Sambutan Presiden pada Penyerahan KUR Klaster dan Penyaluran Dana melalui LPDB-KUMKM
di Istana Negara, Provinsi DKI Jakarta, 19 Desember 2022
Bismillahirrahmanirrahim.
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Selamat pagi,
Salam sejahtera bagi kita semua,
Om swastiastu,
Namo Buddhaya,
Salam kebajikan.
Yang saya hormati Pak Menko Perekonomian, Bu Menteri Keuangan, Pak Menteri Bappenas, dan juga tuan rumah Pak Menteri Koperasi dan UKM;
Yang saya hormati Deputi Gubernur Bank Indonesia, para direktur utama dan direksi bank penyalur KUR [Kredit Usaha Rakyat], serta yang saya hormati para pelaku UMKM [usaha mikro, kecil, dan menengah] penerima KUR Klaster;
Hadirin dan undangan yang berbahagia.
Saya tidak menakut-nakuti, hanya mengingatkan bahwa tantangan ekonomi yang kita hadapi ke depan itu tidak semakin mudah. Tahun depan, ini tinggal dua minggu, kita masih, bukan Indonesia ya, dunia, masih dihantui oleh pandemi COVID-19, masih dihantui oleh ketidakpastian ekonomi global, situasi geopolitik yang juga tidak menentu. Yang ini bisa memicu krisis keuangan, krisis energi, krisis pangan, dan larinya pada resesi global.
Tapi kita patut bersyukur, kemarin di kuartal III, ekonomi kita masih tumbuh 5,72 persen. Ini yang patut kita syukuri. Inflasi masih dikendalikan di 5,4 persen. Oleh sebab itu, peluang-peluang seperti ini meskipun dunia sulit, Indonesia masih memiliki peluang untuk tumbuh. Dan yang paling penting, ini pertumbuhan itu bisa menjaga daya beli masyarakat, membuka lapangan kerja yang seluas-luasnya, sektor riil utamanya UMKM juga masih bergerak dengan cepat.
Saya itu kalau malam lihat-lihat, senang saya warung-warung makan buka, restoran-restoran buka, antre ramai, yang PKL-PKL [pedagang kaki lima] di jalan juga ramai, senang, artinya daya beli itu ada. Dan sekali lagi, ekonomi tetap tumbuh positif. Dan salah satu caranya adalah terus, kita ingin terus memperkuat usaha mikro, usaha kecil, dan usaha menengah yang telah terbukti menjadi motor penggerak pertumbuhan ekonomi negara kita, Indonesia.
Saya minggu yang lalu berbicara dengan Dirut PNM Mekaar, yang pinjamannya Rp1 juta, Rp2 juta, Rp3 juta, Rp5 juta, yang waktu kita mulai di 2016 itu nasabahnya mungkin baru 500 ribu. Hari ini, sudah mencapai 13,5 juta orang. Jadi jangan sampai ada pendapat yang mengatakan pemerintah tidak perhatian kepada yang mikro, yang kecil-kecil, keliru besar sekali. Dari 500 ribu, sekarang sudah 13,5 juta [orang]. Dan target saya untuk masuk ke 2024 mencapai di atas 20 juta [orang].
Siapa mereka? Saya dalami siapa yang dipinjami oleh PNM Mekaar. Hampir 90 persen lebih itu ibu-ibu penerimanya. Dipakai untuk apa? Jualan gorengan, jualan mi, jualan di pasar, usaha-usaha produktif semuanya. Ada yang warung di kampung, di desanya, seperti inilah yang ingin kita gerakkan. Dan kalau sudah bisa masuk ke PNM Mekaar, lulus dari situ, bagus, naik ke, masuk ke KUR. Artinya, nanti didorong untuk ke BRI, didorong ke BNI agar plafon kreditnya bisa lebih besar. Pasti dari sekian 13,5 juta [orang] itu pasti ada ratusan ribu yang bisa naik kelas setiap tahunnya. Memang jenjangnya seperti itu. Jangan sampai kita usahanya jualan gorengan, pinjamannya dipinjami Rp100 juta, malah jadi barang-barang konsumtif yang menjadi tidak produktif. Inilah jenjang-jenjang yang memang harus dilalui.
Kemudian juga Kredit Usaha Rakyat (KUR) total sudah 39,4 juta UKM yang memanfaatkan ini. Dan saya senang, sekarang ada model KUR Klaster. Ini benar, memang harus diklasterkan, harus diklasterkan. Saya senang tadi ada pondok pesantren yang sampai dapat sekian miliar untuk urusan hortikultura. Dan sayurnya dibeli, kemudian dijualnya lewat usaha-usaha yang memiliki jaringan yang banyak, sehingga jelas, offtaker-nya jelas, penjamin pembeliannya menjadi jelas.
Ada juga tadi kopi di Toraja yang dapat berapa miliar tadi? Rp50 miliar. Ini juga klaster kopi, tadi ada klaster hortikultura, yang kalau sudah ngumpul itu enak, yang meminjamkan juga enggak ngurusi satu per satu, ngurusi berapa Rp10 juta, Rp10 juta. Kalau Rp50 miliar berapa orang kan, banknya juga pusing. Lebih bagus grek, kemudian di klaster itu dibagi-bagi.
Dan kalau sudah berpikiran seperti itu, nanti larinya ke apa, kopi tidak hanya jualan mentahan, bahan mentah, tetapi bisa sudah menjadi barang setengah jadi atau barang jadi. Atau sudah sekarang ini sudah banyak sekali yang saya lihat di daerah-daerah packaging-nya sudah bagus, kemasannya sudah bagus, jualnya akan lebih gampang.
Saya juga melihat ada klaster untuk handycraft, souvenir seperti yang ada di Bali, saya lihat Krisna, tadi juga mendapatkan juga. Ini juga sama, perajin berproduksi, ada offtaker, ada penjamin pembelinya, kemudian ada showroom untuk menjual barang-barang itu. Artinya, dari produksi sampai masuk ke konsumen itu menjadi jelas. Sehingga yang meminjamkan uang, bank maupun lembaga nonbank itu juga yakin bahwa uang yang kita pinjamkan ini bisa kembali.
Saya kira model-model KUR Klaster ini kalau diperbanyak, bisa nanti masuk ke peternak, baik yang daging maupun yang petelur, bisa masuk ke nelayan, yang berkaitan mungkin dengan tambak. Kelompok-kelompok seperti ini, klaster-klaster seperti ini yang memang harus diperbanyak. Dan saya meminta kepada bank bahwa angka yang saya sampaikan beberapa tahun yang lalu, 30 persen untuk yang UKM, itu betul-betul bisa terus ditingkatkan.
Saya tahu kalau BRI pasti sudah di atas berapa Pak Dirut? 84 koma. Iya sudah, sudah sangat tinggi sekali. Bank-bank yang lain harus juga didorong agar memiliki juga kepedulian untuk mengurus yang mikro, yang kecil, maupun yang menengah. Karena kalau kita urus, itu yang kecil-kecil bisa jadi menengah, yang menengah kita urus bisa jadi gede. Inilah nanti yang akan mendorong ekonomi kita tumbuh dengan baik dan berkeadilan.
Saya rasa itu yang ingin saya sampaikan dalam kesempatan yang baik ini. Sekali lagi, program pembiayaan berbasis ekosistem ini akan sangat baik dan menghubungkan kelompok usaha dengan model agregasi, aggregator, dan konsolidasi dengan para penjamin pembeli atau offtaker. Dan kita harapkan betul-betul dapat menyerap barang yang sebanyak-banyaknya dari kelompok-kelompok yang ada, dan mendapatkan kepastian pasar, menurunkan risiko kredit pembiayaan usaha dan dari lembaga-lembaga penyalur KUR utamanya bank.
Dan sekali lagi, KUR Klaster ini dapat dilaksanakan di semua sektor, baik perkebunan rakyat, peternakan rakyat, perikanan rakyat, industri UMKM, dan usaha-usaha lain yang memiliki peluang pasar yang besar atau produk-produk unggulan di dalam negeri kita agar daya saing semuanya meningkat dan bisa masuk ke pasar global.
Saya rasa itu yang ingin saya sampaikan. Dan terakhir, agar fasilitas pinjaman yang ada dimanfaatkan sebaik-baiknya, dipastikan tepat sasaran, dan juga proses penyalurannya betul-betul transparan dan akuntabel.
Saya rasa itu.
Terima kasih.
Saya tutup.