Sambutan Presiden pada Peresmian Pabrik PT Asia Pacific Rayon

 
bagikan berita ke :

Jumat, 21 Februari 2020
Di baca 537 kali

Kabupaten Pelalawan, Riau
 
 
 

Bismillahirahmanirrahim.

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabrakatuh,
Selamat pagi,
Salam sejahtera bagi kita semuanya.

Yang saya hormati para Menteri Kabinet Indonesia Maju, hadir di sini Pak Menteri Perindustrian. Silakan berdiri Pak, biar kelihatan, Menteri Perindustrian Pak Agus Gumiwang Kartasasmita. Kemudian Menteri PU, Pak Basuki Hadimuljono, ini yang Bapak Infrastrukturnya Indonesia. Bapak Kepala Staf Kepresidenan, Jenderal Moeldoko, biar kenal semuanya;

Yang saya hormati Bapak Gubernur Riau, Bapak Bupati Kabupaten Pelalawan beserta seluruh jajaran Pangdam, Kapolda;
Yang saya hormati founder dan chairman Asia Pacific Rayon, Bapak Soekanto Tanoto beserta Ibu, dan jajaran direksi yang dikomandani oleh Mas Anderson, saya panggil Mas karena masih muda sekali, tapi pintarnya setengah mati;
Bapak/Ibu seluruh tokoh agama, tokoh masyarakat, tokoh adat Riau yang saya hormati, yang hadir pada pagi hari ini;
Dan yang saya hormati seluruh karyawan Asia Pacific Rayon Group yang pagi hari ini semuanya berkumpul di ruangan ini.

Selamat pagi!

Perlu saya sampaikan di sini bahwa sekarang ini semua negara itu saling berebut yang namanya investasi. Kenapa diperebutkan semua negara? Karena yang namanya peredaran uang di sebuah negara, semakin banyak beredar uang akan semakin baik pertumbuhan ekonominya dan akan semakin baik kesejahteraan masyarakatnya. Karena kita tahu, ini mungkin banyak yang belum tahu, bahwa yang namanya APBN tahun ini kurang lebih Rp2.200 triliun plus APBD, itu pengaruhnya terhadap pertumbuhan ekonomi itu hanya 23 persen, itu APBN plus APBD. Kalau APBN saja 16 persen saja pengaruhnya terhadap PDB ekonomi. Di semua negara kurang lebih juga sama, artinya 77 persen tumbuhnya ekonomi itu sangat bergantung pada dunia usaha kepada dunia swasta.

Oleh karena itu saya menyambut baik investasi yang dilakukan oleh (PT) Asia Pacific Rayon di Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau. Karena kemampuan APBN dan APBD itu hanya 23 persen, kecil memang. Itu hanya stimulus. Ini yang banyak tidak diketahui. Saya tadi kaget, diterangkan di depan, tadi disampaikan juga oleh Pak Anderson, di sini ada nursery persemaian pembibitan yang kapasitasnya 300 juta bibit. Saya tanya “Di mana, di dunia yang punya persemaian sebesar yang ada di sini, di Kabupaten Pelalawan?” Saya kaget terus terang dengan jumlah yang begitu besarnya. Itu saya kira dikerjakan dengan tissue culture Pak ya? Dengan tissue culture. Kapasitasnya gede sekali, tunjukkan di negara mana ada persemaian sebesar ini?

Yang kedua, saya juga kaget lagi bahwa kayu bisa menjadi rayon, bisa menjadi kain. Orang hanya tahunya kapas itu menjadi kain, tapi sekarang serat kayu, viscosa bisa menjadi kain. Ini juga teknologi yang juga perlu diberikan apresiasi. Jangan berpikir yang namanya teknologi itu hanya ada di Eropa, teknologi hanya ada di Jerman, teknologi hanya ada di Skandinavia, di Indonesia pun ada dan itu di Kabupaten Pelalawan, bukan di Jakarta, bukan di Jawa, tapi di Pelalawan Riau. Ini yang banyak tidak diangkat. Ya memang negara kita ini sekarang sudah masuk kepada negara-negara besar yang namanya G20. Indonesia sekarang GDP (gross domestic product) nominalnya, kalau dihitung, kita itu sudah berada di ranking 16. Kalau dihitung dengan GDP PPP (purchasing power parity) itu kita sudah berada di ranking ke 7 dunia. Ini banyak yang enggak ngerti sehingga kita ini sering banyak yang masih mengeluh, tidak bersyukur, namanya kufur nikmat itu. Sudah diberi kenikmatan oleh Allah sebegitu gedenya tapi tidak disyukuri. Marilah kita syuuri, diberikan apapun oleh Yang Maha Kuasa.

Jadi kembali lagi, ini adalah sebuah hal yang memang perlu diangkat. Indonesia tidak kalah dengan Eropa, tidak kalah dengan Amerika di dalam teknologi dari yang namanya kayu kemudian melompat menjadi kain dan menjadi garmen. Oleh sebab itu saya titip kepada Pak Menteri Perindustrian, jangan sampai industri garmen kita itu kalah bersaing dengan Viet Nam. Kita sudah punya bahan baku sendiri sekarang, dari sini. Karena persaingan kita ini persaingan antarnegara, bukan antarkabupaten, bukan antarprovinsi, bukan antarperusahaan tapi sudah antarnegara. Negara yang cepat akan mengalahkan negara yang lambat, bukan negara kaya mengalahkan negara miskin, bukan negara besar mengalahkan negara kecil. Tapi negara yang cepat akan mengalahkan negara yang lambat, dan kita ingin menjadi negara yang cepat.

Ini ada karyawan yang divisi nursery, pembibitan ada? Ada? Yang pembibitan, ada? Mana? Tunjuk jari, mana? Ya sini maju. Yang tadi gini-gini tadi. Mana yang pembibitan, yang di nursery? Ke sini enggak usah takut. Pasti saya beri sepeda. Mana tadi yang pojok, yang tunjuk-tunjuk jari tadi, mana tadi gini-gini? Ya, yang pembibitan maju. Maju, silakan. Silakan, maju saja ya. Kalau sudah diomongin mau diberi sepeda itu tunjuk jari semua. Maju. Maju sini. Lari, lari. Nah.

Ada yang bagian, sudah jadi, sudah jadi serat rayonnya yang putih-putih tadi? Sebentar, sebentar, sebentar, saya pilih, sebentar. Mana? Sebentar. Oke yang perempuan yang pakai…, ya silakan maju. Sini kanan sama kiri, yang satu sini.

Presiden RI:
Ya, coba dikenalkan nama.

Sdr. Hazel:
Perkenalkan, nama saya Hazel.

Presiden RI:
Hazel? Hazel di nursery?

Sdr. Hazel:
Bukan Pak. saya disuruh maju tadi.

Presiden RI:
Lo? Saya minta yang di nursery.

Sdr. Hazel:
Saya disuruh maju tadi.

Presiden RI:
Ini satu lagi, di nursery. Nursery, sini. Sini. Siapa tadi yang dorong-dorong kamu maju?

Sdr. Hazel:
Iya, saya tadi didorong-dorong Pak.

Presiden RI:
Ya, oke. Hazel saja. Jangan mundur kamu, di sini aja, tetap. Saya mau tanya ke Hazel dulu, di bagian apa kamu?

Sdr. Hazel:
Saya di electrical instrument maintenance woodyard Pak. itu di bagian…

Presiden RI:
Apa itu, bagian kerjanya apa saja itu?

Sdr. Hazel:
Jadi departemen saya itu mengubah, kalau di woodyard, itu mengubah kayu menjadi chip, dia sebelum memasakkan jadi kertas.

Presiden RI:
Mengubah kayu menjadi chip.

Sdr. Hazel:
Sebelum dimasak nanti menjadi pulp. Jadi kayunya itu dicincang itu Pak.

Presiden RI:
Kayu gelondong dipotong-potong jadi kecil, dicincang-cincang menjadi kecil-kecil, jadi chip. Terus?

Sdr. Hazel:
Itu sampai situ. 

Presiden RI:
Sampai situ, terus dari situ didorong ke mana?

Sdr. Hazel:
Dari situ didorong ke fiber-line nanti.

Presiden RI:
Ke fiber-line, oke.

Sdr. Hazel:
Nah itu dimasak terus digeser, jadi pulp nanti.

Presiden RI:
Ya, oke. Jadi pulp. Ya. Background-nya apa?

Sdr. Hazel:
Saya teknik elektro. S-1 teknik elektro.

Presiden RI:
Teknik elektro. Teknik elektro di mana?

Sdr. Hazel:
Di Universitas Kristen Maranatha Bandung.

Presiden RI:
Bandung, oke. Coba, orang Bandung ke Pelalawan. Artinya Pelalawan ini memang…, oke. Apa yang mau disampaikan? Mau menyampaikan? Apa? mau menyampaikan apa? ndak?

Sdr. Hazel:
Tetap semangat saja kerjanya, semua.

Presiden RI:
Oke, sudah. Kenalkan.

Sdri. Dewi:
Selamat pagi Pak Jokowi.

Presiden RI:
Pagi.

Sdri. Dewi:
Perkenalkan nama saya Dewi. Saya dari departemen quality control (QC) di APR.

Presiden RI:
Apa itu, QC bagian apa itu?

Sdri. Dewi:
Bagian mengecek quality dari produk.

Presiden RI:
Produk apa?

Sdri. Dewi:
Fiber kita, rayon kita.

Presiden RI:
Jadi keluar fiber rayonnya, dicek-cek apanya?

Sdri. Dewi:
Dicek fisiknya, properti fisiknya.

Presiden RI:
Apanya itu?

Sdri. Dewi:
Kekuatannya, whiteness atau keputihannya.

Presiden RI:
Gimana cara mengecek kekuatannya seperti apa?

Sdri. Dewi:
Kekuatannya, kita menggunakan alat.

Presiden RI:
Oh, ada alatnya.

Sdri. Dewi:
Jadi fibernya kita masukkan ke alat itu, nanti dia akan menghasilkan kekuatan dari fiber tersebut.

Presiden RI:
Hmm. Ya. Jadi alatnya kayak apa itu?

Sdri. Dewi:
Alatnya itu namanya VPN500 atau vibrodyne dan vibroskop 500.

Presiden RI:
Jadi barangnya dimasukkan ke situ? Nanti keluar angka begitu?

Sdri. Dewi:
Ya, fibernya, rayonnya cuma sehelai-sehelai kita testing, nanti dia akan keluar angkanya.

Presiden RI:
Ya kalau enggak masuk?

Sdri. Dewi:
Enggak masuk berarti dia akan kita…, ada penentuan jenis kualitasnya. Kalau enggak masuk berarti dia di-reject.

Presiden RI:
Terus, kembalikan lagi? kembalikan lagi gitu kalau enggak masuk?

Sdri. Dewi:
Enggak, kita akan jual dengan harga yang beda.

Presiden RI:
Oh, dipilah-pilah ya?

Sdri. Dewi:
Iya, dipilah, Bapak.

Presiden RI:
Oh, ya.
Hafal Pancasila?

Sdri. Dewi:
Hafal.

Presiden RI:
Pancasila, satu…

Sdri. Dewi:
Pancasila, satu. Ketuhanan Yang Maha Esa.

Presiden RI:
Dua…

Sdri. Dewi:
Dua, Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab.

Presiden RI:
Tiga…

Sdri. Dewi:
Tiga, Persatuan Indonesia.

Presiden RI:
Empat…

Sdri. Dewi:
Empat, Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan, Dalam Permusyawaratan Perwakilan.

Presiden RI:
Lima..

Sdri. Dewi:
Lima, Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.

Presiden RI:
Ya.
Kenalkan.

Sdri. Dewi Friska Manurung:
Perkenalkan, nama saya Dewi Friska Manurung.

Presiden RI:
Dewi? Ya.

Sdri. Dewi Friska Manurung:
Ya.

Presiden RI:
Di bagian, divisi?

Sdri. Dewi Friska Manurung:
Saya di bagian divisi quality control untuk seedling delivery.

Presiden RI:
Seedling delivery, jadi sebelum dikirim, dicek dulu?

Sdri. Dewi Friska Manurung:
Iya, Pak.

Presiden RI:
Oke, yang dibibitkan di nursery itu apa saja? Saya tahu, eucalyptus, ada akasia, yang lain?

Sdri. Dewi Friska Manurung:
Acacia trachycarpa. Acacia mangium dan eucalyptus.

Presiden RI:
Oh, hanya tiga itu saja?

Sdri. Dewi Friska Manurung:
Iya Pak.

Presiden RI:
Apa bedanya eucalyptus dan akasia?

Sdri. Dewi Friska Manurung:
Secara visual beda Pak.

Presiden RI:
Beda, apa itu bedanya?

Sdri. Dewi Friska Manurung:
Kalau secara visual Acacia trachycarpa itu daunnya hijau. Sementara kalau eucalyptus itu dia tergantung seedler dan clone-nya Pak, ada yang hijau, ada yang hijau kemerah-merahan, ada yang sedikit orange.

Presiden RI:
Oke.
Sebutkan nama ikan, tiga saja.

Sdri. Dewi Friska Manurung:
Yang pertama, ikan nila.

Presiden RI:
Ya terus.

Sdri. Dewi Friska Manurung:
Yang kedua, ikan patin.

Presiden RI:
Ikan apa? Patin, ya. Di sini banyak. Tadi malam saya makan ikan patin. Terus.

Sdri. Dewi Friska Manurung:
Yang ketiga, ikan dencis.

Presiden RI:
Sebentar, sebentar. Ini yang terkhir saya urus, ini. Benar ada? Ada?

Sdri. Dewi Friska Manurung:
Ikan tongkol, Pak. ikan tongkol.

Presiden RI:
Ya sudah. Terima kasih. Terima kasih. Oke.

Ya tadi saya bercerita ya, bahwa negara yang cepat akan mengalahkan negara yang lambat. Oleh karena itu kita semuanya harus kerja cepat, ini saya tunjukkan. Ini baru berdiri di sini belum ada lima menit kan? Ini fotonya sudah jadi. Ini foto ini mahal banget karena di belakangnya ada tulisan, ini yang mahal di sini, ‘Istana Presiden Republik Indonesia’. Ini, Hazel dulu. Ini, siapa tadi namanya? Dewi, ini juga. Ya. Ini juga, Dewi juga. Sama-sama. Ya, silakan. Enggak ada sepeda, tapi foto itu lebih mahal daripada sepeda, hati-hati.

Saya rasa itu yang bisa saya sampaikan pada kesempatan yang baik ini, dan dengan mengucap bismillahirahmanirrahim, dan memohon rahmat dan rida Tuhan Yang Maha Esa, pada pagi hari ini saya resmikan pabrik PT Asia Pacific Rayon.

Terima kasih.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.