai orang yang mampu. Mampu untuk bekerja untuk rakyat, bekerja untuk bangsa dan negara. Kalau dia mampu dan dia mau, kita harus manfaatkan. Jadi, berada dalam posisi bekerja untuk pemerintah itu pengorbanan sebenarnya, pengorbanan. 

Itu sebagai ucapan terima kasih saya, saya minta acara ini diselenggarakan. Saya minta acara ini diselenggarakan, karena saya merasa setelah kita masuki enam bulan masa bekerjanya pemerintah yang saya pimpin, sebagai pemegang mandat dari bangsa, dari rakyat sejak tanggal 20 Oktober 2024, sudah saatnya kita lebih komunikatif, lebih proaktif dalam memberi keterangan tentang keadaan yang berlaku.

Saya kemarin saya sadar beberapa minggu lalu, sudah mulai sadar bahwa komunikasi dari pemerintah yang saya pimpin memang agak kurang dan itu adalah tanggung jawab saya, dan saya ingin memberi penjelasan kenapa. Karena saya menganut filosofi evidence-based performance. Jadi, saya enggan bicara tanpa bukti nyata, itu sifat saya. Jadi, saya harus selalu dinilai, saya minta selalu dinilai oleh hasil yang saya lakukan, prestasi yang saya lakukan. Demikian yang saya minta dari rekan-rekan saya dekat, saya hanya lihat mereka dari pengabdian mereka, dari prestasi mereka, dari energi mereka, dari niat mereka. Saya benar-benar tidak pernah tanya, apakah waktu saya seleksi menteri-menteri ini apa saya tanya, “Anda partai mana? Anda orangtuanya siapa?” Kan saya tidak. “Suku Anda apa? Agamamu apa?” Ndak. Evidence-based.

Dan, saya percaya, saya kira, saya berpendapat, sebenarnya rakyat pun akan menilai dengan hasil. Ya saya memang sering diejek, karena saya juga membuka kesempatan untuk diejek, ya kan. Saya bilang saya enggak suka orang yang hanya omon-omon, akhirnya omon-omon jadi populer ya dipakai di seluruh Indonesia, ya toh? Dan, saya enggak suka hanya omon-omon, terus terang saja.

Jadi, saya pikir begitu saya ditetapkan sebagai pemenang oleh KPU, saya kumpulkan tim kecil dan kita mulai bekerja. Lima bulan kita kerja terus, tanpa diliput media. Kadang-kadang diliput media malah kerjanya sulit, karena media ingin bukti seketika. Padahal tidak ada dalam manajemen suatu usaha, dalam manajemen suatu organisasi, dalam menjalankan suatu proyek tidak bisa seketika. Yang bisa seketika itu hanya Nabi Musa yang punya tongkat, kita manusia tidak bisa seketika. 

Semua itu adalah perencanaan, perencanaan yang matang, perencanaan dasarnya adalah pengumpulan data yang benar. Perencanaan, sesudah perencanaan mencari awak, mencari orang untuk melaksanakan rencana itu. Rencana terbaik, gagasan terbaik, tanpa awak yang bisa melaksanakan, tidak akan berhasil. Sesudah itu baru mulai, dan sesudah pelaksanaan baru kita lihat hasil.

Ini adalah fenomena hidup. Enggak bisa kita tanam pohon, kita minta buahnya turun lusa. Tidak mungkin, ini melawan hukum alam. Kita cari benih yang bagus, kita cari tanah yang cocok, kita harus ada sumber air, kita harus ada cuaca yang baik, kita tanam, kita rawat, baru hasilnya mungkin lima tahun-enam tahun. Pohon kelapa sawit yang sekarang menjadi bisa dikatakan miracle crop. Saya ke mana-mana, semua nanya, semua minta kelapa sawit dari Indonesia, kelapa sawit dari Indonesia. Kelapa sawit itu lima tahun baru produktif, lima tahun, enam tahun. Jadi, dibutuhkan perencanaan, pemilihan personalia, pelaksanaan yang benar dan keteguhan, ketabahan dan kesabaran. 

Jadi, Saudara-saudara, waktu kita ambil alih pemerintahan kita bekerja keras karena persiapannya sudah baik dan kita sudah punya strategi, kita sudah punya keyakinan apa yang harus kita lakukan. Bagi kami, kami sangat terbuka, kami sangat transparan. Kami buat buku strategi transformasi bangsa dan kita sebarkan, Saudara bisa buka di situ. Di situ jelas dan gamblang dasar-dasar pemerintah yang saya pimpin. Dasarnya adalah Pancasila dan Undang-Undang Dasar ‘45, bukan sebagai mantra, bukan sebagai slogan, bukan sebagai moto, sebagai dasar pemikiran. 

Ekonomi kita apa? Ekonomi kita adalah berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar ‘45, berarti ekonomi kita harus berdasarkan sila-sila itu. Berketuhanan, harus mengandung persatuan Indonesia. Kita tidak mau pertumbuhan-pertumbuhan Indonesia bubar, tidak mau. Kita tidak mau menjual kekayaan kita dengan murah, kita tidak mau menjual tanah kita kepada bangsa asing dengan murah, semua tujuannya persatuan Indonesia, kemanusiaan. Kita tidak mau yang lemah ditinggal, kita tidak mau yang miskin disuruh bersaing dengan yang kuat, Saudara-saudara, ini dasar kerakyatan. Dan terakhirnya, tujuan kita keadilan sosial.

Ini yang mendasari pemerintah kita dan pelaksanaanya pasal-pasal ekonomi yang ada di Undang-Undang Dasar ‘45 Pasal 33 bahwa ekonomi kita asasnya adalah kekeluargaan. Saya ulangi, perekonomian kita asasnya adalah kekeluargaan. Tidak boleh ada orang yang lapar di republik yang merdeka 80 tahun, tidak boleh ada orang yang tinggal di bawah kolong jembatan, ini menusuk rasa keadilan. Tidak boleh ada orang yang tidak makan, ini yang mendasari dan kita buat strategi.

Strategi kita ternyata adalah sejalan dengan PBB, dengan United Nations, Sustainable Development Goals (SDG) yang utama food, energy, water, dan sasaran SDG yang lainnya semua. Ini dasar kita. Karena itu, swasembada pangan menjadi sasaran kita, swasembada energi, swasembada dan manajemen air yang baik, dan tentunya industrialisasi supaya nilai tambah ada di republik kita. 

Saudara-saudara, apa yang terjadi sekarang? Guncangan dunia akibat negara yang ekonominya terkuat membuat kebijakan-kebijakan, memberi peningkatan tarif yang begitu tinggi kepada banyak negara. Ini bisa dikatakan menimbulkan ketidakpastian dunia, banyak negara yang cemas. Padahal sebenarnya pendiri-pendiri bangsa kita dari sejak dulu dan termasuk saya, bertahun-tahun saya sudah ingatkan, mari kita bangun ekonomi kita dengan sasaran berdiri di atas kaki kita sendiri. 

Saudara-saudara, itu pembukaan. Dan, sekarang saya ingin mengundang beberapa tokoh dalam pengelolaan ekonomi kita untuk menyampaikan kondisi ekonomi yang apa adanya, yang real, the real situation. Mereka akan paparkan, kemudian kita buka kesempatan untuk ada tanggapan, ada sanggahan, ada pertanyaan, kita terbuka. Di zaman sekarang, pemimpin harus terbuka untuk masukan. Kita tidak, kita tidak antikritik. kita malah suka kritik. Kritik itu adalah membantu kita, membuat kita lebih aware, lebih waspada. Jadi, kritik itu bagus menurut saya. 

Tapi, kalau suatu program untuk menciptakan kondisi yang tidak rasional, ini harus terus diadakan, istilahnya, klarifikasi dan penjelasan. Umpamanya, ada yang dengan keras yakin bahwa matahari tidak terbit dari timur, matahari terbit dari barat. Karena dia ngomong 500 kali, 1.000 kali matahari dari barat, jangan-jangan ada sebagian rakyat kita yang percaya matahari terbit dari barat. Itu adalah ilmu propaganda, itu ada di buku semua. Itu keahlian Hitler dan Joseph Goebbels. Kalau kebohongan diulangi berkali-kali dan terus-menerus, lama-lama orang percaya dengan kebohongan, itu ada di buku The Art of Propaganda dan itu kita pelajari, semua negara pelajari. Itu yang dilakukan itu namanya psychological warfare, psychological operation dan itu sering dilakukan untuk mendestabilisasi suatu negara yang tidak disukai oleh negara lain. 

Jadi, Saudara-saudara, ada lagi asas kedua dalam teorinya Joseph Goebbels, the bigger the lie, the easier people to believe. Jadi, kebohongan yang lebih besar mudah untuk orang percaya. Oh iya, jangan-jangan benar ya. Jadi, sekarang mudah fake news, hoaks itu mudah. Tapi, kita tidak boleh istilahnya gerundel, ini realita. Karena itu, ya kita terbuka. Sesuatu serangan kebohongan-kebohongan hanya bisa dihadapi dengan membuka diri, memberi penjelasan apa adanya berdasarkan fakta, berdasarkan kenyataan, berdasarkan ilmu dan matematik. Kebohongan bisa diteruskan, tapi suatu saat begitu kebohongan kelihatan, hilang kepercayaan dari orang. Nah itu, Saudara-saudara.

Jadi, suatu rezim atau suatu organisasi atau suatu kelompok yang melancarkan sesuatu atas dasar kebohongan akan dipatahkan. Saya juga heran, ada orang yang mengatakan Indonesia gelap. Kalau dia memang merasa gelap ya itu hak dia Tapi, kalau saya bangun pagi, saya lihat Indonesia cerah. Kalau saya ketemu petani, petani gembira. Peningkatan hasil mereka naik secara drastis, produksi naik secara drastis. Kita potong semua regulasi yang enggak benar, kita sederhanakan.

Saudara-saudara, ada Menteri Pertaniaan di sini? Menteri Pertanian itu selalu ada di sawah, keliling ke mana-mana. Ya sudahlah, enggak apa-apa. Dia mengatakan kepada saya, ”Pak, tadinya dari pabrik pupuk sampai petani harus tanda tangan 15 menteri, 30 sekian gubernur, 500 bupati, baru sampai ke gapoktan”. Saya bilang ke Menteri Pertanian, “Tidak ada! Dari pabrik pupuk, langsung ke petani. Enggak ada lagi itu tanda tangan-tanda tangan, langsung!”  

Alhamdulillah, pupuk yang tadi langka yang tadi banyak diselundupkan, yang banyak dikorupsi, sekarang sampai ke desa-desa. Hanya ada beberapa tempat yang masih, saya dapat keluhan dari Gubernur Aceh, pupuk di situ masih sedikit kurang lancar, ini segera kita akan atasi. Apa maksudnya? Begitu semua perizinan-perizinan kita hilangkan, lancar itu arus ke produsen, produksi langsung naik, Saudara-saudara. Jadi, ini pelajaran bagi kita semua. 

Inilah yang saya akhirnya ambil kesimpulan, oke saya harus proaktif, saatnya. Sudah ada evidence, ya saya sekarang berdiri agak lebih optimis, lebih percaya diri, karena evidence-nya sudah mulai kelihatan. Iya, kita akan menghadapi tantangan, tapi saya bicara dengan tim saya, ternyata situasinya dapat kita hadapi dan bisa kita kendalikan. 

Jadi, Saudara-saudara, saya sih tidak akan melarang orang untuk selalu memandang dengan kegelapan. Kalau ada orang yang mau lihat gelap, gelap, gelap, gelap. Monggo. Tapi, kalau saya lihat, saya optimis, saya bangga sekarang jadi Presiden Republik Indonesia. Kekayaan kita akan kita kuasai, akan kita kelola untuk sebesar-besarnya kepentingan rakyat. Mungkin banyak kecewa, tapi dibandingkan dengan ratusan juta rakyat kita yang akan merasa bahagia, ya itu tugasnya pemerintah.

Saudara-saudara,
Waktu saya minta disederhanakan arus pupuk ke petani, pupuk dari pabrik milik pemerintah, pupuknya disubsidi pemerintah, uang rakyat. Kenapa terlalu banyak perantara? Kenapa terlalu banyak middleman, middleman, middleman. Hak apa mereka tuh mengutip, mengutip, mengutip? Uang rakyat untuk rakyat, jadi saya bilang, “Hilangkan itu semua!” 

Ada yang datang ke saya, “Pak, ada 29 ribu distributor yang marah sama Bapak.” “Oh iya?” “Hati-hati loh, Pak, 29 ribu itu punya konstituen.” “Oh ya?” saya bilang. “Ada berapa petani di Indonesia?” saya tanya Menteri Pertanian. “Hampir 30 juta, Pak.” “Oke, keluarga mereka? Empat. Dua puluh sembilan ribu lawan 120 juta, menang siapa?” Oh, lebih baik saya membela 120 juta rakyat daripada mereka-mereka itu. Kita terbuka. 

Tapi, Saudara-saudara, rakyat yang punya hak, kedaulatan di tangan rakyat. Kami dipilih rakyat, kau suka tidak suka ya ini pilihan rakyat, iya kan. Inilah kita yang dipilih rakyat. Ada yang botak ya kan, botak itu artinya pintar. Ada yang hitam. Ya, tapi ini pilihan rakyat, bagaimana? 

Dan, kita semua, cita-cita mereka semua itu hanya untuk berbakti kepada rakyat, benar. Kalau mereka mau kaya raya, mereka bisa enggak usah masuk pemerintah. Mereka masuk pemerintah itu saya juga sedih loh, Menteri Keuangan. Banyak yang belum dapat mobil dinas. Mereka kerja enam bulan ini kerja bakti, tapi terima kasih sudah mulai, sudah mulai cair, diblokirnya sudah dibuka, gitu kira-kira.  

Baik, itu saja. Saya sekarang persilakan mulai dari Menko Perekonomian ya. Terima kasih.