Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Selamat malam,
Salam sejahtera bagi kita semuanya,
Om Swastiastu,
Namo Buddhaya,
Salam Kebajikan.
Yang saya hormati, Yang Mulia Tony Blair, pendiri dan Ketua Institute for Global Change;
Yang saya hormati, Ketua DPR RI, Ibu Puan Maharani;
Yang Mulia para Duta Besar negara-negara G20 di Jakarta;
Yang saya hormati, Gubernur Bank Indonesia;
Yang saya hormati, para Menteri Kabinet Indonesia Maju;
Yang saya hormati, Ketua Kamar Dagang dan Industri Indonesia;
Yang saya hormati, Ketua Business 20 (B20) Indonesia;
Yang saya hormati, para pembicara dan session chair, seluruh komunitas bisnis dari negara-negara G20; dan
Hadirin, Undangan yang berbahagia.
Covid-19 mengajarkan kepada kita bahwa pandemi bukan hanya menjadi masalah, namun sekaligus menjadi peluang, peluang untuk tumbuh lebih baik. Kita harus memanfaatkan peluang ini untuk mewujudkan tata kelola dunia yang lebih adil, yang memberikan kesejahteraan dan kemakmuran, serta menjamin pertumbuhan ekonomi yang lebih inklusif dan berkelanjutan.
Presidensi G20 Indonesia mengajak G20 dan B20 untuk berkolaborasi menciptakan terobosan-terobosan dan aksi nyata untuk berkontribusi lebih besar bagi pemulihan ekonomi global. Sejalan dengan fokus utama Presidensi G20 Indonesia, ada tiga hal peluang utama yang harus kita manfaatkan.
Pertama, transisi menuju green economy. Kedua, tren digital economy yang makin pesat, dan yang ketiga, perbaikan arsitektur kesehatan global yang lebih responsif dalam menghadapi pandemi global.
Bapak/Ibu, dan Hadirin yang saya hormati,
Transisi menuju ekonomi hijau yang berkelanjutan merupakan tanggung jawab besar dan sekaligus memberikan peluang besar. Potensi di sektor energi terbarukan harus diikuti dengan skenario dan peta jalan yang jelas, termasuk pendanaan dan investasi.
Indonesia memiliki potensi energi baru terbarukan sebesar 418 gigawatt, baik yang bersumber dari air, panas bumi, angin, maupun matahari.
Indonesia memiliki kekayaan sumber daya mineral logam yang dibutuhkan untuk mendorong transisi menuju ekonomi hijau yang berkelanjutan. Kami kaya akan nikel, bauksit, timah, dan tembaga. Kami memastikan akan menyuplai cukup bahan-bahan tersebut untuk kebutuhan dunia, namun bukan dalam bentuk bahan mentah, tetapi dalam bentuk barang jadi atau setengah jadi yang bernilai tambah tinggi.
Hilirisasi nikel yang telah kita lakukan sejak 2015 sudah memberikan dampak, tidak hanya dalam penciptaan lapangan kerja, tapi juga dalam sisi ekspor maupun neraca perdagangan Indonesia. Nilai ekspor Indonesia USD230 miliar, di mana besi baja berperan sangat besar peningkatannya. Ekspor besi baja di tahun 2021 mencapai USD20,9 miliar, meningkat dari sebelumnya hanya USD1,1 miliar di tahun 2014. Tahun 2022 ini saya kira bisa mencapai USD28 (miliar) hingga USD30 miliar. Setelah nikel, kita akan mendorong investasi di sektor bauksit, tembaga, dan timah.
Kebijakan kami tentang mekanisme transisi energi dari fossil fuel ke energi baru terbarukan juga akan menjamin kepastian investasi. Di Jawa dan Sumatra, kita mendorong early retirement PLTU ke energi baru terbarukan seperti geotermal dan solar panel, dan kita akan membuka partisipasi di sektor swasta untuk berinvestasi di transisi energi ini. Saat ini ada 5.5 gigawatt PLTU yang siap untuk program early retirement ini.
Dekarbonisasi di sektor transportasi juga menjadi perhatian serius kami. Elektrifikasi secara besar-besaran di sektor transportasi dimulai dengan pembangunan mass urban transport seperti LRT dan MRT di Jakarta, serta mendorong investasi untuk pabrik mobil listrik.
Kami mengharapkan kontribusi B20 untuk mempercepat transformasi energi yang mulus tanpa menimbulkan dampak negatif terhadap masyarakat kecil. Solusi global dalam hal pendanaan dan kemitraan merupakan agenda yang harus menjadi perhatian utama kita, termasuk alih teknologi untuk mendorong produksi berbasis ekonomi hijau.
Kita mengundang investasi yang bisa mendorong nilai tambah yang saling menguntungkan.
Bapak/Ibu, dan Hadirin yang saya hormati,
Indonesia juga memberikan perhatian serius pada pengembangan teknologi digital, terutama yang mempunyai kontribusi langsung kepada pemberdayaan UMKM dan pengembangan SDM. Dengan jumlah penduduk yang sangat besar dan daya beli yang terus meningkat pesat, Indonesia sangat menarik untuk investasi pada infrastruktur ekonomi digital. Kami ingin mengundang investasi yang memberikan kesempatan kepada seluruh lapisan masyarakat untuk berpartisipasi dan mendapatkan manfaat dari transformasi ekonomi digital ini.
Ekonomi digital di Indonesia berkembang pesat. Saat ini Indonesia memiliki satu decacorn dan delapan unicorn. Sejak awal pandemi, pemerintah mendorong sektor UMKM untuk memanfaatkan platform digital dalam memasarkan produknya. Strategi ini telah berhasil menarik lebih dari 8,4 juta UMKM saat ini memiliki platform digital untuk menjual produknya.
Untuk mendorong interkonektivitas global yang makin meningkat, saat ini ada tiga investasi pembangunan kabel telekomunikasi bawah laut yang sedang berproses, yang menghubungkan Indonesia langsung dengan pantai barat Amerika Serikat tanpa ada negara perantara. Ini akan meningkatkan kapasitas bandwidth Indonesia lebih dari 100 persen setelah semua terbangun selesai.
Indonesia juga akan memainkan peran penting dalam ekosistem semikonduktor. Dalam tahun ini, kita akan membangun fasilitas chip design dan pabrik polisilikon di Jawa Tengah dengan kapasitas 40 ribu ton. Di tahap awal, produk ini akan kita fokuskan untuk menyuplai kebutuhan solar cell. Namun dalam beberapa tahun ke depan, akan difokuskan untuk semikonduktor.
Terakhir, Presidensi G20 Indonesia juga akan fokus pada pembenahan arsitektur kesehatan global agar lebih inklusif, berpegang pada asas kesetaraan dan tanggap terhadap krisis. Pemerintah Indonesia dan G20 mengajak komunitas B20 untuk berkolaborasi, memobilisasi sumber daya untuk membiayai inovasi serta pemerataan produksi vaksin, obat-obatan, dan alat-alat kesehatan.
Indonesia mendorong investasi di sektor kesehatan guna pemenuhan kebutuhan di dalam negeri. Pada tahun 2021, pengeluaran pemerintah pusat dan daerah untuk sektor kesehatan mencapai USD34,77 miliar. Kita akan memprioritaskan pembelian farmasi dan alat-alat kesehatan yang diproduksi di dalam negeri. Prinsipnya kalau sudah bisa diproduksi di dalam negeri, anggaran pemerintah tidak akan membeli yang impor. Oleh karena itu, kami juga mengundang investasi di sektor kesehatan di Indonesia yang sekaligus memperkuat sistem ketahanan kesehatan global.
Bapak/Ibu, dan Hadirin yang saya hormati,
Saya sangat berharap, komunitas B20 akan memberikan tawaran-tawaran konkret yang bisa menjadi bagian dari capaian konkret KTT G20. Kemitraan publik dan swasta global harus kita orkestrasi untuk memberikan solusi global. Indonesia sebagai negara dan sebagai Presidensi G20, berkomitmen dan bekerja keras untuk memberikan kontribusi untuk dunia yang tumbuh inklusif dan berkelanjutan.
Terima kasih.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Om Shanti Shanti Shanti Om,
Namo Buddhaya.